Mohon tunggu...
Fransis No Awe
Fransis No Awe Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Peminat Kajian Budaya, Politik, Sastra dan Film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi Api

15 April 2016   20:52 Diperbarui: 15 April 2016   20:58 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari ketika masih sekolah menengah di pulau seribu ekor kuda (menurut Chairil Anwar) alias pulau Sumba, guru bahasa latin memberikan nasihat bijak berupa pepatah yang masih segar dalam ingatan saya hingga saat ini; Non secum agit aeger, medicum qui heredem facit-Orang yang tidak meniup api dengan baik akan mengunyah tepung dimulutnya.

Sebuah gambaran hidup dengan analogi tiup api. Api adalah energi yang mengubah bahan mentah menjadi masakan enak. Api itulah yang mengubah tepung menjadi roti. Dari api, segala sesuatu dapat terhidang di meja makan. Singkatnya, untuk menikmati masakan yang enak atau roti yang matang maka harus meniup api agar tetap menyala. Bisa dibayangkan bagaimana menghasilkan masakan tanpa api.
Analogi ini kalau ditarik dalam konteks mahasiswa maka api anda adalah semangat untuk belajar, waktu untuk membaca, berdiskusi atau mengerjakan tugas. Karena dengan ini anda akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan kelak akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Atau dalam konteks pekerjaan apapun, anda harus menjaga api semangat untuk tetap menyala. Api ibarat bahan bakar yang menggerakan roda kehidupan kita untuk mencapai tujuan, cita-cita maupun kesuksesan kita.

Don Gabor, seorang pakar komunikasi pernah berkata bahwa banyak hal-hal besar terjadi kalau anda melakukan hal-hal kecildengan benar. Gabor memberikan rumus untuk mencapai impian sebagai berikut; Komitmen +Perencanaan+Tindakkan+Kegigihan = Mencapai impian anda. Rumusan Gabor ini ibarat api yang membakar semangat kita untuk berjuang meraih impian kita. Marilah kita jaga api semangat kita untuk tetap menyala agar tidak menguyah tepung melainkan kesuksesan yang dapat kita raih.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun