Mohon tunggu...
FRANSISKUS LATURE
FRANSISKUS LATURE Mohon Tunggu... Advokat | Penulis | Managing Partner FLP Law Firm

Antara hukum dan kemanusiaan, saya memilih berjalan di garis tipis yang memisahkan keduanya. Menulis untuk memastikan kebenaran tetap hidup di tengah bisingnya zaman.

Selanjutnya

Tutup

Money

Cuan Selamat, Liburan Hemat

30 Mei 2025   01:24 Diperbarui: 30 Mei 2025   01:37 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Seorang Pria Sedang Menikmati senja di teras rumah (Sumber: Freepik/Ist).| Fransiskus Lature, S.H

Tanggal di kalender menunjuk akhir bulan. Aroma liburan mulai menyelinap ke dalam pikiran meski isi dompet belum tentu ramah. Liburan memang seperti panggilan jiwa, mengajak kita sejenak meninggalkan rutinitas yang melelahkan. Dari tumpukan laporan kerja yang tak pernah habis, dari wajah bos yang terasa seperti latar belakang layar komputer, selalu ada dan sama saja.

Namun kita harus jujur, tidak semua beruntung memiliki privilege liburan mewah saat akhir bulan tiba. Rencana besar yang sudah disusun rapi terkadang harus tunduk pada kenyataan saldo rekening yang menjerit pelan. Mimpi liburan indah harus menyesuaikan langkah dengan keadaan.

Tapi bukan berarti akhir bulan dan liburan adalah dua hal yang tidak bisa berjalan beriringan. Keduanya bisa berdampingan asal kita tahu caranya. Liburan tidak harus tentang koper besar dan tiket pesawat mahal. Kadang cukup dengan sandal jepit, motor butut, dan niat tulus untuk rehat sejenak. Sore di taman kota bisa berubah menjadi pelesiran ke negeri jauh jika kita menikmatinya dengan hati yang lelah dan segelas es teh manis.

Ada yang bilang liburan adalah hak setiap orang. Tapi bagi sebagian kita, liburan juga soal strategi. Bagaimana menyiasati kantong yang cekak agar tetap bisa menikmati waktu luang tanpa menambah beban utang. Di sinilah seni hemat bekerja, bukan pelit. Hemat menuntut kita berpikir sedangkan pelit hanya mengajarkan menahan. Liburan hemat berarti tetap bahagia tanpa memeras isi dompet sampai kosong.

Cukup duduk di teras rumah dengan sebungkus rokok Gudang Garam Surya dua belas dan secangkir kopi hitam robusta yang diseduh dengan air dari panci bekas mie instan, liburan bisa terasa seperti meditasi kelas atas. Ada kedamaian yang tidak dijual di pameran perjalanan. Ada ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan promo hotel berbintang. Sambil menyeruput pelan kopi pahit yang jujur kita mulai memahami bahwa liburan bukan soal tempat melainkan soal perasaan.

Pikiran bisa diajak pergi jauh meski badan tetap di tempat. Jalan-jalan virtual lewat kenangan manis, obrolan ringan bersama sahabat lama di warung kopi pinggir jalan, atau sekadar menonton ulang film favorit sambil rebahan di kasur tipis yang sudah akrab baunya. Semua itu adalah bentuk lain dari liburan. Murah, merakyat, dan terkadang lebih membahagiakan daripada foto-foto estetik yang dibuat demi konten.

Mungkin kita bukan mereka yang bisa berteriak penuh semangat di bandara mengenakan kacamata hitam dan membawa ransel mahal. Tapi kita punya cerita yang lebih jujur dan membumi tentang bagaimana bertahan dan tetap tersenyum. Karena pada akhirnya liburan paling indah adalah yang tidak membuat kita gelisah saat tanggal gajian belum juga tiba.

Maka dari itu akhir bulan bukan alasan untuk menyerah pada kejenuhan. Justru saatnya berkreasi menciptakan kebahagiaan dari hal-hal sederhana. Jika langit cerah ajak diri berjalan kaki di sekitar kompleks perumahan. Hitung langkah, lihat warna bunga, hirup aroma gorengan dari tetangga sebelah yang sedang memasak sore hari. Dunia tidak kecil hanya saja kita sering lupa bahwa keindahan terkadang tersembunyi dalam hal-hal kecil.

Tidak perlu memaksakan rencana yang terlalu ambisius. Kadang waktu bersama keluarga sambil memasak bersama di dapur yang sempit bisa jauh lebih menyenangkan daripada wisata kuliner ke luar kota. Membuat mie goreng spesial versi rumah lengkap dengan telur mata sapi dan kerupuk bisa menjadi pesta kecil yang menghangatkan hati.

Bagi yang tinggal sendiri mungkin ini waktu tepat untuk berdamai dengan kesepian. Bukalah jendela biarkan angin masuk hidupkan lagu favorit dari playlist lama. Menari sendiri di ruang tamu menertawakan diri lalu menulis catatan kecil tentang rasa syukur. Karena sejatinya liburan adalah waktu untuk kembali ke dalam diri menyapa jiwa yang selama ini sibuk berlari.

Dan siapa sangka dari semua ini kita belajar bahwa hemat bukan sekadar pilihan tapi sikap hidup. Saat orang lain membelanjakan jutaan demi ketenangan kita menemukan damai di sela gelas kopi dan sebatang rokok. Bukan karena tidak mampu tetapi karena tahu bahwa kebahagiaan tidak selalu sejalan dengan harga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun