Mohon tunggu...
FRANSISKUS LATURE
FRANSISKUS LATURE Mohon Tunggu... Advokat | Penulis | Managing Partner FLP Law Firm

Antara hukum dan kemanusiaan, saya memilih berjalan di garis tipis yang memisahkan keduanya. Menulis untuk memastikan kebenaran tetap hidup di tengah bisingnya zaman.

Selanjutnya

Tutup

Money

Aku, Jakarta, dan Gaji Pertama yang Menguatkan Harapan

28 Mei 2025   18:47 Diperbarui: 28 Mei 2025   18:47 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar :  Halte Centrale Stichting Wederopbouw (CSW) di Kebayoran  Baru. (Sumber : Dokpri / Ist).| Fransiskus Lature, S.H.

Gambar : Suasana Mengikuti Proses Kuliah Hukum di Iblam School of Law Jakarta (Sumber : Dokpri / Ist)
Gambar : Suasana Mengikuti Proses Kuliah Hukum di Iblam School of Law Jakarta (Sumber : Dokpri / Ist)

Di tengah kesibukan dan tekanan, aku tetap berusaha hadir di tengah komunitas. Diskusi kecil, membantu teman, dan terlibat dalam kegiatan sosial menjadi caraku menjaga kewarasan. Aku percaya, memberi, sekecil apa pun, bisa memperluas ruang harapan. Tak hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuk orang lain.

Hari-hari di Jakarta mengajarkanku tentang prioritas. Bagaimana menahan keinginan demi kebutuhan. Aku belajar membedakan mana yang penting dan mana yang bisa ditunda. Dalam keterbatasan itu, aku belajar menjadi manusia yang tidak gampang mengeluh.

Ketika lelah datang, ketika semangat mulai meredup, aku selalu teringat kampung halaman. Wajah-wajah yang menaruh harapan padaku menjadi bahan bakar langkah ini. Mereka adalah alasan kenapa aku datang ke kota ini. Meski perlahan, aku percaya bahwa setiap langkah maju adalah kemenangan kecil.

Jakarta telah mengajarkanku untuk bertahan dengan kepala tegak, tanpa harus menjadi orang lain. Di tengah gemerlapnya, aku tidak tergoda untuk hidup berlebihan. Hidupku kususun perlahan, dengan rasa cukup sebagai fondasi dan kerja keras sebagai pelindung dari ketidakpastian.

Setiap malam, saat Jakarta mulai tenang, aku duduk memandangi langit kota. Di sana, aku menuliskan ulang mimpiku. Menyusunnya kembali agar tak tercerai oleh kerasnya kenyataan. Langit malam Jakarta tidak pernah gelap sepenuhnya. Ada cahaya yang seolah ingin berkata bahwa, selama aku bertahan, harapan akan selalu punya tempat.

Gaji pertama itu bukan sekadar angka. Ia adalah pengingat bahwa hidup bukan tentang seberapa banyak yang kita punya, tetapi tentang bagaimana kita melangkah dengan yang kita punya. Ia seperti suara kecil yang berkata, Selama Aku Tidak Menyerah, Aku Bisa.

Kini, setiap kali aku membuka kembali buku catatan tempat menyimpan slip gaji pertamaku, aku tahu, di sanalah semuanya bermula. Bukan dari besar kecilnya angka, tetapi dari tekad untuk tidak menyerah saat keadaan belum bersahabat. Gaji pertama itu adalah simbol keyakinan bahwa, walau dimulai dari nol, jalan tetap terbuka bagi mereka yang berjalan dengan iman dan sabar.

Dengan hasil menabung, aku berhasil menyelesaikan studi Sarjana Hukum (S.H) tepat waktu. Tanpa beasiswa, tanpa bantuan siapa pun. Hanya tekad dan keringat yang menopang perjalanan ini. Aku percaya bahwa Pendidikan adalah investasi terbaik, bahkan saat uang sangat terbatas.

Gambar : Acara Wisuda Sarjana Hukum yang diselenggarakan di Hotel Millennium Jakarta (Sumber : Dokpri / Ist)
Gambar : Acara Wisuda Sarjana Hukum yang diselenggarakan di Hotel Millennium Jakarta (Sumber : Dokpri / Ist)

Dan karena aku percaya, aku terus melangkah. Hari ini, aku menulis bukan karena sudah sampai puncak, melainkan agar siapa pun yang membaca tahu bahwa setiap perjalanan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang tak boleh disia-siakan.

Jakarta mungkin bukan kota yang ramah di awal. Tapi jika diberi kesempatan, kota ini bisa menguatkan. Ia mungkin tidak memberi apa yang kita mau, tetapi sering kali menghadirkan apa yang kita butuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun