"Benar, waktu saya menjabat sebagai Kepala ini kita harus siap menerima telpon dan permintaan tidak tertulis." Sahut Bapak yang sudah pensiun dari ASN.
Sebagai orang kecil yang tidak tahu politik tingkat tinggi dengan polosnya Penulis bertanya, " 'Kan tidak boleh ada uang pelicin?"
"Ya tidak mungkin ada bukti jika mau di telusuri. Bahkan kita yang bercerita seperti ini yang tahu tapi tidak punya buktipun bisa di salahkan dengan pertanyaan :mana buktinya?"
"Ya jelas tidak mungkin ada bukti, karena dikemas dalam bentuk bantuan atau oleh-oleh atau istilah halus lainnya. Dan semua tanpa kwitansi!"
Waduh pembicaraan makin hot. Banyak sekali kisah di sekitar politik uang. Ada kisah lain tentang seorang tokoh di Lingkungan kami dengan memoles diri berperilaku malaikat. Khususnya para calon wakil rakyat. Salah satu polesannya adalah pencitraan bahwa mereka adalah orang penting dan dibutuhkan dengan bukti berbagai prestasi.
Bahkan anehnya hampir di setiap momen penting di daerah kami dia ini hadir (atau menghadirkan diri?) sebagai ahlinya. Padahal setahu kami si dia ini biasa saja. Dan para pendukungnya selalu kesana-kemari mempromosikan sebagai seorang yang lebih hebat dari siapapun (Lha ia-lah kan sedang kampanye...).
Dan salah satunya ketika masih jauh dari pemilihan umum si dia tidak mau aktif dalam kegiatan di lingkungan. Dan perilakunya tidak jauh sebagai penentang kebijakan RT.
*****
Tertangkap Basah
Suatu pagi yang cerah Penulis bangun pagi sebelum subuh dan pergi mencari sarapan di Praya, tanpa sengaja aku melihatÂ
Bapak si penentang bayar uang jasa sampah menyelinap membawa beberapa kresek sampah dan membuangnya di tempat sampah tetangga yang akan disetor pagi ini.