Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Penanganan Sampah di Bumi 8 Miliar Manusia: Dimulai dari Kita

17 November 2022   21:56 Diperbarui: 20 November 2022   13:08 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah plastik. (Dok. Ecoton via kompas.com) 

"Lapangan ini akan penuh sampah, pak!!!" Sahut mereka bersamaan.

"Bagus kalian sudah paham! Maka mari kita dukung program sekolah untuk kebersihan kelas dan seluruh lingkungan sekolah!"

"Kalian akan di bagi kaplingan per kelas secara adil!" Memang program ini sudah berjalan namun para siswa harus tetap dimotivasi untuk gerakan Lima Belas Menit Pembersihan Sebelum Proses Pembelajaran ini sehingga menjadi gerakan dari dalam diri siswa tersebut dan akhirnya menjadi pembiasaan.

***

Kisah Kecil di Tempat Tinggalku

Petugas Sampah (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Petugas Sampah (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Jika kita bicara mengenai sampah, maka akan terbayang tentang sesuatu yang tidak berguna lagi. Sampah merupakan material sisa hasil aktivitas yang dibuang sebagai hasil dari proses produksi, baik itu dalam industri maupun rumah tangga. Dapat dikatakan sampah adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh manusia setelah proses dan penggunaannya berakhir.

Kisah ini berawal dari kesepakatan RT kami bahwa untuk mengurangi dampak sampah di lingkungan kami dipandang perlu meminta jasa pembuang sampah Kabupaten Lombok Tengah. Namun resikonya ada kewajiban yang harus kita keluarkan yaitu ongkosnya.

Di sinilah terjadi berbagai ketidaksetujuan warga. Namun jika di lihat hanya sebagian kecil saja, dan itu pastinya mereka yang mampu dan berpendidikan! Aneh bukan? Tapi ini nyata.

Mereka beralasan bahwa sampah keluarga itu sedikit. Sampah itu bisa dimanfaatkan untuk di daur ulang. Kalau memang harus di buang, kenapa tidak memanfaatkan bak sampah di depan perumahan saja? Tinggal kita bayar si Ibu ini (sambil menyebut seorang ibu yang memang perlu kita bantu). Suatu alasan yang sepertinya sangat berperikemanusiaan dan berperisosial tinggi.

Mereka tidak berpikir bahwa bak sampah di depan kompleks perumahan tersebut bisa membahayakan warga, baik dari segi kesehatan maupun kenyamanan terutama saat mau menyeberang. Dan tentunya keindahan perumahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun