Mohon tunggu...
Fransisca DivaAyu
Fransisca DivaAyu Mohon Tunggu... Jurnalis - hai! it's me diva!

trust the process

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Indonesia Menuju Jawara Ekonomi Kreatif Dunia

22 Desember 2020   11:55 Diperbarui: 22 Desember 2020   12:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trend Positif Ekonomi Kreatif Indonesia/hantaran.co

Dilansir dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa jumlah ekspor ekonomi kreatif Indonesia pada tahun 2019 mencapai US 22,07 Miliar. Tentu ini adalah angka yang fantastis sebagai modal daya saing produk ekonomi kreatif Indonesia. Kemudian apabila merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada bulan Maret 2017, ada lima negara yang menjadi tujuan terdepan ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia. Kelima negara tersebut adalah Amerika Serikat (sebesar 31,72%), Jepang (6,74%), Taiwan (4,99%), Swiss (4,96%) dan Jerman (4,56%). Dari hasil survei tersebut, kita dapat mengetahui negara mana saja yang sangat berpotensial untuk menyerap produk ekonomi kreatif Indonesia.

Tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa akses ekspor menuju lima negara tersebut dinilai masih kurang efisien. Sebagai contoh, selama ini proses pengiriman barang ekspor menuju Amerika Serikat hanya mengandalkan moda angkutan perkapalan dan juga penerbangan kargo yang memerlukan proses transit terlebih dahulu. 

Pengiriman komoditas ekspor melalui sarana perkapalan tentu membutuhkan jangka waktu yang lama, sehingga hal ini akan sangat beresiko bagi keamanan barang yang diekspor. Proses ekspor yang lama secara otomatis akan berdampak bagi produsen yang tidak dapat mengirimkan produknya sewaktu-waktu sesuai dengan permintaan pasar. Pengiriman melalui penerbangan kargo yang memerlukan transit tidak hanya memakan waktu yang panjang, namun juga membutuhkan biaya yang besar pula.

Minimnya ketersediaan penerbangan kargo secara langsung menuju Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya juga harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah apabila ingin bersaing dalam kancah ekonomi kreatif global. Saat ini hanya tersedia penerbangan langsung menuju Belanda yang secara statistik masih kurang menguntungkan bagi proses ekspor produk ekonomi kreatif. 

Akan kurang efektif apabila pemerintah hanya memperhatikan situasi di dalam negeri sedangkan akses ekspor menuju luar negeri, yang secara nyata telah mampu menyumbangkan peningkatan PDB, tidak dapat tertangani dengan baik. 

Ketersediaan koneksi akses ekspor menuju negara-negara yang berpotensial tentu akan semakin menguntungkan bagi pelaku usaha ekonomi kreatif karena mampu menekan biaya pengiriman dan akan semakin meningkatkan daya saing produk ekonomi kreatif Indonesia di mata dunia.   

Mengembangkan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

Keragaman Budaya Indonesia menjadi peluang dan langkah pasti dalam membangun ekonomi kreatif. Budaya Indonesia yang beragam, dapat menghasilkan banyak produk kreatif berbasis budaya lokal yang beragam pula, yang pada akhirnya menggerakan ekonomi masyarakat dan menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Indonesia yang multikultural.

Strategi perkembangan ekonomi kreatif berbasis budaya pun telah dilakukan oleh negara berkembang. Seperti Gelombang Korea (Korean Wave) merupakan sebuah fenomena dimana terjadi peningkatan popularitas dari kebudayaan Korea Selatan yang digemari oleh orang-orang di luar Korea Selatan. Berdasarkan hal tersebut, Korea Selatan memberikan contoh bagaimana mengembangkan industri kreatif yang tidak hanya sukses di negara sendiri, tetapi juga sukses di negara lain.

Dalam perkembangan ekonomi kreatif berbasis budaya, Indonesia pun mulai bergerak, seperti contoh industri kreatif berupa wisata budaya dan arsitektur bangunan tua, serta industri tenun Sambas yang ada di Kecamatan Sambas. Khusus pada wisata budaya dan tenun Sambas yang ada di desa Sumber Harapan Dusun Semberang, hal tersebut lebih memunculkan kesan eksklusifitas bagi konsumen sehingga produk tenun sebagai upaya menjaga nilai budaya leluhur menjadi layak untuk dibeli dan bahkan dikoleksi.

Ekonomi kreatif dan sektor wisata adalah dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006). Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985). Something to see terkait dengan atraksi di daerah tujuan wisata, something to do terkait dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata, sementara something to buy terkait dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi/wisatawan. Dalam tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat masuk melalui something to buy dengan menciptakan produk-produk inovatif khas daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun