Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Tubuh Mudah Terserang Flu Saat Musim Hujan?

12 Oktober 2025   11:03 Diperbarui: 12 Oktober 2025   11:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi flu.(Freepik/benzoix)

Hujan selalu datang membawa dua hal kesejukan dan tantangan. Saat tetes air menari di atap dan udara menjadi lembap, tubuh justru sering menandai musim ini dengan bersin, pilek, atau demam. Banyak orang percaya bahwa flu datang karena kehujanan atau kedinginan, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks. Flu bukan sekadar persoalan basah atau dingin, melainkan hasil interaksi rumit antara cuaca, virus, lingkungan, dan gaya hidup manusia.

Cuaca dan Virus yang Saling Menguntungkan

Ketika suhu udara turun dan kelembapan meningkat, virus influenza dan berbagai virus pernapasan lainnya menemukan kondisi yang ideal untuk bertahan hidup. Udara yang dingin memperlambat penguapan droplet atau partikel air liur dari batuk dan bersin, membuat virus dapat bertahan lebih lama di udara. Dalam ruangan tertutup yang kurang ventilasi, virus bisa melayang-layang selama berjam-jam, menunggu tubuh manusia yang siap dijadikan inang.

Penelitian di bidang mikrobiologi menunjukkan bahwa virus influenza lebih stabil pada suhu rendah dan kelembapan sedang hingga tinggi. Kondisi ini membuatnya mampu bertahan di permukaan benda seperti meja, gagang pintu, atau bahkan layar ponsel. Maka tak mengherankan jika pada musim hujan, penularan flu meningkat drastis.

Selain itu, tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk menyaring udara dan partikel berbahaya lewat saluran pernapasan. Namun udara dingin justru bisa melemahkan fungsi ini. Lapisan lendir yang berfungsi menangkap virus menjadi lebih kering dan tipis, sementara silia, rambut halus di hidung dan tenggorokan yang bertugas mendorong partikel keluar, menjadi lambat bergerak. Akibatnya, virus lebih mudah menembus pertahanan tubuh.

Surga Bagi Virus, Perangkap Bagi Manusia

Hujan sering memaksa kita berlindung di ruang tertutup, entah di kantor, kelas, atau rumah. Masalahnya, semakin lama kita berada dalam ruang yang sama dengan orang lain, semakin besar pula kemungkinan terpapar virus. Satu orang yang sedang flu bisa menularkan virus ke seluruh ruangan hanya lewat satu kali batuk.

Ventilasi yang buruk memperburuk situasi. Udara yang tidak berganti membuat virus berputar-putar dalam ruangan tanpa jalan keluar. Bahkan pendingin ruangan yang digunakan untuk menambah kenyamanan justru membuat udara menjadi lebih kering, menurunkan kelembapan saluran pernapasan, dan melemahkan pertahanan tubuh.

Kondisi sosial juga memainkan peran. Saat musim hujan, banyak kegiatan dilakukan di dalam ruangan seperti rapat, belajar, menonton, bahkan olahraga ringan. Kontak fisik dan penggunaan barang bersama menjadi hal biasa. Tanpa disadari, semua itu membuka jalur penyebaran virus yang sangat efisien.

Imunitas Tubuh Garda Pertahanan yang Sering Lengah


Salah satu alasan utama kenapa tubuh mudah terserang flu saat musim hujan adalah melemahnya sistem kekebalan. Perubahan cuaca yang ekstrem memaksa tubuh beradaptasi, sementara asupan gizi dan kebiasaan sehari-hari tidak selalu mendukung proses itu.

Ketika hujan datang, paparan sinar matahari berkurang drastis. Tubuh pun kehilangan kesempatan untuk memproduksi vitamin D secara alami. Padahal vitamin ini berperan besar dalam menjaga fungsi imun, termasuk produksi sel T yang melawan infeksi. Kurangnya vitamin D membuat tubuh lebih rentan terhadap virus yang masuk.

Selain itu, pola makan sering berubah di musim hujan. Banyak orang lebih memilih makanan instan atau gorengan hangat karena praktis dan enak, tapi lupa bahwa makanan semacam itu minim nutrisi dan justru meningkatkan risiko peradangan. Tubuh yang kekurangan gizi seimbang akan kesulitan membentuk antibodi yang kuat.

Kualitas tidur juga sering menurun. Cuaca dingin kadang membuat tubuh sulit bangun pagi, sementara malam yang panjang sering dihabiskan dengan menonton atau bermain ponsel. Padahal tidur yang cukup adalah salah satu senjata paling ampuh melawan flu. Kurang tidur membuat hormon stres meningkat dan sistem imun melemah.

Kebiasaan Kecil yang Tak Disadari Jadi Pemicu

Banyak orang menganggap flu sebagai penyakit ringan yang bisa sembuh sendiri, sehingga pencegahannya sering diabaikan. Padahal, justru kebiasaan kecil yang terlihat sepele menjadi sumber masalah terbesar.

Kebiasaan menunda mandi setelah kehujanan, tidak mengganti pakaian basah, atau mengeringkan rambut dengan cara asal dapat memperburuk kondisi tubuh. Suhu tubuh yang dibiarkan turun terlalu lama membuat sistem imun bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan. Dalam kondisi itu, jika ada virus yang masuk, tubuh lebih sulit menahannya.

Begitu juga dengan kebersihan tangan. Meski sudah sering disosialisasikan, masih banyak orang yang jarang mencuci tangan setelah beraktivitas di luar. Padahal tangan adalah perantara utama penyebaran virus. Menyentuh wajah, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan bisa langsung memindahkan virus ke dalam tubuh.

Aspek sosial juga berperan. Dalam budaya kita yang hangat dan akrab, bersalaman, berpelukan, atau berbagi makanan menjadi hal biasa. Namun di musim flu, kebiasaan itu bisa mempercepat penularan. Menghindari kontak langsung bukan berarti menjadi tidak sopan, melainkan bentuk kepedulian terhadap kesehatan bersama.

Ada pula faktor lingkungan yang sering luput dari perhatian: kebersihan rumah dan tempat kerja. Debu yang menumpuk, karpet lembap, atau bantal yang jarang dijemur bisa menjadi tempat favorit bagi bakteri dan jamur. Ketika daya tahan tubuh melemah, paparan ini bisa memperparah gejala flu atau bahkan memicu alergi.

Menemukan Keseimbangan Baru di Tengah Musim Hujan

Musim hujan sebenarnya bukan musuh. Ia hanyalah pengingat bahwa tubuh manusia memiliki batas yang perlu dijaga. Hujan memberi kesempatan bagi kita untuk memperlambat ritme hidup, memperhatikan diri sendiri, dan mengatur ulang kebiasaan yang sering diabaikan.

Flu bukan takdir yang datang setiap kali hujan turun. Dengan menjaga pola makan bergizi, tidur cukup, dan tetap aktif bergerak, sistem imun bisa bekerja optimal. Konsumsi sayur dan buah segar, terutama yang kaya vitamin C dan D, sangat membantu memperkuat daya tahan. Sementara olahraga ringan seperti yoga, peregangan, atau berjalan di dalam ruangan dapat menjaga sirkulasi darah tetap lancar meski cuaca tidak bersahabat.

Jangan lupa membuka jendela sesekali agar udara berganti, meskipun hujan turun di luar. Udara segar membantu menjaga kelembapan ruangan dan menurunkan risiko penularan penyakit. Jika menggunakan pendingin ruangan, bersihkan filternya secara rutin agar tidak menjadi sarang debu dan virus.

Kesehatan mental pun tak kalah penting. Menikmati suara hujan sambil membaca, minum teh hangat, atau sekadar beristirahat bisa membantu tubuh tetap rileks. Kondisi emosional yang stabil mendukung kinerja sistem imun, membuat tubuh lebih tangguh menghadapi perubahan cuaca.

Hujan mungkin tidak bisa kita kendalikan, tetapi cara tubuh meresponsnya bisa kita atur. Semua kembali pada kesadaran untuk menjaga keseimbangan antara kenyamanan dan kesehatan. Musim hujan bukan alasan untuk sakit, melainkan waktu terbaik untuk memperkuat tubuh dan memperbarui kebiasaan.

Penutup

Flu yang sering datang saat musim hujan bukan karena hujan itu sendiri, melainkan karena interaksi kompleks antara lingkungan, virus, dan gaya hidup kita. Cuaca lembap memberi ruang bagi virus untuk berkembang, sementara kebiasaan manusia membuka jalan bagi penularan. Namun dengan kesadaran dan kedisiplinan sederhana, semua itu bisa dicegah. Hujan seharusnya menjadi waktu untuk menenangkan diri, bukan alasan untuk bersin dan pilek berkepanjangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun