Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembangunan SDM dan Kualitas Pendidikan Harus Jadi Prioritas Utama

18 Agustus 2025   12:12 Diperbarui: 18 Agustus 2025   12:12 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun bangsa tidak pernah sesederhana membangun gedung pencakar langit atau jalan tol. Banyak orang terpesona dengan megahnya infrastruktur fisik, padahal kekuatan sebuah bangsa justru terletak pada manusia di dalamnya. Pembangunan sumber daya manusia dan kualitas pendidikan seharusnya ditempatkan di garis depan prioritas. Tanpa SDM unggul, infrastruktur secanggih apa pun hanya menjadi monumen tanpa makna.

Artikel ini mencoba mengurai secara lebih dalam mengapa pembangunan SDM dan kualitas pendidikan jauh lebih penting daripada sekadar membangun fisik. Perspektif yang dibahas bukan hanya soal pentingnya pendidikan, tapi juga bagaimana pendidikan harus dipahami sebagai strategi utama untuk menghadapi masa depan bangsa.

SDM sebagai Fondasi Bangsa

Jika kita mau jujur, bangsa sebesar Indonesia sering kali masih terjebak pada cara pandang pembangunan yang sempit. Selama puluhan tahun, pembangunan lebih banyak diukur dari beton, baja, dan jalan tol yang terbentang. Padahal, sejarah negara maju menunjukkan bahwa keberhasilan mereka tidak lahir dari tumpukan beton, tetapi dari kualitas manusia yang mengelolanya.

Bayangkan sebuah kota dengan gedung modern, jalanan lebar, dan teknologi canggih, tapi warganya tidak memiliki keterampilan yang memadai. Akibatnya, semua infrastruktur itu justru bergantung pada tenaga asing. Ketergantungan semacam ini sudah sering kita lihat di sektor pertambangan, teknologi, bahkan pendidikan tinggi. Padahal Indonesia memiliki bonus demografi seperti  generasi muda dalam jumlah besar yang siap produktif. Sayangnya, jika mereka tidak dibekali dengan keterampilan, bonus itu bisa berubah menjadi beban.

SDM yang berkualitas adalah fondasi yang membuat negara bisa berdiri tegak. Mereka bukan sekadar tenaga kerja, tetapi motor penggerak ekonomi, pencipta inovasi, sekaligus penopang identitas bangsa. Ketika SDM kuat, maka setiap pembangunan fisik akan memiliki makna dan keberlanjutan.

Pendidikan Bukan Sekadar Bangku Sekolah

Selama ini, banyak orang menganggap pendidikan hanya sebatas hadir di kelas, mendengarkan guru, lalu menghafal pelajaran. Paradigma lama ini masih melekat di banyak sekolah. Padahal, pendidikan seharusnya menjadi ruang untuk membentuk manusia seutuhnya, bukan sekadar mesin penghafal.

Kualitas pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Kesenjangan antarwilayah membuat akses pendidikan tidak merata. Kurikulum yang berubah-ubah sering membuat kebingungan, sementara kualitas pengajar belum sepenuhnya terangkat. Bahkan dalam era digital, masih banyak sekolah yang kesulitan memanfaatkan teknologi sebagai alat pembelajaran.

Namun yang paling mendasar adalah cara kita memandang fungsi pendidikan itu sendiri. Pendidikan seharusnya tidak berhenti pada angka kelulusan atau sekadar nilai rapor. Ia harus melahirkan manusia yang kritis, kreatif, dan mampu beradaptasi dengan perubahan. Dunia kerja hari ini tidak lagi menuntut sekadar ijazah, melainkan keterampilan nyata. Sayangnya, sebagian besar sekolah dan universitas masih terpaku pada model lama yang membuat lulusan sering gagap menghadapi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun