Podcast di media sosial kini seperti kafe baru di dunia digital. Semua orang bisa datang, duduk, dan berbicara apa saja. Dari obrolan serius tentang perubahan iklim hingga tawa lepas membahas cerita cinta SMA, semuanya punya tempat. Fenomena ini berkembang begitu cepat sehingga kita tidak sadar bahwa format ini telah mengubah cara orang mengonsumsi informasi. Namun, di tengah kebebasan itu, muncul pertanyaan yang mulai sering terdengar: apakah podcast di media sosial benar-benar sudah menyentuh isu-isu penting yang relevan dengan masyarakat, atau hanya menjadi tempat ngobrol santai yang isinya bisa dibilang tidak terlalu berguna?
Pertanyaan ini penting, bukan untuk mengekang kreator, tapi untuk mengukur sejauh mana kekuatan podcast dimanfaatkan. Sebab, kalau hanya berhenti pada hiburan ringan, potensi besar yang dimiliki format ini bisa terbuang percuma.
Podcast sebagai Panggung Bebas yang Tidak Semua Gunakan dengan Serius
Podcast awalnya populer di luar negeri sebagai medium mendalam untuk membicarakan isu, wawancara tokoh penting, dan membedah topik yang jarang disentuh media arus utama. Di Indonesia, format ini meledak ketika platform seperti YouTube dan Spotify mulai memberi ruang lebih besar. Ditambah lagi, potongan-potongan podcast yang diunggah ke TikTok membuat format ini terasa dekat dan mudah diakses.
Keunggulan podcast adalah fleksibilitas. Durasi bisa panjang, pembahasan bisa detail, suasana bisa cair. Tidak ada batasan ketat seperti di televisi yang mengharuskan semua serba singkat. Di atas kertas, ini seharusnya menjadi peluang emas untuk mengangkat isu-isu penting tanpa terjebak dalam tekanan rating atau sponsor yang terlalu ketat.
Masalahnya, tidak semua kreator mau atau mampu memanfaatkan kesempatan itu. Banyak podcast justru berubah menjadi ajang ngobrol bebas yang isinya tidak punya arah jelas. Kadang menghibur, tapi sering juga terasa seperti percakapan yang hanya penting bagi pembicara, bukan bagi pendengar.
Bukan berarti semua harus serius. Tapi ketika mayoritas konten hanya berisi gosip atau cerita personal yang tidak memberi wawasan baru, wajar kalau muncul anggapan bahwa tren podcast ini lebih condong ke "obrolan santai untuk seru-seruan" daripada "forum diskusi yang mencerahkan".
Ketika Isu Masyarakat Kalah Viral dari Candaan
Dunia digital punya hukum sendiri: yang cepat, lucu, dan mengundang reaksi emosional instan akan menang. Algoritma media sosial mendorong kreator untuk membuat konten yang mudah dibagikan, dan topik ringan hampir selalu mengalahkan topik berat.