Jika kita ingin jujur, rekening dorman sebenarnya adalah cermin dari kondisi kesejahteraan finansial masyarakat. Ia memperlihatkan siapa yang punya kontrol atas uangnya, siapa yang masih bingung dengan sistem perbankan, dan siapa yang bahkan tak tahu bahwa mereka masih punya uang di rekening lama.
Dalam dunia yang makin digital, kepemilikan rekening tak cukup hanya menjadi simbol kemajuan. Ia harus menjadi alat yang benar-benar digunakan, dimengerti, dan dimanfaatkan. Rekening dorman seharusnya menjadi alarm bagi kita bahwa masih banyak orang yang belum sepenuhnya terlibat dalam ekosistem keuangan yang inklusif.
Yang menarik, isu ini hampir tidak pernah dibicarakan secara mendalam di ruang publik. Padahal, dari rekening yang tampaknya sepele ini, kita bisa mengidentifikasi pola ketimpangan, kegagalan sistem edukasi keuangan, dan lemahnya jangkauan lembaga perbankan terhadap masyarakat kelas bawah.
Sudah saatnya kita melihat rekening dorman bukan sebagai kesalahan individu, tapi sebagai tanggung jawab kolektif. Karena jika dikelola dengan benar, rekening-rekening yang tertidur itu bisa dibangunkan dan diberdayakan untuk memperkuat perekonomian nasional. Ia bukan sekadar tempat uang mengendap, tapi bisa menjadi alat yang mendorong perubahan.
Penutup
Rekening dorman adalah persoalan nyata yang jarang mendapat perhatian, padahal dampaknya sangat luas dan dalam. Ia tidak hanya mencerminkan ketidakteraturan individu dalam mengelola keuangan, tetapi juga menunjuk langsung pada lubang besar dalam sistem inklusi keuangan kita. Literasi yang rendah, komunikasi perbankan yang minim, hingga kebijakan administratif yang kaku, semua berkontribusi pada tumbuh suburnya rekening-rekening tidur ini.
Kita butuh pendekatan baru lebih aktif, lebih transparan, dan lebih inklusif. Karena yang kita hadapi bukan cuma soal rekening yang tak digunakan, tapi tentang bagaimana sistem keuangan ini bisa benar-benar dimanfaatkan semua kalangan, tanpa kecuali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI