Kedua, layanan keuangan seperti paylater harus mulai memiliki tanggung jawab sosial. Edukasi sebelum aktivasi akun, fitur simulasi bunga dan risiko, atau pembatasan penggunaan untuk barang-barang non-esensial bisa menjadi awal yang baik. Bukan untuk membatasi pilihan pengguna, tapi untuk memberi mereka gambaran realistis tentang dampak keputusan finansial mereka.
Ketiga, perlu ada ruang aman untuk bicara tentang kesulitan finansial tanpa rasa malu. Budaya kita sering menstigma utang sebagai aib, padahal transparansi soal kesulitan keuangan bisa mendorong lebih banyak diskusi edukatif di antara teman sebaya. Mungkin dari sanalah perubahan bisa mulai: ketika gengsi bukan lagi alasan untuk sembunyi, tapi alasan untuk belajar.
Penutup
Gen Z tidak lemah mereka hanya terlahir dalam dunia yang terlalu menuntut terlalu cepat. Tapi mereka juga punya satu kekuatan besar kesadaran. Jika mereka bisa melihat di balik permukaan, mereka bisa membentuk ulang definisi keren. Bukan lagi soal siapa yang punya paling banyak, tapi siapa yang bisa tetap berdiri tanpa harus menggadaikan masa depan demi validasi sesaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI