Refleksi Diri dan Komitmen Ulang
Satu hal penting yang sering terlupakan adalah bahwa pembaharuan janji baptis bukan hanya sekadar membaca ulang beberapa kalimat di misa malam Paskah. Ini adalah ajakan untuk merefleksikan ulang kehidupan spiritual kita. Apakah kita masih hidup sesuai dengan komitmen baptis itu? Apakah kita sungguh menolak dosa dan berusaha hidup dalam terang Kristus?
Banyak umat menjalani pembaruan ini seperti robot---mengucapkan kalimat yang sama setiap tahun tanpa pemahaman yang mendalam. Padahal, setiap kalimat dari janji baptis itu mengandung makna spiritual yang luar biasa. Misalnya: "Apakah kamu menolak dosa, supaya kamu dapat hidup dalam kebebasan sebagai anak-anak Allah?" Ini bukan pertanyaan retoris. Ini adalah ajakan untuk sungguh-sungguh merenungkan: apa dosa yang selama ini masih menjeratku? Apakah aku benar-benar hidup dalam kebebasan sejati?
Pembaruan janji baptis bisa menjadi kesempatan untuk bertobat lebih dalam, memeriksa hati, dan memutuskan ulang untuk meninggalkan hal-hal yang menjauhkan kita dari Tuhan. Ini bukan soal menjadi sempurna, tapi soal terus mau bertumbuh dan kembali setiap kali jatuh.
Identitas Sebagai Orang Beriman Dipertajam Kembali
Di zaman yang penuh distraksi seperti sekarang, mudah sekali melupakan siapa diri kita sebenarnya. Dunia menawarkan banyak identitas: sebagai pekerja, sebagai mahasiswa, sebagai pengguna media sosial, sebagai konsumen. Tapi identitas kita yang paling utama adalah ini: kita adalah anak-anak Allah, yang sudah ditebus dan dipanggil untuk hidup kudus.
Janji baptis adalah pengingat akan identitas itu. Ketika kita memperbaharuinya, kita menegaskan kembali: "Ya, aku milik Allah. Hidupku punya tujuan ilahi. Aku bukan sekadar bagian dari dunia ini." Ini adalah pernyataan yang sangat kuat, apalagi di tengah masyarakat yang semakin sekuler.
Fakta menarik: menurut data dari Pew Research Center (2023), tren global menunjukkan penurunan praktik religius di kalangan muda. Di banyak negara, orang mulai meninggalkan praktik keagamaan formal. Tapi di sisi lain, ada kerinduan yang mendalam akan makna, akan sesuatu yang lebih dari sekadar rutinitas hidup. Pembaharuan janji baptis bisa menjadi titik temu antara kerinduan akan makna dan jawaban iman yang sejati.
Hidup Sehari-hari Setelah Vigili Janji yang Harus Dijaga
Setelah perayaan Vigili Paskah selesai, dan lilin-lilin padam, seringkali semangat iman ikut padam juga. Ini tantangan nyata bagi setiap orang beriman. Pembaharuan janji baptis tidak boleh berhenti di gereja. Justru harus dibawa ke hidup sehari-hari di rumah, di tempat kerja, di lingkungan sosial.
Janji itu mengajak kita untuk hidup dalam terang. Tapi apa artinya hidup dalam terang di zaman sekarang? Mungkin itu berarti jujur dalam pekerjaan, mengampuni orang yang menyakitimu, atau berani menyuarakan kebenaran meski tidak populer. Mungkin itu berarti memilih untuk tidak membalas kebencian dengan kebencian di media sosial, atau menyisihkan waktu untuk berdoa di tengah kesibukan.