Bunda Maria sering kali digambarkan lembut, sabar, dan penuh kasih. Namun, jangan salah. Di balik kelembutannya, ada ketangguhan luar biasa. Ia melewati masa kehamilan yang tidak mudah, melarikan diri ke Mesir demi melindungi anaknya, hingga menyaksikan penderitaan anaknya di salib. Semua itu dijalani tanpa menyalahkan, tanpa menggugat, tapi dengan hati yang kuat.
Dunia parenting hari ini juga menuntut kekuatan semacam itu. Membesarkan anak bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan konsistensi, keteguhan, dan keberanian untuk mengatakan "tidak" ketika memang harus. Orang tua harus sabar mendampingi tumbuh kembang anak, yang kadang penuh drama, perlawanan, bahkan kekecewaan.
Namun, sabar bukan berarti lemah. Justru kesabaran adalah bentuk kedewasaan emosional orang tua. Saat orang tua mampu merespon dengan tenang, bukan reaktif, anak akan belajar mengelola emosinya sendiri. Dan di sinilah, karakter mulai terbentuk.
Kelembutan ala Maria bukan kelembutan pasif. Itu adalah kelembutan yang kuat, karena lahir dari cinta yang dewasa. Dunia saat ini butuh lebih banyak ibu yang seperti ini lembut namun berprinsip, sabar tapi tahu batas.
Menanamkan Nilai Spiritualitas  Sejak Dini
Satu hal yang tak bisa dipisahkan dari sosok Bunda Maria adalah spiritualitasnya yang dalam. Ia bukan hanya membesarkan Yesus secara fisik, tapi juga mendampingi secara spiritual. Kehadiran spiritual dalam keluarga sering kali menjadi hal yang dilupakan dalam pola asuh modern yang terlalu fokus pada pencapaian duniawi nilai akademik, prestasi, atau status sosial.
Parenting ala Maria mengajarkan pentingnya membentuk anak secara holistik: jasmani, emosi, dan spiritual. Ini bukan soal doktrin agama semata, tapi soal membangun kesadaran akan nilai kehidupan, kebaikan, belas kasih, dan tanggung jawab sosial.
Anak-anak yang tumbuh dengan spiritualitas sehat tidak menghakimi, tapi penuh empati dan pengertian cenderung menjadi pribadi yang lebih stabil dan bijak dalam mengambil keputusan. Mereka punya pegangan dalam hidup, dan tidak mudah goyah saat menghadapi tekanan.
Membiasakan doa bersama, membicarakan nilai-nilai kebaikan dalam percakapan harian, serta menghadirkan suasana keluarga yang hangat dan penuh syukur semua ini adalah bentuk sederhana tapi berdampak besar dalam membentuk karakter anak. Dan di sinilah, warisan Maria tetap relevan hingga hari ini.
Menjadi Orang Tua yang Hadir Sepenuh Hati
Parenting ala Bunda Maria bukan hanya milik keluarga religius. Nilai-nilainya bersifat universal tentang cinta yang tulus, keteladanan, kepercayaan, dan ketangguhan. Ini adalah gaya parenting yang tidak mengandalkan kontrol, tapi kehadiran yang otentik dan spiritualitas yang membumi.