Pertama-tama, kadar kortisol dalam darah berangsur menurun. Kortisol yang tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, obesitas, serta gangguan kecemasan dan depresi. Dengan menurunnya hormon ini, tubuh kembali ke keadaan homeostasis, yaitu keseimbangan internal yang ideal untuk kesehatan.
Selain itu, memaafkan memicu pelepasan hormon bahagia seperti serotonin dan dopamin. Hormon-hormon ini berperan dalam meningkatkan suasana hati, mengurangi rasa cemas, serta memberikan perasaan damai dan lega. Tidak mengherankan jika seseorang yang telah benar-benar memaafkan merasa lebih ringan dan tenang, seolah-olah beban berat yang selama ini menekan dada akhirnya terangkat.
Lebih jauh lagi, penelitian yang dilakukan oleh Journal of Health Psychology menunjukkan bahwa individu yang sering memaafkan memiliki tekanan darah yang lebih stabil dan risiko lebih rendah terkena serangan jantung. Ini menunjukkan bahwa keputusan untuk memaafkan bukan hanya urusan emosional, tetapi juga merupakan langkah preventif untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Peran Otak dalam Proses Memaafkan
Memaafkan bukan hanya soal perasaan, tetapi juga berkaitan erat dengan mekanisme otak. Sebuah studi dari Nature Neuroscience menemukan bahwa ketika seseorang memaafkan, bagian otak yang disebut prefrontal cortex menjadi lebih aktif. Bagian ini bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, empati, dan kontrol diri.
Di sisi lain, amigdala bagian otak yang berperan dalam respons terhadap ancaman dan rasa takut mulai berkurang aktivitasnya. Ini berarti bahwa saat seseorang memaafkan, otak mengurangi persepsi ancaman dari kejadian yang telah berlalu. Hal ini menjelaskan mengapa setelah memaafkan, seseorang merasa lebih tenang dan tidak lagi terbebani oleh perasaan takut atau dendam.
Lebih menarik lagi, penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa latihan memaafkan secara sadar dapat mengubah struktur otak secara permanen. Mereka yang terbiasa memaafkan cenderung memiliki koneksi saraf yang lebih kuat di bagian otak yang berhubungan dengan rasa empati dan pengendalian emosi.
Memaafkan dan Sistem Kekebalan Tubuh
Salah satu manfaat terbesar dari memaafkan adalah peningkatan fungsi sistem imun. Ketika stres akibat dendam dan kemarahan berkurang, tubuh lebih mampu melawan infeksi dan penyakit.
Sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Dr. Fred Luskin, seorang peneliti dari Stanford Forgiveness Project, menemukan bahwa individu yang mempraktikkan memaafkan mengalami peningkatan produksi sel darah putih yang berfungsi sebagai benteng pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri.
Selain itu, individu yang sering memaafkan juga memiliki risiko lebih rendah terkena gangguan autoimun, seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Ini karena stres kronis akibat kemarahan yang tertahan dapat menyebabkan tubuh menyerang sel-selnya sendiri, memicu berbagai penyakit autoimun.