Di setiap fase sejarah bangsa, mahasiswa selalu hadir sebagai garda terdepan dalam menyuarakan perubahan. Mereka menjadi simbol intelektualitas, keberanian, dan idealisme yang tak tergoyahkan. Namun, di tengah arus politik yang semakin kompleks, posisi mahasiswa tak jarang dipertanyakan: apakah mereka masih murni sebagai penyambung aspirasi masyarakat, ataukah kini hanya menjadi alat bagi elit politik?
Di berbagai aksi demonstrasi, sering muncul spekulasi bahwa ada kepentingan tertentu yang bermain di balik layar. Tuduhan bahwa gerakan mahasiswa dikendalikan oleh aktor politik bukanlah hal baru. Sebagian pihak menganggap mahasiswa telah kehilangan independensinya dan hanya menjadi pion dalam percaturan politik nasional. Namun, benarkah demikian? Ataukah mahasiswa masih tetap setia pada idealisme perjuangan rakyat?
Sejarah Perjuangan Mahasiswa
Mahasiswa telah berulang kali membuktikan perannya sebagai katalis perubahan. Jejak panjang perjuangan mereka tidak bisa diabaikan begitu saja. Dalam sejarah bangsa, mahasiswa menjadi bagian penting dalam berbagai peristiwa krusial yang mengubah jalannya pemerintahan dan arah politik Indonesia.
Di era kolonial, pergerakan mahasiswa lahir dari kesadaran nasional untuk melawan penjajah. Organisasi seperti Budi Utomo (1908) dan Perhimpunan Indonesia (1925) menjadi wadah bagi pemuda intelektual untuk menggagas kemerdekaan. Tidak berhenti di situ, mahasiswa kembali membuktikan peran besarnya dalam menumbangkan Orde Lama pada tahun 1966. Gelombang demonstrasi besar-besaran yang dipimpin mahasiswa berhasil menggulingkan Presiden Soekarno dan mengantarkan Indonesia ke era Orde Baru.
Namun, idealisme mahasiswa tidak berhenti di sana. Sejarah Indonesia mencatat bahwa mahasiswa memiliki peran sentral dalam berbagai momen penting bangsa. Mulai dari pergerakan kemerdekaan, tumbangnya Orde Lama, hingga reformasi 1998, mahasiswa selalu berada di garda terdepan. Mereka menjadi corong aspirasi masyarakat, menuntut keadilan, dan melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa. Pada masa itu, mahasiswa dianggap sebagai kelompok yang relatif independen, tidak terikat oleh kepentingan politik praktis, dan murni berjuang untuk kepentingan rakyat.Tahun 1998 menjadi saksi keberanian mahasiswa dalam menumbangkan rezim otoriter Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Dengan nyawa sebagai taruhan, mereka menuntut reformasi total, membawa harapan akan demokrasi yang lebih baik.
Perjuangan mahasiswa pada masa-masa itu dilakukan dengan penuh keberanian dan keikhlasan. Mereka berjuang bukan untuk kepentingan kelompok tertentu, melainkan demi rakyat. Namun, apakah semangat yang sama masih terjaga di era saat ini?
Antara Idealismenya atau Kepentingan Politik?
Perkembangan yang politik Indonesia yang semakin dinamis sendiri turut membawa dampak terhadap pergerakan mahasiswa. Kemajuan teknologi dan media sosial mempermudah mahasiswa dalam mengorganisir gerakan dan menyebarluaskan aspirasi. Namun, di sisi lain, hal ini juga membuka celah bagi pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan mahasiswa sebagai alat politik.
Di tengah kompleksitas situasi, mahasiswa seharusnya kembali kepada peran utamanya: menjadi penyambung aspirasi masyarakat. Tantangan terbesar adalah menjaga independensi dan tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok tertentu. Mahasiswa harus mampu membedakan antara kepentingan rakyat dan kepentingan politik sesaat.