Bekerja di luar negeri sering kali dianggap sebagai pilihan pragmatis untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperluas wawasan profesional. Namun, tidak sedikit yang menganggap keputusan ini sebagai sikap tidak nasionalis, seolah-olah mereka yang mencari nafkah di negeri orang telah meninggalkan tanah air dan mengabaikan kepentingan bangsa.
Apakah anggapan ini benar? Ataukah ini hanya mitos yang perlu diluruskan?
Di era modern yang semakin terhubung, batas geografis tidak lagi menjadi penghalang bagi seseorang untuk berkarya dan mengembangkan potensinya. Globalisasi telah membuka peluang lebih luas bagi tenaga kerja untuk menapaki karier internasional. Meskipun demikian, masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa meninggalkan tanah air demi pekerjaan adalah bentuk pengkhianatan terhadap bangsa. Padahal, jika ditelaah lebih dalam, keputusan ini tidak selalu mencerminkan kurangnya rasa nasionalisme.
Bekerja di Luar Negeri Bukan Berarti Meninggalkan Indonesia
Anggapan bahwa bekerja di luar negeri berarti melepaskan keterikatan emosional dan ideologis dengan Indonesia adalah sebuah penyederhanaan yang tidak adil. Faktanya, banyak tenaga kerja Indonesia yang tetap memiliki kecintaan terhadap tanah air, meskipun mereka mencari penghidupan di negeri orang.
Nasionalisme bukan hanya diukur dari tempat seseorang tinggal atau bekerja, tetapi juga dari kontribusi yang mereka berikan kepada bangsa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seorang pekerja Indonesia di luar negeri tetap bisa berkontribusi bagi negaranya, misalnya dengan mengirimkan remitansi kepada keluarga di tanah air, mentransfer ilmu dan keterampilan yang mereka pelajari, atau bahkan membangun jaringan internasional yang bisa membawa manfaat bagi Indonesia.
Pekerja di Luar Negeri Bisa Membantu Kemajuan Bangsa
Fenomena tenaga kerja Indonesia yang merantau ke luar negeri bukanlah sesuatu yang baru. Sejak zaman kolonial, banyak pelajar dan profesional Indonesia yang menempuh pendidikan dan bekerja di luar negeri sebelum akhirnya kembali untuk membangun bangsa.
Para pendiri republik ini, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir, pernah menimba ilmu di luar negeri sebelum akhirnya menjadi tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka membawa pemikiran yang lebih maju dan wawasan global yang pada akhirnya membantu membangun Indonesia.
Di era modern, kontribusi diaspora Indonesia semakin terlihat nyata. Menurut data Bank Indonesia, remitansi atau kiriman uang dari pekerja migran Indonesia ke tanah air mencapai miliaran dolar setiap tahunnya. Uang ini tidak hanya membantu keluarga mereka, tetapi juga berkontribusi terhadap perekonomian nasional dengan meningkatkan daya beli masyarakat dan investasi domestik.