Selain itu, menganalisis keadaan emosional dan psikologismu sangat penting. Jika kamu merasa terlalu banyak tekanan dan stres di tempat kerja, mungkin ini saatnya untuk mempertimbangkan resign. Jangan abaikan perasaan tersebut, karena kesehatan mental adalah faktor yang tak kalah penting dalam karier. Sebaliknya, jika kamu merasa masih bisa berkembang dan merasa nyaman dengan perusahaan, maka bertahan mungkin akan lebih menguntungkan.
Yang terpenting adalah memiliki rencana yang matang. Jika kamu memilih untuk resign, pastikan kamu telah mempersiapkan rencana cadangan, baik itu dengan mencari pekerjaan baru atau memulai usaha sendiri. Jangan mengambil keputusan secara impulsif tanpa pertimbangan yang matang.
Kesimpulan
Di tahun 2025, pertanyaan tentang resign atau bertahan bukanlah hal yang mudah dijawab. Kedua pilihan memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing, dan keputusan yang diambil sangat bergantung pada tujuan karier, keadaan emosional, serta kondisi finansial masing-masing individu. Jika kamu merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak memberi tantangan lagi, resign bisa menjadi keputusan yang tepat untuk mengejar peluang baru yang lebih menjanjikan. Namun, jika kamu merasa bahwa ada potensi untuk berkembang di perusahaan yang ada, bertahan dan memanfaatkan setiap kesempatan bisa jadi pilihan yang bijak. Yang terpenting adalah memilih jalur yang membawa kebahagiaan, kepuasan, dan keberhasilan dalam karier jangka panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI