Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wick| Dunia dalam Penciptaan yang Berubah-ubah

10 Maret 2018   14:01 Diperbarui: 10 Maret 2018   14:13 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau burung yang indah, sarangmu ada di pepohonan dan semak belukar. Beranak pinaklah dan menyebarlah di sana. Di dahan-dahan pohon  dan sela-sela semak belukar."

Para pencipta sangat senang dengan adanya hewan-hewan, namun mereka masih punya masalah. Para dewa ingin dipuji atas usaha mereka yang luar biasa dan dipuja oleh semua ciptaannya. Binatang bisa berkoak, mendengking, dan menghasilkan bunyi tanpa makna, tapi mereka tidak mampu berkata-kata untuk memuji ciptaan para dewa. Para pencipta menjadi kecewa dengan keterbatasan ciptaan mereka. Kemudian para dewa berkata:

"Kami tidak akan mencabut apapun yang telah kami berikan kepada kalian. Karena kalian tidak bisa memuja dan mencintai kami, kami akan menciptakan makhluk yang bisa melakukannya. Makhluk baru ini akan lebih unggul dari kalian dan bisa menguasai kalian. Itulah takdir kalian, mereka akan mencabik dan memakan daging kalian. Biarlah semua itu terjadi!"

Para pencipta kemudian menciptakan golongan makhluk yang lebih unggul dari hewan. Makhluk ini adalah suku Maya yang mampu bicara. Namun, pekerjaan itu tidaklah mudah. Dengan ini jika dikaitkan pada ilmu pengetahuan modern paling tidak hampir sejalan dengan penciptaan di mulai dari unsur-unsur pembentuk dasar dan permukaan bumi kemudian baru dimunculkan organisme kehidupan seperti tumbuhan dan hewan, dan terakhir jenis manusia sebagai kunci penutupnya. Dan jika secara teologis, kode 'pencipta' di sini menyiratkan pesan pada peranan jamak 'pelaku' penciptaan. Kesan ini menjadi cenderung pada sudut pandang politeisme dengan sosok Ketuhanan lebih dari satu.

Sementara pada Mitologi Mesir, dari ketiadaan (Nu) dengan kemudian muncul keberadaan (Amun) yang menjadi tokoh utama proses penciptaan dari kedelapan dewa pertama(Nu, Naunet, Hey, Hauhet, Kek, Kauket, Amun, Amaunet) yang disucikan di Hermopolis. Maka keberadaan ini (Amun), memulai proses penciptaan mahkluk dewata lainnya terlebih dahulu dengan tujuh dewa yang tergabung dalam anggota Ogdoad serta dengan tanah purba (tanah kering pertama) yang ia lanjutkan dengan menciptakan Ennead, kelompok sembilan dewa (Atum, Shu, Tefnut, Geb, Nut, Osiris, Seth, Isis dan Nephthys) yang disucikan di Heliopolis dan Memphis. Amun juga menciptakan Khnum, dewa berkepala kambing, ruh, dan iblis yang mendiami langit, bumi, dan dunia bawah.

Setelah melakukan penciptaan berat ini, Amun naik ke langit dan berubah menjadi matahari yang memberi kehidupan (oleh karenanya ia sering dipanggil Amun-Ra atau Dewa Matahari). Ketika ia menengok ke bawah, fase baru dari penciptaan telah dimulai, yaitu bumi di mana manusia akan tinggal. Untuk menyempurnakan tugas tersebut, Amun memilih Khnum yang di mana kedua sosok ini menjadi dualitas Dewa Takdir oleh masyarakat Mesir. Sementara Amun mengawasi takdir alam semesta, takdir yang yang diawasi oleh Khnum adalah bangsa manusia. Dan atas seijin Amun ia menciptakan manusia pertama di roda tembikarnya yang hebat.

Ciptaan baru Knum ini membutuhkan tempat untuk hidup. Dengan bantuan Amun di atas, Khnum menggulung air kegelapan di sekitar tanah purba hingga menguak tanah kering. Di tempat baru ini ia membantu manusia pertama membangun kota pertama. Sebagian besar kota-kota itu dibangun seperti Thebes suci. Khnum juga mendiami lahan pertama ini yang kemudian dikenal dengan Mesir, dengan semua binatang, mulai dari burung, ikan, buaya, dan kumbang. Kemudian ia membuat pohon, tanaman, dan tumbuhan-tumbuhan lain yang tumbuh melimpah ruah di permukaan bumi. 

Pada masa itu, ketika manusia memiliki anak-anak dan berkembang biak, lahan lain yang kosong pun mulai ditinggali. Namun Mesir tetap menajadi pusat dunia yang diciptakan oleh Amun dan dewa-dewa lainnya yang juga diciptakan oleh Amun. Jika dikaitkan dengan mitologi Aztec dan Maya sebelumnya, ini menjadi sedikit berbeda di mana pada mitologi Mesir kemunculan manusia belum didukung kesiapan alam buminya untuk menjalani kehidupan, dengan kemunculan bentuk alam beserta organismenya serta tumbuhan dan hewan justru sesudah manusia pertama diciptakan.

Kini sejenak beralih pada mitologi Cina, di mana Panku mulai kelelahan dengan semua keributan dan kekacauan di sekitarnya terus-menerus yang membuat syarafnya tegang. Hiruk-pikuk itu membuat telinganya berdenging, dan itu membuatnya sangat cepat marah. Semakin lama ia melihat kekacauan itu semakin ia merindukan kedamaian tidurnya yang nyenyak.  Kekacauan itu mengganggunya, namun yang lebih penting, Panku tahu bahwa tempurung alam semesta ini bisa pecah kapan saja.

Panku tahu ia harus bertindak; ia menunggu hingga dunia tenang dan merebut sebuah meteor yang panjang. Ia melempar sebuah kapak dan mengayunkannya turun dengan segenap kekuatannya. Kapak itu tepat mengenai pusat telur dan meledak sangat dahsyat. Suara dentuman bergema ke seluruh penjuru dunia dan merobek semua partikel dan gas yang ada di alam semesta menjadi dua bagian. Cahaya, kekuatan murni dunia,  mengapung dan membentuk awan biru. Kejahatan, kekuatan gelap dari alam semesta tenggelam dan membentuk tanah yang subur.

Panku sangat gembira dengan dunia barunya. Dunia itu menjadi indah, tentram dan damai. Untuk memelihara keadaan itu, ia menopang langit dengan lengannya yang kuat, menjepit tubuhnya antara kayangan dan bumi. Setiap hari langit tumbuh tinggi, dan Panku pun menopangnya dengan semakin tinggi.  Selama ribuan tahun, ia menyangga kayangan tanpa mengeluh, memutuskan bahwa dunia tidak boleh kembali pada kekacauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun