Mohon tunggu...
Franhky Wijaya
Franhky Wijaya Mohon Tunggu... Praktisi Perencanaan Properti

Setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia properti, saya merasa waktunya berbagi insight yang bisa berguna bagi sesama praktisi dan keluarga Indonesia. Fokus saya di bidang perencanaan, mulai dari pengembangan rumah tapak, ruko, pergudangan, hingga apartemen.

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Ketika Keheningan Menjadi Tempat Pulang

2 September 2025   14:42 Diperbarui: 2 September 2025   16:30 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana rumah yang tenang (Source: Lisa from Pexels)

Tidak semua orang mendambakan rumah yang ramai. Ada jiwa-jiwa yang justru merasa lebih hidup saat berada dalam kesunyian. Bukan berarti mereka anti sosial, hanya saja mereka butuh ruang yang tidak "memaksa".

Bagi seorang introvert, rumah bukan sekadar tempat berteduh, melainkan tempat pulang yang sesungguhnya. Di sanalah energi dan pikiran bisa dipulihkan kembali.

Saya pernah berkunjung ke rumah seorang teman yang tinggal di pinggiran kota. Rumahnya sederhana, tidak besar, bahkan jauh dari kata mewah. Namun begitu saya melangkah masuk, rasanya seperti disambut pelukan yang menenangkan.

Tidak ada suara bising, tidak ada dekorasi berlebihan. Yang ada hanya cahaya lembut yang masuk dari jendela kecil dan aroma kayu yang menenangkan. Teman saya bilang, rumah itu memang sengaja ia rancang agar bisa menjadi tempat ia menyendiri, tanpa merasa terasing.

Sejak saat itu saya mulai berpikir, apa saja yang dibutuhkan seorang introvert dalam rumahnya? Apa yang membuat sebuah ruang benar-benar nyaman untuk jiwa yang tenang?

Privasi yang nyata

Bagi seorang introvert, privasi bukan hanya soal pintu yang bisa dikunci. Lebih dari itu, privasi adalah rasa nyaman dan aman. Itulah sebabnya rumah ideal bagi mereka biasanya tidak terlalu terbuka ke arah luar. Jendela besar yang langsung menghadap jalan memang terlihat cantik bagi sebagian orang. Tapi bagi introvert, hal itu justru bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.

Mereka biasanya lebih suka jendela yang menghadap ke taman dalam atau sekadar dinding tetangga yang sunyi. Fasade rumah pun cenderung tertutup. Bahkan pagar rumah bukan hanya soal keamanan fisik, melainkan juga cara menjaga jarak dari dunia luar. Bukan berarti mereka membenci orang lain, melainkan karena mereka butuh ruang untuk menjadi diri sendiri tanpa interupsi.

Privasi juga bukan cuma soal visual, tapi juga soal suara. Dinding yang mampu meredam bising, lantai yang tidak berisik saat diinjak, semua itu menciptakan ketenangan. Dan bagi introvert, rumah yang sunyi adalah rumah yang menyembuhkan.

Ruang personal yang terdefinisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun