Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Makna di Balik Rasa Takut Petani terhadap Alam dan Leluhur

25 Februari 2021   14:16 Diperbarui: 26 November 2021   00:18 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ragam sesajen pada saat menanam padi. Sebagai wujud sikap hormat terhadap Pencipta, leluhur dan alam. Sumber: kebudayaan-dayak.com

Jumpa kembali dengan artikel tentang suku Dayak Desa setelah cukup lama hilang dari peredaran waktu.

Artikel ini muncul sebagai sebuah permenungan kembali atas pandangan yang pernah dikemukan oleh Y. Boelaars dalam bukunya Kepribadian Indonesia Modern. Sebuah pandangan yang pernah saya temukan di masa-masa pergumulan menyelesaikan tugas akhir kuliah yang temanya berkaitan dengan kehidupan para peladang.

Y. Boelaars yang adalah seorang misionaris dan antropolog, dalam bukunya tersebut berpendapat bahwa para petani belum menjadi manusia yang bebas dalam mengasihi Allah dan sesama. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka seringkali masih terkurung dalam rasa takut. Rasa takut itu diakibatkan adanya malapetaka, celaka, leluhur yang marah, arwah yang belum tenang, dsb, yang sering kali mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, sebagaimana ditulis oleh Boelaars, di situlah letak peran kekristenan. Dalam agama Kristen petani menemukan seorang Allah-Pencipta-Bapa yang penuh kasih kepada umat-Nya sehingga manusia berani menyerahkan diri kepada-Nya dengan harapan akan selamat walaupun bencana dan malapetaka berlangsung terus. Kebaikan sempurna Allah-lah yang telah menebus petani dari ketakutan-ketakutan yang membuat mereka merasa tidak bebas mengasihi Allah dan sesama.

Pandangan Boelaars di atas benar adanya sejauh dilihat dalam konteks perjumpaan iman Kristiani dengan ragam tradisi dan budaya manusia. Sebuah perjumpaan yang mana di dalamnya Gereja meyakini bahwa aneka ragam budaya manusia sungguh dapat menjadi medan pewartaan Gereja menyebarluaskan dan menguraikan pewartaan tentang Kristus. Aneka ragam budaya manusia sungguh dapat menjadi medan pewartaan, sebab Allah, yang mewahyukan diri-Nya sepenuhnya dalam Putra-Nya yang menjelma, telah bersabda menurut kebudayaan yang khas bagi pelbagai zaman (Dokumen Konsili Vatikan II Gaudium et Spes no. 58).

Artikel ini sendiri tidak hendak menyibukkan diri mengulas segala hal ihwal yang berkaitan dengan perjumpaan iman dan budaya tersebut. Bahwa rasa takut yang Boelaars pahami menjadi penghalang bagi para petani dalam mengasihi Tuhan dan sesama tentu saja ada benarnya. Akan tetapi, mengapa rasa takut itu hinggap dalam diri mereka juga harus dipahami dan dimaknai dengan baik dan benar. Tentu saja dengan bertitik tolak dari konteks hidup mereka sebagai petani.

Upaya pemahaman dan pemaknaan itulah yang akan coba saya urai dalam artikel berikut ini. Dan kehidupan agraris komunitas adat Dayak Desa akan saya jadikan sebagai rujukan utama dalam upaya pemahaman tersebut.

Pertanyaan yang langsung muncul ialah mengapa seakan-akan ada rasa takut dalam diri para petani dalam mengolah dan memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Sungguhkah rasa takut itu menjadi penghalang bagi mereka dalam mengasihi Tuhan dan sesama secara bebas sebagaimana dimaksud oleh Y. Boelaars?

Untuk mengerti dan memahami rasa takut yang kadang muncul dalam diri para petani, saya akan menjadikan dua hal berikut sebagai titik pijak pemahaman. Topik-topik yang sebetulnya sudah pernah saya singgung dalam beberapa artikel yang berbicara tentang suku Dayak Desa.

Pandangan tentang Alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun