Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Makna di Balik Rasa Takut Petani terhadap Alam dan Leluhur

25 Februari 2021   14:16 Diperbarui: 26 November 2021   00:18 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ragam sesajen pada saat menanam padi. Sebagai wujud sikap hormat terhadap Pencipta, leluhur dan alam. Sumber: kebudayaan-dayak.com

Alam, baik bagi masyarakat Dayak, merupakan bagian dari seluruh kehidupan mereka. Untuk itu, harus diperlakukan dengan hormat dan beradat. Perlakuan dan pemanfaatan yang bijaksana, hormat dan beradat terhadap alam tidak ada tujuan lain selain terbangun dan terpeliharanya relasi yang harmonis dengan alam itu sendiri.

Perlakuan dan pemanfaatan alam secara hormat dan beradat didasarkan pada keyakinan kalau Yang Ilahi itu hadir dalam dan melalui alam. Juga, didasarkan pada keyakinan bahwa alam itu memiliki kekuatan magis. Kekuatan magis ini tidak hanya menimbulkan rasa hormat dalam diri manusia, tapi juga ketakutan.

Alam tidak hanya bisa mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan, tapi juga bisa mendatangkan celaka dan bencana bagi manusia bila tidak diolah dengan bijaksana. Rasa hormat yang tinggi kepada kekuatan-kekuatan gaib dan roh leluhur, dengan demikian, harus selalu ditunjukkan dalam seluruh laku hidup masyarakat.

Manusia harus menghargai dan menghormati alam agar hidup mereka penuh dengan berkat, bukan kutuk. Alam tidak hanya bisa mendatangkan bahagia, tetapi juga celaka. Contoh kecil ialah apa yang tertulis dalam doa permohonan berikut:

"Sak, dua, tiga, empat, limak, enam, tujuh,... Kami tuk kak kerja, nebas-nebang di tok. Kami suruh berkat, kami suruh selamat, isak nadai sipat rangau punai, tingang kayu besai,tacah isau simpai, telih beliung betangkai. Asa adai tai kak ngacau ngricau, teka kitap kah ngau sayap, kisai kah ngau langai, terapak kah ngau suak, renyok kah ngau patuk, mati kah ngau taji".

(Artinya: "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,... Kami ini mau bekerja, menebas-menebang di sini. Kami mohon berkat, kami minta selamat, agar jangan disimbat ranting kasar, ditimpa kayu besar, terluka pisau simpai, tertimpa kapak bertangkai. Kalau ada yang mau mengacau, kibas dengan sayap, libas dengan ekor, tabrak dengan tubuh, remuk dengan paruh, matikan dengan taji")

Bagian yang saya cetak tebal mau menunjukkan bahwa alam sungguh bisa mendatangkan sakit dan celaka bagi manusia. Lalu, bagaimana agar alam bisa selalu mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan? Tidak ada pilihan lain bagi warga selain memanfaatkannya dengan hati-hati, bijaksana, hormat dan beradat.

Alam mendatangkan banyak manfaat dan keuntungan bagi hidup mereka. Dari alam mereka bisa mencari bahan untuk membangun rumah, mereka bisa berladang, mendapatkan bahan anyaman, berburu serta kegiatan lainnya. Semua itu sudah tersedia dan tidak akan musnah sejauh manusia bijaksana dan tidak serakah.

Bagi masyarakat Dayak, alam tempat mereka hidup dan bergerak memiliki unsur mistis. Mereka tidak hidup sendiri di alam itu, ada juga penghuni lain yakni dewa-dewa atau roh-roh.

Kenyataan ini menghantar mereka pada kesadaran supaya berhati-hati dalam memperlakukan alam. Wujud-wujud yang tak nampak itu bisa mendatangkan sakit, luka dan celaka bila diabaikan dalam gerak hidup sehari-hari. Sebaliknya, mereka bisa mendukung usaha, mendatangkan selamat bila keberadaan mereka diakui, dihormati dan dihargai.

Karena itu, bukanlah hal yang mengherankan bila dalam berladang para petani selalu memperhatikan tanda-tanda alam. Tanda-tanda alam, dalam keyakinan mereka, merupakan sarana yang melaluinya Yang Ilahi menyampaikan pesan apakah lokasi tertentu boleh digarap atau tidak. Bagian-bagian tertentu dari hutan atau lahan tidak pernah bisa digarap, apabila dianggap tidak direstui oleh Yang Ilahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun