Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Mendengarkan dengan "Telinga" Hati!

12 Mei 2022   22:34 Diperbarui: 12 Mei 2022   22:37 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepasang telinga hati. Gambar diambil dari thewriters.id

Tampaknya, aksi mendengarkan sungguh menarik hati Paus Fransiskus. Pasalnya, dalam Pesan Pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-56 yang akan diperingati pada 29 Mei 2022 mendatang, Paus mencetuskan tema:

Mendengarkan dengan Telinga Hati

Bagi saya, tema yang disampaikan Paus Fransiskus bukan semata-mata frasa yang puitis dan absurd. Melainkan, tema itu sungguh kuat dan dalam.

Kembali, saya mau merujuk pada keterangan tentang mendengarkan di atas.

Kalau memang betul, seseorang telah sampai pada tahap mendengarkan, bukan hanya indera saja yang diaktivasi melainkan rasa, logika, dan roh(ani).

Bisa saja seseorang dikatakan telah mendengarkan dengan baik, tetapi tidak mengerti konteks, teks, dan roh pembicaraan. Alhasil, dia menipu diri sendiri dan orang lain yang didengarnya.

Kalau sungguh mendengarkan, si pendengar pasti turut membuka dengan lebar (dua daun) telinga fisik dan juga telinga hati. Sebab, menurut Paus Fransiskus, di hati setiap manusia ada telinga yang menjadi gerbang menuju empati dan roh kebenaran.

Perhatian Paus Fransiskus tertuju pada fenomena: "banyak orang memiliki telinga yang lengkap dan sempurna, tetapi masih tuli akan apa yang terjadi!". Mayoritas umat manusia sedang kehilangan kemampuan untuk mendengarkan orang-orang di sekitar.

Dalam ajaran moral, dikatakan bahwa setiap manusia memiliki hati nurani dan suara hati yang menuntun manusia pada hal yang baik dan benar di hadapan Tuhan. Bisa terjadi bahwa suara hati atau hati nurani tumpul, karena telah sering ditekan oleh ide, kebiasaan, ajaran, dan tingkah laku yang sesat dan keliru.

Hal ini menjadi satu faktor penyebab seseorang tidak sanggup mendengarkan hal-hal baik dari orang-orang di sekitar. "Telinga" hati telah tumpul dan tertutup. Hal ini berimbas pada kualitas pemberian diri yang kurang total: atau pasif atau aktif.

Tidak terjalin dialog yang sehat dan baik. Si pendengar telah menutup telinga, sehingga tidak ada lagi kegiatan mendengar. Terjadi penolakan untuk mendengar. Maka, dapat dimaklumi sering muncul perang, invasi, dan penghancuran terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun