Mohon tunggu...
Akhmad Fourzan Arif Hadi P
Akhmad Fourzan Arif Hadi P Mohon Tunggu... Profesi saya sebagai Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kabupaten pada Kemendesa PDT

Saya adalah seorang pria disabilitas daksa yang memiliki kegemaran berkelana, berdiskusi, dan tentu saja ngopi di berbagai kedai formal (seminar, workshop, dan ruang-ruang diskusi lainnya) serta kedai non formal. Urusan menulis artikel tidak begitu mahir. Nama panggilan saya adalah ITONG.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pola Asuh Otoriter dan Layanan Pesan Antar Makanan

14 April 2025   21:35 Diperbarui: 14 April 2025   21:35 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sedang memilih makanan pada layanan pesan antar makanan (Sumber: foto dokumen pribadi)

Di dunia digital yang berkembang pesat, anak-anak kita hidup dalam dunia yang penuh dengan godaan. Layanan pesan antar makanan seperti Go-Food, GrabFood, ShopeeFood, dan sebagainya berperan bukan hanya sebagai penyedia makanan, tetapi sebagai pembantu yang datang dengan tangan terbuka. Seperti pelayan yang selalu siap untuk mengabulkan setiap permintaan, aplikasi-aplikasi ini dengan cepat memenuhi keinginan anak-anak kita tanpa ada keraguan. Anak-anak Gen Alpha menatap layar ponsel mereka dengan mata berbinar, memilih apa pun yang mereka inginkan tak ada batasan, tak ada peraturan, hanya kebebasan untuk memilih dan menikmati.

Namun, dalam dunia yang serba bebas ini, ada sosok yang tak bisa dikesampingkan. Orang tua, dengan penuh hati-hati dan kedisiplinan tinggi, memainkan peran bak VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang menjadi sebuah kekuatan tegas dan terstruktur dan menegakkan aturan tanpa kompromi. Di balik dunia bebas ini, orang tua harus berjuang keras untuk mengendalikan segala sesuatu terutama dalam memilih makanan yang akan masuk ke dalam tubuh anak-anak mereka. Seperti VOC yang mengatur jalannya perdagangan dengan tangan besi, orang tua pun harus menjaga kendali atas pilihan yang sering kali tampak begitu menggoda di dunia digital.

Saat anak-anak kita membuka aplikasi layanan pesan antar makanan, mereka bertemu dengan sosok yang tak sabar menunggu untuk melayani mereka. Go-Food, dengan senyum digitalnya, menyapa mereka dengan berbagai pilihan, seolah berkata, "Apa yang kamu inginkan hari ini? Semua tersedia di sini." Begitu juga dengan GrabFood dan ShopeeFood, yang tidak kalah dalam menawarkan berbagai hidangan lezat. Mereka bukan sekadar aplikasi. Mereka adalah pengundang yang mengalirkan kebebasan kepada anak-anak, menawarkan pilihan tanpa batas, tanpa pertanyaan, dan tanpa syarat.

Namun, di balik kebebasan ini, ada VOC yang selalu hadir dalam bentuk orang tua, yang tidak pernah rela membiarkan dunia ini berjalan tanpa kendali. VOC adalah penguasa yang ketat. Melarang sembarang pilihan tanpa pertimbangan matang. VOC mengatakan, "Jika kamu memilih sesuatu, pastikan itu membawa manfaat, bukan sekadar kepuasan sesaat." Orang tua menjadi pengingat, yang tidak pernah lelah memberikan aturan, yang selalu memastikan bahwa setiap keputusan, termasuk dalam memilih makanan harus melalui proses yang bijaksana.

Bagaimana bisa aplikasi layanan makanan yang begitu menggoda itu menahan laju kebebasan anak-anak kita? Ini adalah medan perang antara kemudahan dan kontrol, antara kebebasan tanpa batas dan aturan yang membatasi. VOC ingin memastikan anak-anak mereka tahu bahwa tidak semua yang manis itu baik. Mereka mengajarkan bahwa kebebasan untuk memilih datang dengan tanggung jawab bahwa sebuah keputusan, seperti memilih makanan, seharusnya tidak didorong oleh rasa lapar semata, tetapi oleh pertimbangan yang matang tentang kesehatan dan kebutuhan tubuh.

Bayangkan, saat anak-anak kita memilih makanan melalui aplikasi, ada Go-Food yang melambaikan tangan dengan gembira, menyarankan makanan manis, gorengan, dan makanan cepat saji yang menggoda. Tetapi kemudian, VOC yang tidak pernah bisa lepas dari kewaspadaan terus mengingatkan, "Ada pilihan yang lebih sehat, ada pilihan yang lebih bijaksana." VOC berperan seperti penjaga gerbang yang tak pernah lelah memberikan arahan dan membatasi pilihan hanya pada makanan yang memenuhi standar yang telah ditentukan.

Menerapkan Aturan Ketat di Dunia Digital

Namun, menjadi VOC bukanlah hal yang mudah. Seperti perusahaan dagang yang harus mengatur jalannya perdagangan, orang tua harus hati-hati dalam menetapkan aturan. VOC tidak bisa hanya menjadi penguasa yang menghalangi setiap pilihan, melainkan harus berfungsi sebagai pemandu yang bijaksana. "Kamu boleh memilih, tetapi pilihlah dengan hati-hati," kata VOC, yang bukan hanya mengendalikan, tetapi juga mengajari anak-anak mereka untuk berpikir lebih kritis.

Ilustrasi orang tua yang sedang mendampingi anaknya menggunakan layanan pesan antar makanan (Sumber: foto dokuman pribadi)
Ilustrasi orang tua yang sedang mendampingi anaknya menggunakan layanan pesan antar makanan (Sumber: foto dokuman pribadi)

Namun, VOC tahu bahwa aturan yang terlalu ketat bisa membatasi ruang gerak anak untuk berkembang. Jika VOC hanya berfokus pada pengendalian tanpa memberi kesempatan untuk eksplorasi, maka anak-anak bisa merasa terkungkung. Seperti halnya perusahaan yang harus menyeimbangkan antara kontrol dan kebebasan dalam perdagangan, orang tua pun harus bijak dalam mengatur kedisiplinan dan kebebasan memilih. Memberi kesempatan anak-anak untuk memilih dalam batasan yang sehat adalah tantangan terbesar bagi orang tua yang berperan sebagai VOC.

Di dunia yang semakin terbuka dengan kebebasan digital, pola asuh otoriter ala VOC menjadi jawaban yang sulit namun perlu. Anak-anak mungkin merasa bahwa aplikasi layanan makanan adalah "teman sejati" mereka yang selalu siap menyajikan apa pun yang mereka inginkan. Tetapi di balik itu, ada orang tua yang bertindak sebagai VOC untuk menegakkan aturan dengan bijak, memberikan pengertian bahwa setiap pilihan harus dipertanggungjawabkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun