Mohon tunggu...
Firmansyah
Firmansyah Mohon Tunggu... Guru - #TeacherBlogger

I'm a proud #TeacherBlogger who loves Writing, Traveling, and Taking Pictures. Currently teaching English, Arabic and several Arabic-related lessons at one of Islamic Boarding Schools in Tangerang, Banten. Visit my blog at www.bangfirman.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menilik Solusi Terbaik dari Peliknya Polemik Plastik

10 Agustus 2019   13:59 Diperbarui: 6 Maret 2020   18:47 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan layar dari Akun Instagram @aqualestari


Maaf, Mas. Belanjaannya mau dibungkus kantong plastik? Jika ya, nanti dikenakan biaya tambahan. Tidak apa-apa?

Mohon maaf, Mas. Sebagai bentuk peduli lingkungan, restoran kami sudah tidak menggunakan sedotan plastik untuk setiap pembelian minuman. Sebagai gantinya, jika Mas tertarik kami juga menjual sedotan stainless.

Dua petikan percakapan di atas adalah salah dua dari segelintir fakta yang saya dan mungkin juga Anda temukan dan rasakan di sebagian tempat umum beberapa waktu belakangan ini, seperti minimarket, supermarket, restoran cepat saji, bioskop, dan lain sebagainya. Tak bisa dipungkiri, kondisi keberadaan sampah dan limbah plastik memang semakin memprihatinkan, sehingga tak pelak plastik sering dijadikan 'kambing hitam' dalam permasalahan ini. Bukan hanya di Indonesia, namun juga di seluruh penjuru dunia.

Dahsyatnya pemberitaan tentang polemik plastik di berbagai media informasi publik, mulai mencuri perhatian pelbagai kalangan dari seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Pemerintah, pihak swasta, lembaga swadaya, komunitas peduli lingkungan, publik figur, tokoh masyarakat, akademisi, hingga masyarakat umum mulai riuh mengampanyekan berbagai gerakan bernada sama, seperti Kampanye Anti-Sampah Plastik, Gerakan Tanpa Plastik, Gerakan Diet Kantong Plastik, dan lain lain. 

Deretan gerakan kampanye tersebut tentu saja merupakan ajakan yang sangat positif kepada masyarakat untuk lebih bijak menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Ajakan tersebut pun mulai berdampak sedikit demi sedikit terhadap perubahan gaya hidup masyarakat, seperti mengganti peran kantong plastik dengan paper bag atau tote bag saat berbelanja, membawa tempat minum sendiri, memiliki sedotan stainless sebagai pengganti sedotan plastik, serta berbagai 'peran pengganti plastik' lainnya.

Pemandangan sampah plastik yang memprihatinkan. Sumber gambar: koranyogya.com
Pemandangan sampah plastik yang memprihatinkan. Sumber gambar: koranyogya.com

Namun, apakah itu cukup untuk dijadikan sebagai solusi? Jawabannya tentu saja belum cukup. 

Apalagi kalau masyarakat, khususnya netizen hanya ingin 'pamer' di media sosial mereka masing-masing. Alih-alih ingin terlihat peduli lingkungan dengan menggunakan sedotan stainless saat minum-minum di restoran lalu berswafoto, tetapi di lain kesempatan tetap jajan es cendol pinggir jalan dengan menggunakan sedotan plastik. Atau berbelanja kebutuhan untuk sebulan di supermarket dengan berbungkus-bungkus kantong plastik. Ya, sama saja bohong!

Padahal jika ditilik lebih dalam, kehidupan kita saat ini memang masih sangat membutuhkan plastik. Faktanya, plastik memang sangat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak bisa begitu saja dengan mudahnya mengganti fungsi segala sesuatu yang berbahan plastik dengan bahan-bahan alternatif lainnya, seperti kaca, timah, aluminium, atau bahan alternatif lainnya. 

Menurut riset dari Trucost, dari segi dampak terhadap lingkungan, kesehatan manusia, ekosistem, perubahan iklim dan kerusakan laut, kemasan plastik masih merupakan yang paling efisien jika dibandingkan dengan bahan alternatif lainnya. Tanpa plastik, berat kemasan dapat meningkat sebanyak 400% sehingga dapat menyebabkan biaya produksi dan energi menjadi berlipat ganda, serta pemborosan bahan juga meningkat sebesar 150%. 

Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari
Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari

Sifat plastik yang tahan lama, ringan dan juga ekonomis membuatnya dimanfaatkan untuk banyak hal. Penemuan plastik memungkinkan kita sebagai manusia untuk memproduksi produk-produk yang menunjang kehidupan. Bahkan plastik juga dapat berkontribusi pada peningkatan tingkat produktivitas sumber daya alam. Kemasan plastik dapat mengurangi limbah makanan dengan memperpanjang jangka waktu penyimpanan makanan dan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar untuk transportasi karena memiliki bobot yang ringan. 

Di balik semua manfaatnya, cara kita mengelola sampah plastik dan ketersediaan infrastruktur persampahan sangatlah krusial untuk menghindari sampah plastik berakhir di lingkungan. Menurut Jenna Jambeck setiap tahunnya 3,2 juta ton sampah plastik di Indonesia tidak terkelola. Sekitar 0,48-1,29 juta ton diantaranya mencemari laut. Sementara menurut Sustainable Waste Indonesia, di Indonesia hanya 9% sampah plastik yang didaur ulang. 

Lalu, dengan kebutuhan kita akan plastik saat ini, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir dampak dari sampah plastik? 

Penerapan Sistem Circular Economy

Salah satu solusi paling pertama dan utama yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah sistem produksi dan penggunaan kemasan plastik itu sendiri. Sebagai perbandingan yang nyata, secara fakta penggunaan plastik per-kapita Eropa saat ini lebih banyak dari Asia. Akan tetapi, Asia justru merupakan penghasil polusi sampah terbesar di dunia. Mengapa demikian? Karena Eropa sudah lebih dulu menerapkan sistem circular economy atau bisa juga disebut sistem berkelanjutan, sehingga berhasil mendaur ulang 53% sampah plastik yang mereka hasilkan.

Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari
Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari

Perlu diketahui sebelumnya bahwa saat ini, sistem ekonomi yang masih banyak diterapkan adalah linear economy atau sistem tidak berkelanjutan. Dalam sistem ini proses produksi, konsumsi, dan pembuangan berada dalam satu garis lurus sehingga hasil akhir dari proses ini adalah sampah. Bagaimana dengan sistem ekonomi yang ramah lingkungan dan relatif bebas sampah? 

Produk sisa hasil konsumsi sampah dikumpulkan dan diproses untuk dikembalikan pada proses awal sehingga membentuk suatu sistem yang berkelanjutan. Bahan baku yang digunakan pun didesain untuk bersifat restoratif atau regeneratif sehingga dapat dimanfaatkan secara berulang. Nah, inilah yang disebut dengan circular economy, sistem yang menerapkan sistem berkelanjutan alami bumi yaitu siklus organik pada sistem produksi. 

Lalu, bagaimanakah penerapan circular economy untuk plastik? 

Prinsipnya sebenarnya sederhana, yaitu penerapan sistem agar kemasan plastik tidak berakhir sebagai sampah. Walaupun sudah digunakan, plastik masih memiliki nilai ekonomi dan dapat menjadi bahan baku untuk produk baru. Produk daur ulang plastik dapat berupa lapisan geotekstil, dakron, baju, alat tulis, dan lain sebagainya, termasuk sepatu dan tas daur ulang yang digunakan oleh Ibu Menteri Susi. Keren, kan?

Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari
Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari

Jadi, dengan adanya penerapan circular economy ini, siklus hidup kemasan botol plastik tidak berhenti setelah menjadi kemasan produk air minum, melainkan bisa digunakan secara terus menerus, asal tidak dibuang sembarangan. 

Inovasi dan Inisiatif Danone-AQUA dalam Menerapkan Economy Circular

Sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia dan memiliki keterkaitan langsung terhadap polemik plastik yang sedang marak di masyarakat, Danone-AQUA tentu tidak tinggal diam dan berpangku tangan. Danone-AQUA telah berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem pengelolaan sampah untuk memastikan botol kemasan bekas bisa terkumpul. 

Dalam hal ini, Danone-AQUA berkomitmen untuk mengambil kembali lebih banyak plastik dari yang mereka gunakan pada 2025 untuk mendukung terwujudnya circular economy. Dengan cara ini, masyarakat pada umunya juga bisa berkontribusi mewujudkan circular economy untuk plastik dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah plastik dari sampah organik dan juga menyetorkan sampah plastik ke bank sampah atau TPST3R / Recycling Business Unit (RBU) terdekat agar dapat didaur ulang. 

Salah satu inovasi dan inisiatif Danone-AQUA dalam penerapan circular economy adalah dengan menerapkan proses #Bottle2Bottle dalam produksi AQUA 100% recycled. Sesuai dengan namanya, #Bottle2Bottle adalah proses recycle botol plastik bekas menjadi botol plastik kemasan yang baru. 

Untuk prosesnya, dimulai dengan pengumpulan sampah botol plastik, lalu dilanjutkan ke Unit Bisnis Daur Ulang atau RBU (Recycling Business Unit), kemudian sampah plastik dibawa ke Pabrik Biji Plastik untuk dicacah, dan terakhir biji plastik hasil cacahan tersebut diolah kembali menjadi botol baru dan diisi dengan air mineral.

Proses #Bottle2Bottle yang diterapkan oleh Danone-AQUA. Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari
Proses #Bottle2Bottle yang diterapkan oleh Danone-AQUA. Sumber Infografis: Akun Instagram @aqualestari

Salah satu contoh nyata dari proses ini adalah pengiriman 10 ton botol plastik bekas yang telah berhasil dikumpulkan melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo, Pusat Daur Ulang (PDU) Batu Cermin dan Sektor Informal di Labuan Bajo untuk dapat diproses oleh Recycling Business Unit (RBU) mitra Danone-AQUA di Bali. Dengan menggunakan teknologi tinggi, bahan baku diolah menjadi botol baru AQUA Life oleh Pabrik Daur Ulang - Namasindo di Bandung. 

Hal yang membanggakan adalah bahwa Danone-AQUA merupakan pionir di Indonesia dalam inovasi proses #Bottle2Bottle untuk memproduksi botol yang 100% berasal dari proses daur ulang. Bukan hanya berasal dari bahan daur ulang, namun botol ini juga selanjutnya dapat di daur ulang kembali. Dengan demikian, proses #Bottle2Bottle ini dapat berulang sehingga terbentuklah circular economy.

Pada akhirnya, #Bottle2Bottle adalah salah satu jawaban dari komitmen #BijakBerplastik yang sering digemakan oleh Danone-AQUA dan juga untuk mengurangi masalah sampah sekali pakai. Danone-AQUA berencana untuk membuat seluruh kemasan 100% dapat didaur ulang, digunakan kembali, dan dapat terurai pada 2025 serta meningkatkan proporsi plastik daur ulang dalam botol dari 11% menjadi 50% pada 2025. 

Sumber: Tangkapan layar dari Akun Instagram @aqualestari
Sumber: Tangkapan layar dari Akun Instagram @aqualestari

Agar maksimal dan saling bersinergi satu sama lain, tentu saja solusi baik yang diciptakan Danone-AQUA ini pun perlu diiringi dengan konsistennya sikap dan perilaku masyarakat Indonesia untuk terus #BijakBerplastik dan mengubah gaya hidup menjadi ramah lingkungan. Seperti yang telah disinggung di awal tulisan, gaya hidup sederhana yang dapat diterapkan adalah dengan tidak memakai plastik sekali pakai, misalnya membawa botol minum, sedotan, dan kantung belanja sendiri.

Semoga program Danone-AQUA dan konsistensi gaya hidup masyarakat untuk #BijakBerplastik ini bisa menjadi salah satu solusi terbaik untuk menjawab peliknya polemik sampah plastik di lingkungan kita. Ingat, plastik bukan untuk ditinggalkan, tapi untuk digunakan secara bijak! Setidaknya untuk saat ini, sampai muncul suatu saat ini alternatif terbaik yang bisa menggantikan peran plastik. 

Salam Lestari ...

Firmansyah.

Sumber Referensi:

1. Situs Resmi Aqua Lestari (https://aqualestari.aqua.co.id/)

2. Akun Instagram Aqua Lestari (@aqualestari)

3. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190612035554-277-402548/bukan-tinggalkan-tapi-bijak-pakai-plastik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun