Mohon tunggu...
Floury Handayani
Floury Handayani Mohon Tunggu... wirausahawan -

penjual gado-gado, pembelajar, suka membaca, sedang belajar menulis, suka masak, senang makan enak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sarapan itu Penting, Anakku...

17 Oktober 2017   09:44 Diperbarui: 18 Oktober 2017   04:38 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: IG the.utie17

Perilaku makan anak dibentuk oleh keluarga dan sekolah. Pernyataan tersebut dapat dipahami karena "makan" merupakan kegiatan yang berulang, dan lingkungan terdekat anak adalah keluarga dan sekolah. Karena itu, pembiasaan makan yang baik harus diajarkan.  Ketika saya kecil, ibu saya mewajibkan sarapan bagi saya dan adik-adik saya. Sebelum berangkat sekolah, perut harus sudah terisi. Sarapan yang disiapkan pun "berat", diantaranya nasi pecel, nasi rawon, roti kacang ijo, roti tawar isi telur atau meses. Kalau menunya roti, biasanya ditemani susu putih atau kopi susu.

Dulu saya mengira, kebiasaan itu karena ibu melarang kami untuk jajan sembarangan. Jika sudah kenyang, tentu kami tak akan jajan. Juga untuk berhemat, karena kami lima bersaudara (ada satu lagi ketika kami besar), pastilah dengan sarapan di rumah, ibu saya bisa menghemat uang saku untuk anak-anaknya. Tapi ternyata, setelah dewasa, saya belajar bahwa manfaat sarapan lebih dari itu. Sarapan akan meningkatkan fokus anak dalam menerima pelajaran di sekolah. Setelah perut kosong di malam hari dalam waktu yang cukup panjang, dengan sarapan, anak tidak perlu memikirkan perut yang keroncongan ketika belajar. Pun, dengan perut yang sudah diisi, otak dapat bekerja dengan lebih baik.

Untuk anak-anak saya, kebiasaan sarapan yang diajarkan oleh ibu, saya lanjutkan. Variasi menu makanannya saja yang bertambah. Anak sulung saya menyukai makanan apapun, sementara adiknya cenderung memilih roti. Mau nasi kalau cocok dengan lauknya. Saya tidak memberikan susu untuk anak-anak, kecuali untuk mencairkan oatmeal. 

Selain membuat anak kenyang, dan tidak mau makan menu sarapan yang tersedia, kebiasaan minum susu menurut dokter anak kami hanya untuk masa balita. Setelah umur tersebut, tubuh orang Indonesia sulit untuk mencerna laktosa, sehingga menyebabkan kembung atau diare. Kebutuhan kalsium untuk tulang dan gigi, yang banyak terkandung dalam susu, bisa diperoleh dari ikan-ikanan. Siap dok..

Mendidik anak-anak untuk sarapan membutuhkan proses yang cukup lama, apalagi jam-nya juga cukup pagi karena sekolah masuk pukul 7.15.  Pertama yang saya ajarkan kepada mereka bahwa tubuh mereka butuh energi untuk belajar dan bermain di sekolah, sehingga harus diisi dengan makanan yang cukup bergizi. Itulah mengapa orangtua mengharuskan anak untuk sarapan.

Di awal pembiasaan sarapan, saya hanya meminta mereka untuk makan meski hanya tiga suap. Itu pun butuh waktu dan bujukan. Selanjutnya lima suap. Kadang masih ditawar, bisakah kurang dari itu. Setelah terbiasa, anak akan bisa sarapan sesuai porsi yang seharusnya.

Jika anak tidak mau makan dengan alasan tidak menyukai menunya, saya membolehkan anak memilih menu alternatif, seperti oatmeal yang cukup diaduk dengan susu, jika ada. Saya akan ingatkan kembali bahwa tubuh mereka membutuhkan asupan gizi yang cukup. Jika masih tidak mau, saya sering mulai makan duluan untuk membuat mereka tertarik mencoba. Jika dirasa enak, mereka akan ikut makan. Seringkali umpan seperti ini berhasil.

Jika semua upaya mengajak anak sarapan tidak mempan, saya biarkan anak pergi ke sekolah tanpa sarapan. Beberapa kali mengalami kelaparan di sekolah akibat tidak sarapan, ternyata cukup efektif membuat anak-anak lebih memilih sarapan daripada tidak. Mereka juga mau menerima apa pun menu yang tersedia. Mereka belajar bahwa konsekuensi dari tidak sarapan adalah kelaparan.

Selanjutnya, sarapan menjadi rutinitas harian sebelum pergi ke sekolah karena anak-anak tahu sarapan itu penting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun