Emosi selalu mengarahkan pikiran kita pada analisa yang lebih jauh. Entah itu positif ataupun negatif namun kita cenderung mengaitkan peristiwa satu dengan yang lainnya. Begitupun kritikan-kritikan yang dilontarkan Ajis.
Jika saya meneruskan menulis keluhan Ajis, bisa mengundang emosi Anda. Apalagi situasi yang segala issue dimanfaatkan oleh segelintir orang; narasi minoritas mayoritas; kita dan mereka.
Sebenarnya tidak ada jaminan apa yang diucapkan oleh pemerintah akan dilaksanakan atau misalnya janji-janji politik saat kampanye akan direalisasikan. Gampang saja, mereka bukan nabi yang harus dipercaya. Pemerintahan yang lalu kita kritik karena tidak melaksanakan janjinya. Pemerintahan yang baru kita dukung karena dia sudah berjanji. Padahal, sama saja. Mulanya berpegang pada janji.
Namun apa yang tetap mendorong kepercayaan kepada pemerintah? Jawaban sementara saya adalah: Keyakinan tunanetra adanya sifat kemanusiaan pada pemerintah; spiritualitas berupa konektifitas hati nurani setiap manusia yang hidup. Spiritualitas itu selalu ada pada benak manusia sebagai intuisi.
"Saya kecewa kepada pemerintah hari ini. Sangat kecewa!" Ucap Ajis sebelum turun dari kendaran tepat di depan sekertariat ITMI.