Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Yusril di Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin, karena Sinergis dan Dihargai

7 November 2018   19:33 Diperbarui: 7 November 2018   20:16 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yusril Ihza Mahendra legenda hukum yang tak pernah surut namanya kini di kubu Jokowi-Ma'ruf Amin (gambar CNNIndonesia/Hesti Rika)

Yusril mau menjadi pengacara nonstruktural TKN bagi Jokowi-Ma'ruf Amin, memang kejutan. Hal ini karena Yusril identik dengan massa Islam yang berseberangan dengan barisan Jokowi-Ma'ruf Amin. Tapi justru sekarang berkubu dengan pihak yang dulu menjadi "musuh".

Tengoklah dulu ketika Yusril adalah pengacara Prabowo-Hatta berjuang di Mahkamah Konstitusi seusai gelaran pilpres 2014. Yusril juga salah satu bacalon Gubernur DKI yang santer dijagokan sebelum koalisi Gerindra-PKS malah memilih Anies Baswedan di detik-detik terakhir. Yang, kontroversial tentu saja Yusril menjadi pengacara HTI yang diberangus oleh Menkumham dan sekarang menunggu ketok palu kepastian status hukumnya.

Bagaimana bisa?

Jawaban normatifnya ya dia pengacara profesional. Dalam kesetaraan hukum, tidak masalah siapapun klien-nya mau iblis atau malaikat asal yang diperjuangkan hak-hak hukumnya.

Jawaban historisnya ya kubu Prabowo-Sandi tidak men-spesial-kan kepakaran Yusril, atau posisinya sebagai orang nomor satu di PBB. Ketika Yusril menolak bergabung dengan koalisi partai pengusung Prabowo-Sandi, Yusril malah berkomentar tajam,

"Baik Jokowi maupun Prabowo tidak pernah mengajak PBB untuk mendukung  mereka. Kalau mereka sendiri tidak pernah mengajak kita untuk mendukung  mereka, untuk apa kita capek-capek mendukung salah satu dari mereka," ini diungkapkan Yusril 10 Agustus 2018. 

Pragmatis memang, karena PBB memang partai kecil yang untuk lulus Parlementary Threshold 4% saja sulit. Jadi tidak diperhitungkan itu bagi Yusril sudah sadar diri. Pada saat itu baik kubu Jokowi dan Prabowo mungkin sedang fokus membangun koalisi pastinya sendiri. Nah, perang Erick Tohir-lah yang membuat cerita berbeda. 

Terpilihnya  Erick Tohir sebagai ketua timses Jokowi adalah kunci yang membuka kunci-kunci lain. Ibaratnya, orang alim mengenali orang alim yang lain. Lobi-lobi pun di jalankan dan akhirnya Yusril menyetujui pinangan Erick Tohir, meskipun tanpa meminta PBB ikut mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Dalam senyap Erick Tohir, membuat penawaran yang tak bisa ditolakkan lagi, bahkan sebagai pengacara kondang Yusril bersedia tak dibayar.

Pepatah tiada pertemanan abadi, yang abadi hanya kepentingan rupanya berlaku.

"Kami enggak mau sembarangan dukung Pak  Prabowo karena yang pasti akan diuntungkan Gerindra. Kan masyarakat  berpikir ini (Prabowo) calon dari Gerindra," ini diungkapkan Yusril (24/9/18)

Yusril yang kritis, sangat tahu bahwa yang diuntungkan dalam koalisi hanya Gerindra, wong cawapresnya saja dulu dari Gerindra. Bahkan tengoklah hari-hari ini untuk wagub DKI pun Gerindra masih susah berbagi dengan PKS. Sehingga kalau mau eksis dalam politik ya harus berada di gerbong yang kans-nya menang besar. Tanpa itu, hanya menuju gerbang hari akhirnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun