Mohon tunggu...
Sigit Santoso
Sigit Santoso Mohon Tunggu... Administrasi - Peduli bangsa itu wajib

fair play, suka belajar dan berbagi pengalaman http://fixshine.wordpress.com https://www.facebook.com/coretansigit/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Solusi Macet dan Raup berkah dengan Uber Ride Sharing

8 November 2017   18:31 Diperbarui: 9 November 2017   04:20 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi dari embed video UBER Boxes Sunrise Youtube)

Macet sudah makanan sehari-hari bagi penduduk Jakarta. Di setiap jalan yang menuju arah persimpangan, akan macet. Jangankan jalan sempit berbelok, bahkan jalan lurus lebar pun bisa macet jika jalan itu adalah satu-satunya jalan yang bisa dilewati agar cepat sampai. Sudah tak peduli jalan besar atau jalan sempit sama saja. Ketika orang dituntut disiplin eh di jalan macet. Buang-buang waktu, stress banget ngga sih ? Eitss, derita belum selesai, cari lahan parkir susah lho, dan sesuai hukum ekonomi makin susah dicari, makin mahal harganya.

Simak hasil survey tim Uber di 9 kota Asia dengan total 9000 responden. 84% pemilik mobil banyak membuang waktu di jalan macet, 60% susah mencari lahan parkir, dan 45% mengeluhkan tingginya biaya parkir. Jadi memiliki mobil pribadi itu kalau tidak siap bukannya untung tapi malah buntung

Sebenarnya mengatasi macet itu ya kendaraan yang lewat jangan melewati batas kapasitas jalan itu saja. Tapi kan orang yang lewat kan makin banyak ? Jika kita berpikir sempit bahwa setiap orang yang lewat harus punya satu kendaraan maka kemacetan jalan tak akan punya solusi.

Solusi yang pas ya berpikir out of the box, bertindak beda untuk mengharapkan hasil yang berbeda pula.

Rubah Gaya Hidup

Orang dulu kemana pun jalan. Seiring kebutuhan hidup yang berkembang, perlu alat transportasi agar sampai lebih cepat. Keitka alat-alat tranportasi sudah makin modern, siapa  yang masih mau jalan saja kemana pun tujuannya ?

Kembali ke pangkal masalah yaitu orang yang ingin bepergian, orang yang ingin diperjalankan dari satu titik ke titik lain.

Orang boleh punya 1, 2, 3, 10, atau lebih bahkan mengkoleksi bermacam-macam kendaraan di garasinya. Namun yang berpindah bukan semua kendaraannya, tetap orangnya. Sebaliknya walaupun kendaraannya cuma satu namun bisa lebih dari satu penumpang yang diperjalankan menuju tujuannya masing-masing.

Jika awalnya satu jalan macet karena 5-8 mobil yang saling tidak mau mengalah, bagaimana jika ke-5 sampai ke-8 orang tadi bisa naik bersama dalam satu mobil. Inilah peluang untuk keluar dari problematika macet. Rubah gaya hidupmu dengan naik kendaraan bersama.

Penelitian The Boston Consulting Group menghasilkan kajian bahwa Ride sharing atau bahasa kita "nebeng" sanggup menurunkan tingkat penggunaan mobil di jalan hingga 60%. Bayangkan jika itu benar bisa terwujud. Semua jalan adalah jalan tol !

Lalu jika survey di atas di kombinasikan dengan survey lokal yang pernah dilakukan liputan6.com dengan 4.668 responden. Animo masyarakat cukup tinggi terhadap solusi transportasi online ini. Setidaknya ada 3 alasan utama yaitu :

1. Aman 61.4%

2. Nyaman 78.8%

3. Cepat 81.9%

4. Murah 84.1%

Aman

Keamanan itu tercipta karena adanya pengawasan. Nah, jika anda naik mobil dengan orang yang tak dikenal tentu tak aman. Tapi dengan semua data driver Uber yang transparan dicantumkan pengawasan akan mulai berlangsung saat anda naik mobil sampai anda turun mobil. Anda tahu siapa drivernya bahkan posisi dan routenya terawasi dengan teknologi GPS.

Mengenai penyalahgunaan data, saya kok yakin di era keterbukaan informasi dan kompetisi seperti ini setiap kebocoran akan cepat teratasi.

Kenyamanan

Dengan jumlah seat mobil yang terbatas, tidak mungkin anda berdesak-desakkan dalam mobil. Secara alamiah pemilik mobil akan memberikan layanan lebih bagi interior dan kenyamanan mobilnya sendiri.

Cepat

Mengapa cepat karena routenya bebas

Naik  angkot, bus, kereta api bahkan tidak bisa menjemput anda di mana saja,  apalagi di depan rumah. Tapi transportasi online bisa. Anda juga tidak  perlu menunggu berpeluh-peluh ria, lalu beberapa kali kecewa karena  kendaraan umum yang ditunggu penuh dan berdesak-desakkan.

Dan  lagi para driver transportasi online tidak perlu rebutan penumpang  karena ada sistem yang otomatis mencarikan penumpang. Apalagi jika  program Ride sharing seperti yang dimiliki Uber digalakkan ibarat  pepatah sekali dayung satu dua pulau terlampaui. Driver dan penumpang  sama-sama untung. Driver dapat harga pantas dan penumpang cepat sampai.

Mudah dan murah

Teknologi memang mempermudah urusan apapun. Termasuk dalam hal transportasi ini. Anda tidak perlu terburu-buru mengejar jadwal kendaraan umum. Anda tinggal tekan tombol aplikasi Uber maka mobil cepat datang. Bukan hanya itu dengan sistem Ride-sharing, ongkosnya bisa lebih ditekan lagi. Makin mudah makin murah.

Saya selipkan cerita tentang perbincangan saya dengan simbah saya sebagai gambaran.

Simbah : " Mbok kamu punya mobil biar gampang kemana-mana "

Saya : " Lha saya sudah kemana-mana memang naik mobil kok"

Simbah : " Angkot, bus ? "

Saya : " Enggak, mbah. Beneran mobil kan ada Uber "

Simbah : " Lho opo kuwi, ... diuber-uber "

Saya : " Pesen mobil pakai aplikasi handphone, mobil datang dianter sampai tujuan, murah pula "

Simbah : " Lho ko gampang banget ? Ga perlu beli mobil lagi dong "

Saya : " Biar ngurangi polusi mbah, ngirit, dan ga ribet bikin garasi sendiri .. haha "

Robert Hampshire, seorang professor dari University of Michigan’s Transportation Research Institute, mengeluarkan statement,

"Our findings show that these ride-sourcing companies do change behaviors,"

Bahkan, yang lebih utopis lagi Jhon Zimmer co-founder layanan transportasi Amerika, Lyft memprediksi bahwa kepemilikan mobil akan jarang sekali ditemui setelah tahun 2025.

Uber sebagai salah satu penyedia transportasi online sangat tepat juga menyasar ceruk Ride sharing ini. Solusi optimal Solusi Kreatif. Bersama moda-moda transportasi umum yang lain, Ride sharing seperti yang dioperasikan Uber akan makin mengikis kemacetan di kota mana pun. Bahkan mungkin Ride sharing adalah solusi juga untuk berkurangnya polusi dan beban financial masyarakat pemilik mobil.

Ditambah lagi hasil survey penelitian AlphaBeta, oleh Direkturnya Dr Fraser Thompson telah menghitung bahwa sampai tahun 2020 Indonesia bisa menghemat beban finansial akibat waktu perjalanan sebesar 138 triliun rupiah dan mengurangi emisi polusi udara setara 415.000 hektar lahan penebangan hutan.


Woow menakjubkan sekali !


Jika anda mempunyai mobil sekarang punya punya peluang untuk digali lagi nilai tambahnya. Suatu kali saya ngobrol dengan seorang driver transportasi online, dia sangat bersyukur dengan model bisnis ini karena mobilnya tidak hanya sekedar biaya bensin dan service saja. Ketika saya tanyakan sulitkah mengejar point bonusnya. Si driver ini santai menjawab, rejeki sudah ada yang mengatur. Yang penting kerja dengan benar kerja dengan ikhlas.

Kerja berkah itu kalau sama-sama ikhlas. Woow ... ternyata bisnis ini selain akan membantu lebih banyak manusia menembus kemacetan, juga melatih ketekunan dan keikhlasan.

Saling berbagi untuk membuka rejeki yang sering macet. Jangan-jangan memang rejeki kita selama ini macet karena tersandera keegoisan ingin menang sendiri, menguasai jalan sendiri. Sebab firman Tuhan menjelaskan ada hak-hak orang lain yang dititipkan kepada mereka yang dilebihkan harta duniawinya.

Go Ride sharing, tembus macetnya, buka jalan berkahnya.

Sigit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun