Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru: Arus Kecil yang Mengaliri Tanah Kering dan Menghadirkan Perubahan

29 Juli 2014   22:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:54 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14066210011884563989

Sumber Gambar: www.kompasiana.com
Judul buku
:
Oase Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik

No. ISBN
:
ISBN (13) 978-979-013-204-7

ISBN (10) 979-013-204-2

Penulis
:
Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan

Penerbit
:
Tanoto Fondation

Raih Asa Sukses (Penerbit Swadaya Group)

Cetakan &Tahun Terbit
:
I. Jakarta, 2014

Tebal Buku
:
iv + 260 hal

“Guru yang namanya tak terlupakan adalah guru yang paling memberikan hati pada anak-anak didiknya”

Sepenggal kalimat dalam kata pengantar buku Oase Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik (Dr. Zaim Uchrowi) di atas kembali mengingatkan kita semua, betapa pendidikan semestinya tidak hanya sebatas mengejar target kurikulum semata sehingga melupakan pembangunan karakter. Paradigma Holistik di masa lalu yang meyakini bahwa  manusia pada hakikatnya bukan hanya berupa raga melainkan juga jiwa sehingga rasio dan rasanya harus tumbuh berimbang, telah terkikis oleh paham Cartesian yang cenderung mengabaikan jiwa dan lebih memfokuskan pada raga. Pergeseran paham ini mengakibatkan dunia pendidikan dewasa ini lebih mengutamakan aspek kognitif (pengetahuan) yang lebih terukur lewat sistem ujian, dibandingkan aspek afektif dan psikomotorik.

Buku yang ditulis oleh Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan ini terbagi dalam tiga bagian yang memuat berbagai kisah inspiratif dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Para penulisnya berbagi pengalaman dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dalam pendidikan. Bagaimana perjuangan keras mereka untuk menjadi guru sejati, baik yang memutuskan untuk tetap berkarya dalam sistem formal maupun melakukan upaya perbaikan pendidikan meskipun harus di luar sistem.

PEMBELAJARAN YANG MEMERDEKAKAN

Sanggar Anak Alam mengutamakan pendidikan karakter bagi anak-anak sanggar. Pecahnya sebuah gentong air karena anak-anak mandi di dalamnya, justru menjadi pembelajaran bagi mereka untuk memaknai semua peristiwa serta menghadapi masalah yang nyata. Kejadian itu malah menginspirasi anak-anak untuk mengumpulkan aneka barang bekas demi mengumpulkan biaya membeli gentong baru. Selain mampu mencari jalan keluar permasalahan, anak-anak juga belajar membuat kesepakatan bersama, yaitu tidak boleh nyemplung dalam gentong, tidak boleh boros air, dan tidak boleh terlalu lama mandi.

SD Hikmah Teladan memiliki Forum Pararel bagi para guru-guru kelas satu menetapkan pentas drama “Alice in Worderland” sebagai unjuk kerja. Unjuk kerja merupakan aspirasi murni para guru sekaligus janji pada anak-anak di akhir semester. Ghafiki, seorang siswa kelas enam yang berkebutuhan khusus dengan kondisi ketertinggalan akademis secara menyeluruh, justru menunjukkan kelebihannya saat presentasi. SD ini tidak mengenal istilah tidak naik kelas. Selama anak menunjukkan sekolah adalah tempat yang mengasyikkan, maka anak harus naik kelas. Hal ini didasari keyakinan para guru bahwa sekolah yang berhasil menjadi tempat nyaman bagi kebebasan berekspresi, pastilah menyimpan harta karun.

Semesta Hati memiliki mayoritas siswa pindahan dari sekolah lain (sekitar 70%). Sekolah ini memberikan otoritas penuh bagi para pengajarnya untuk mengeksplorasi semua hal terkait pembelajaran mulai dari sumber, model, hingga evaluasi pembelajaran. Karenanya, para guru bebas berkreasi dalam pembelajaran di kelas dan tidak memiliki metode baku untuk memahami anak didik. Hanya ada proses trial dan error. Para pengajar percaya, perubahan bukanlah hal yang instan, tetapi membutuhkan proses dan waktu. Keyakinan ini pulalah yang mendasari Gios, seorang anak yang mengalami kesulitan membaca, menulis dan berhitung serta divonis memiliki IQ yang rendah, diterima untuk bersekolah di sini.

ANAK DAN KOMUNITAS BELAJARNYA

Bagian kedua dari buku ini diawali dengan kisah inspiratif di SMP Negeri 2 Pagedangan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Rizki adalah seorang murid yang kondisi ekonomi keluarganya memprihatinkan. Terkadang, ia tak punya ongkos untuk pergi ke sekolah. Sepeda pun ia tak punya. Kepala sekolah tergugah untuk menggagas pembuatan jepit rambut dari limbah kain dari pabrik pakaian di sekitar lokasi sekolah. Kegiatan yang merupakan bagian dari pendidikan kecakapan hidup dan merupakan salah satu pendidikan karakter ini ternyata menuai hasil yang menggembirakan. Tidak hanya Rizki, banyak siswa tidak mampu lainnya yang akhirnya mendapatkan sepeda baru dari hasil produksi jepit rambut yang semakin meningkat. Sungguh suatu pencapaian yang membanggakan dan patut untuk ditiru.

Sanggar Anak Akar yang berdiri pada tahun 1994, mengenal istilah kebersamaan untuk menyebutkan kegiatan kerumahtanggaan yang dilakukan secara bersama-sama, seperti membersihkan rumah, menyapu, mengepel, mencuci, dan memasak. Tak heran, bila kemudian atas inisiatif anak-anak sanggar, terbentuklah Tim Relawan Darurat untuk Kemanusiaan saat banjir melanda Jakarta pada tahun 2002. Bahkan nilai kebersamaan pula yang menggerakkan mereka untuk membangun sendiri gedung sanggar di atas lahan seluas 900 meter pada tahun 2004. Tanpa adanya piket maupun jadwal yang mengikat, sembilan bulan lamanya mereka bekerja merobohkan bangunan lama hingga bangunan baru berdiri dan layak huni. Betapa nilai kebersamaan dapat membuahkan suatu hal yang luar biasa.

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU

Seritifikasi Bukan Sihir, demikianlah judul menarik yang membuka bagian ketiga buku ini. Tak dapat dipungkiri, tunjangan profesi ini membuat guru menjadi pekerjaan yang kembali diminati. Hal inilah yang mendasari pembentukan Forum Diskusi Guru Pandeglang (FDGP) pada tahun 2009. Para guru dalam forum ini berkumpul dan berdiskusi tentang persoalan pendidikan dan peningkatan kapasitas guru sekali dalam seminggu. Hal yang terpenting adalah bagaimana guru untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuannya, bukan malah meningkatkan beban guru seiring peningkatan pendapatan yang diperoleh. Sertifikasi harus dibarengi dengan cara pandang, kultur bagaimana mendorong guru untuk lebih maju dan berani, hadir sebagai pembaharu, selangkah lebih maju, serta terus berdialog dan bergelut menggunakan akal sehat.

Koalisi Pendidikan mengusulkan sesi pemutaran film pendidikan dalam pelatihan guru transformatif sebagai bahan perbandingan bagi kondisi pendidikan dan guru di negara lain dan Tanah Air. Pelatihan guru transformatif merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penguatan guru di Indonesia dan dirancang dengan tiga alasan. Pertama, ilmu pendidikan yang diperoleh atau diberikan kepada para guru di Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) sudah usang dan cenderung mempertahankan status quo, model interaksi “Banking Education” yang memperlakukan  pendidikan seperti tabungan, dan untuk mendekonstruksi organisasi guru yang selama ini dikuasai organisasi tunggal. Koalisi Pendidikan menginginkan guru-guru yang menjadi jaringannya memiliki karakter kritis, antikorupsi, dan berani melawan bila ada sesuatu yang tidak benar.

Buku setebal 260 halaman ini layaknya oase yang memberikan kesegaran dan inspirasi bagi dunia pendidikan di Tanah Air. Penerbitan buku yang memuat kisah-kisah inpiratif para guru mitra Tanoto Fondation ini merupakan wujud nyata komitmen membangun pendidikan yang lebih baik dari Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto selaku pendiri yayasan nirlaba tersebut. Pengalaman hidup saat mereka harus meninggalkan bangku sekolah karena kondisi ekonomi keluarga menggugah mereka untuk berbuat sesuatu bagi dunia pendidikan di Tanah Air. Mereka percaya, para guru mampu membentuk arus kecil yang mengaliri tanah kering dan menghadirkan perubahan, sehingga benih-benih baik yang ditabur oleh guru-guru baik akan tumbuh dan berbuah bagi keberlangsungan kehidupan yang lebih baik.

***

Samosir, 29 Juli ’14 (Tepian DanauMu)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun