"Lihat! Kita sudah hampir tiba di ujung!" seru Kalm gembira.
Seruan Kalm membuyarkan lamunanku. Aku bernapas lega. Celah Kematian tampak menyempit. Ia benar, kami hampir tiba di ujungnya. Hawa panas mulai reda. Aku nyaris berteriak kegirangan saat melihat deretan pohon yang berada tak jauh dari ujung celah.
***
Bersambung Minggu Depan
Klik untuk baca bab sebelumnya: SATU, DUA
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!