Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Kepada Sobat Kecilku

30 Januari 2021   13:11 Diperbarui: 30 Januari 2021   16:06 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: mongabay.co.id

Medan, 30 Januari 2021


Kepada Sobat Kecilku

di pengungsian

Salam rindu dariku. Bagaimana kabarmu, Sobat Kecilku? Kutulis surat ini ketika desamu baru saja luluh lantak dihantam gempa. Reruntuhan rumah dan duka yang menyelimuti warga desa di layar kaca membuat hatiku pilu. Tiada hari berlalu tanpa aku mencemaskanmu. Setiap hari aku berdoa semoga kau baik-baik saja di sana.

Sobat kecilku, Apakah kau sedang terluka? Kuharap tidak, karena aku tak bisa hadir untuk merawat lukamu. Kubayangkan kau membaca surat ini dari pengungsian di perbukitan hijau yang kini sesak dengan pengungsi. Perbukitan itu pernah menjadi saksi masa kanak-kanakmu yang penuh tawa.

Sobat kecilku, mungkin kau telah kehilangan orang-orang yang kau sayangi, keluarga atau teman sepermainan. Hatimu telah runtuh seperti rumah-rumah itu. Tak mampu kuselami sedalam apa luka hatimu. Namun, aku ingin kau tahu, aku akan selalu bersamamu melalui doa-doa dan harapanku.

Kau ingat? Kita pernah menatap langit malam dari perbukitan hijau itu. Saat menatap bintang-bintang, kau berkata ingin menjadi penjelajah antariksa dan mengunjungi bintang-bintang itu kelak. Saat memandang sepasang mata bundarmu, aku melihat kerlip bintang di sana. Kaulah salah satu bintang itu. Sinarmu paling terang karena mimpimu bercahaya dan menerangi keputusasaanku. Aku takkan pernah melupakan sinarmu kala itu.

Maaf, karena akhirnya kita harus berpisah. Aku harus pergi jauh meninggalkanmu demi mengejar mimpiku. Pada hari kepergianku, aku berpesan agar kau tak pernah berhenti bermimpi. Kau menganggukkan kepala sambil terisak sedangkan aku menahan segumpal sesak di dada. Ketika perpisahan itu tiba, sungguh berat mengayunkan langkah, karena aku tahu, terlalu sulit untuk kembali.

Sobat kecilku, aku tahu bencana ini telah merenggut kedamaian dalam hidupmu. Walaupun begitu, jalan hidupmu sungguh masih panjang. Percayalah, setelah duka masih ada kebahagiaan yang sedang menantimu. Hapuslah air matamu. Bangkitlah dan raih masa depanmu. Bintang-bintang itu sedang menanti kedatanganmu.

Kuharap, suatu hari nanti kita akan kembali bertemu. Ketika hari itu tiba, aku ingin melihat lagi kerlip bintang itu di sepasang matamu. Duka itu telah usai, berganti kuncup-kuncup kebahagiaan yang mekar dalam hidupmu. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun