Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis Kebijakan Kesehatan

Akrab disapa Fitri Oshin | WHO Certified on Zoonotic disease-One Health, Antimicrobial resistance, Infodemic Management, Artificial Intelligence for Health, Health Emergency Response, etc. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Buka "Keran" Rumah Sakit Asing, Fokus Untung atau Butuh?

23 Juli 2025   16:47 Diperbarui: 23 Juli 2025   19:29 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemitraan membuka rumah sakit asing di Indonesia termasuk bagian dari diplomasi kesehatan, yang mana hal itu sebaiknya tidak mengesampingkan upaya peningkatan layanan kesehatan di dalam negeri.  (Image by tonodiaz on Freepik)

Sinyal hijau perizinan untuk membuka cabang rumah sakit asing di Indonesia menjadi obrolan hangat di media sosial. Perizinan rumah sakit asing ini sejalan dengan buah kesepakatan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa, yang disampaikan Presiden RI Prabowo Subianto pada 13 Juli 2025.

Reaksi publik terhadap kesepakatan boleh dibukanya cabang rumah sakit asing cukup beragam. Sambutan baik seperti 'Bagus banget, supaya orang Indonesia enggak usah jauh-jauh berobat ke negara tetangga. Kualitasnya pasti sama kayak di negara asalnya; jadi persaingan sehat nih buat rumah sakit lokal, biar makin semangat tingkatkan pelayanan.'

Komentar lainnya berisikan kurang setuju, misalnya, 'Kenapa enggak meningkatkan akses pelayanan kesehatan di dalam negeri saja? Masih banyak PR itu. Masalah tenaga medis, tenaga kesehatan juga belum merata; nanti rumah sakit asingnya adanya pasti di kota besar juga. Bukan pemerataan namanya; nasib rumah sakit lokal nanti gimana?'

Kita menangkap komentar-komentar publik yang secara garis besar ikut mempertanyakan, 'Seberapa urgent membuka cabang rumah sakit asing? Yakinkah nanti orang Indonesia bakal ogah berobat ke luar negeri? Persebaran tenaga medis dan tenaga kesehatan lokal nanti gimana? Yang berobat ke rumah sakit asing, orang kaya aja atau umum?'

Pertanyaan di atas sekiranya dapat dipertimbangkan tatkala rencana dibukanya rumah sakit asing hendak diimplementasikan. Pemerintah perlu menimbang berbagai saran dan sudut pandang sekaligus menjawab keresahan publik terkait rumah sakit asing.  

Hal yang patut dijelaskan secara rinci oleh Pemerintah, pertama adalah rumah sakit asing seyogianya bukan sekadar sebagai sebuah kesepakatan yang menguntungkan, melainkan penambahan fasilitas kesehatan yang benar-benar kita butuhkan bersama. 

Kedua, situasi global membuka peluang Indonesia bekerja sama dalam bidang apapun, termasuk kesehatan. Tata kelola rumah sakit asing yang bijak memungkinkan Indonesia selangkah lebih maju. Namun, perlu juga ditekankan, hal itu tidak mengesampingkan upaya kemajuan pelayanan kesehatan rumah sakit di dalam negeri.

Diplomasi kesehatan, terobosan akses top internasional

Kesepakatan boleh membuka cabang rumah sakit asing di Indonesia bisa dikatakan bagian dari diplomasi kesehatan. Meskipun perjanjian CEPA lebih utama berfokus dalam hal ekonomi, perdagangan, dan investasi, potensi meningkatkan kesehatan seperti membuka akses rumah sakit asing dapat ikut terangkat.

Sebelum menengok kesepakatan CEPA Indonesia-Uni Eropa, semangat kolaborasi Program Kerja Sama Ekonomi dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Australia (IA-CEPA ECP) telah terjalin. Salah satu wujud manifestasi di bidang kesehatan berupa pembangunan Aspen Medical Hospital di Depok, Jawa Barat dan Makassar, Sulawesi Selatan.

Aspen Medical merupakan perusahaan penyedia solusi perawatan kesehatan global yang berpusat di Australia. Perusahaan ini satu-satunya organisasi komersial di dunia yang diakreditasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Emergency Medical Team untuk manajemen wabah penyakit menular dan operasi bedah trauma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun