Mohon tunggu...
Fitri Barokah
Fitri Barokah Mohon Tunggu... Guru SD

Fitri Barokah, S.Pd. adalah seorang pendidik yang mencintai dunia belajar, menulis, dan dakwah. Meski awalnya enggan bekerja karena lebih suka belajar, hidup membawanya pada banyak pelajaran berharga yang kini dituangkan dalam bentuk cerita dan refleksi. Ia percaya bahwa setiap momen dalam hidup menyimpan makna, dan menulis adalah cara terbaik untuk mengabadikannya. Melalui tulisan-tulisannya, Fitri berharap bisa berbagi semangat, harapan, dan nilai kehidupan dari sudut pandang seorang wanita yang terus belajar menjadi lebih baik setiap harinya. 🌿 "Aku tidak sempurna, tapi aku terus berusaha. Menulis adalah bagian dari ikhtiarku menjadi manusia yang lebih bersyukur."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya di jalanan

10 Januari 2025   12:51 Diperbarui: 10 Januari 2025   12:51 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menyisakan semburat oranye di langit yang redup. Di tepi jalan yang sepi, seorang kakek tua duduk bersandar di dinding kusam sebuah toko tutup. Tubuhnya yang kurus terbalut jaket lusuh, dan sehelai selimut tipis melindunginya dari dingin malam. Ia tertidur, namun napasnya terdengar berat.

Di sisi lain jalan, seorang pemuda bernama Dadan sedang berjalan pulang setelah menyelesaikan pekerjaan di sebuah masjid. Ranselnya penuh dengan buku dan sebotol air yang ia sisakan dari buka puasa tadi. Ketika pandangannya tertuju pada kakek tua yang tidur di jalan, hatinya tersentuh.

Dadan mendekat perlahan, kemudian berkata lembut, "Kek, jangan tidur di jalan. Bahaya di sini."

Kakek tua itu terbangun perlahan. Matanya yang cekung menatap Dadan dengan bingung. "Iya, Nak," jawabnya lemah.

Dadan tersenyum dan mengulurkan tangan. "Ayo, Kek, ikut saya. Di rumah saya, Bapak bisa beristirahat dengan nyaman."

Kakek itu ragu sejenak, tetapi kebaikan di wajah Dadan membuatnya mengangguk. "Terima kasih, Nak," katanya pelan.

Malam itu, Dadan membawa kakek tua tersebut ke rumah kecilnya. Ia memberikan makan malam sederhana dan menyiapkan sebuah kamar untuk sang kakek. Setelah merasa nyaman, kakek itu berbaring di atas kasur hangat, jauh dari dinginnya jalanan.

Di meja kecil di kamar tersebut, terdapat sebuah Al-Qur'an yang terbuka. Ketika kakek itu memandangnya, air matanya mulai mengalir. Ia merasa ada sesuatu yang memanggil dari dalam dirinya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Dengan tangan gemetar, ia membuka halaman Al-Qur'an tersebut dan membaca terjemahan ayat-ayatnya. Hati kakek itu bergetar. Ia teringat hidupnya yang penuh kesedihan dan kekosongan, seolah ayat-ayat itu berbicara langsung padanya.

Keesokan paginya, kakek itu menemui Dadan dengan wajah penuh haru. "Nak, aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Tapi tadi malam, saat aku membaca kitab itu, hatiku merasa tenang. Aku ingin memeluk agama ini... Islam."

Dadan tersenyum penuh rasa syukur. "Alhamdulillah, Kek. Jika Bapak benar-benar yakin, saya akan membantu Bapak mengenal Islam lebih dalam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun