Hari pertama masuk kelas 7, Alya datang dengan semangat. Ia memakai seragam rapi, sepatu barunya mengkilap, dan rambutnya dikuncir dua seperti yang ibunya sarankan. Tapi di sekolah, semuanya terasa sepi.
Teman-temannya sudah saling kenal. Mereka saling bercerita, bercanda, duduk berkelompok. Alya? Ia duduk di sudut, berharap seseorang akan menoleh dan berkata, "Hai, mau gabung?"
Tapi itu tidak pernah terjadi.
Selama seminggu, Alya tidak punya teman bicara. Ia mulai merasa aneh sendiri. "Apa aku terlalu biasa? Apa bajuku jelek? Apa aku membosankan?" pikirnya.
Suatu hari, di kantin, ia mendengar beberapa anak berbisik sambil tertawa. Ia tidak tahu mereka membicarakan siapa, tapi ia merasa tidak nyaman.
Setelah pelajaran terakhir, Bu Ira, guru BK, mengajak Alya bicara.
"Alya, boleh cerita nggak, bagaimana rasanya minggu pertamamu di sekolah ini?"
Alya ragu, tapi akhirnya berkata, "Saya bingung, Bu. Saya pengen punya teman, tapi saya nggak tahu caranya. Saya takut kalau saya sok kenal, mereka malah risih."
Bu Ira tersenyum. "Kamu tahu nggak, kadang kita cuma perlu menyapa duluan. Teman bukan datang karena kita hebat, tapi karena kita berani membuka diri."
Akhir pekan itu, Bu Ira membuat kegiatan bimbingan kelompok bertema "Kenali Teman Barumu." Semua siswa bermain, saling tukar cerita, dan bermain permainan kerjasama. Saat itulah, seorang siswa bernama Dimas berkata, "Kamu lucu ya, Alya. Kenapa baru kelihatan sekarang?"
Alya tersenyum. "Mungkin karena aku baru belajar berani bicara sekarang."
