Mohon tunggu...
Fitriana Nugraheni
Fitriana Nugraheni Mohon Tunggu... Administrasi - Reader

Seeker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ke Mana Saja Dirimu? #Keberpihakan

9 Februari 2018   12:06 Diperbarui: 9 Februari 2018   12:51 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah tak dapat dielek dengan perkembangan zaman yang semakin wah, gadget tak lagi dipakai kalangan menengah keatas, namun juga menengah kebawah. Informasinya semakin mudah diakses dengan penafsiran masing masing tergantung dia mengikuti channel apa atau mengikuti pemahaman siapa, benar ataupun salah bukan lagi kesimpulan namun perjuangan yang bahkan jika memang berita itu salah, maka orang atau kelompok itu akan mencari pembenaran atau mencari kambing hitam. Loyalitas tinggi hanya bisa diukur dengan seberapa banyak uang yang diberikan. Dosa, apa itu, itu urusan belakangan, dunia dan akhirat itu dua sisi yang berbeda, masa muda dilalui seenaknya saja tak akan menjadi masalah, ketika masa tua datang baru ingat bahwa  dosa segunung. Taubat, dimasa tua, pikiran pendek bagi kaum loyal seperti itu.

Dunia ini sudah bobrok, lihatlah segala sisi, di samping segala macam fasilitas tercukupi, teknologi yang menyombongkan diri, lihatlah dunia semakin rusak, akhlak tak lagi menjadi jaminan seseorang bisa berpangkat, dusta tak lagi merudung kita berhari hari, korupsi adalah habit, menyingkirkan atau membunuh orang yang tak lagi berpihak bukan lagi sesuatu yang mustahil.

Bagaimana dengan dirimu?

Masihkan berlindung di bawah posisi yang disebut netral.

Atau kamu merasa bahwa tidak ada apa apa dengan negeri ini bahkan dunia ini. Pasti, dirimu terlalu takut untuk mengakui bahwa dirimu tak sanggup mengeluarkan isi hatimu. Dan lagi, sekarang PKI sudah hidup kembali, pembunuhan ulama dan pembuatan opini bahwa ulama adalah orang yang tak patut untuk diikuti dan mendiskriminasi ulama sudah terpampang nyata. Banyak orang gila di negeri ini.

Tapi apa daya, sudah ada bukti rezim ini memunculkan PKI, presiden kita dengan wajah lugunya dan nada merendahnya bilang didepan ulama dan santri

"dimana, dimana coba tunjukkan ke saya"sekitar 2 atau 3 kali berucap seperti itu di pidatonya.

Hallo pak, media elektronik dan sosial media tidak cukupkah membuat mata bapak terbelalak?

Jadi, kemana saja dirimu?

Indonesia memanggilmu dalam sesak tangis yang tak lagi terdegar oleh telinga, hanya hati yang bisa mendengar dan merasakannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun