Mohon tunggu...
Nurul FitriAlya
Nurul FitriAlya Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate Student of Geomatics Engineering

Undergraduate Student of Geomatics Engineering

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Semakin Meningkat Saat Pandemi, Apa yang Bisa Diperbaiki di Wilayah Pesisir Tuban, Jawa Timur?

21 Oktober 2020   00:05 Diperbarui: 21 Oktober 2020   00:15 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita pasti terheran-heran mengapa sampah khususnya sampah plastik meningkat hingga menumpuk di lautan di masa pandemi ini. Dan langkah apa yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi kekhawatiran ini? Mari berdiskusi melalui artikel yang saya susun.

Dari data Badan Informasi Geospasial (BIG), total panjang garis pantai Indonesia yang mencapai 99.093 kilometer, hasil dari teknik pemetaan Tim Kerja Pembakuan Nama Pulau, Perhitungan Garis Pantai dan Luas Wilayah Indonesia, menjadikan negara ini dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. 

Bahkan jika pemetaan dilakukan dengan skala lebih detail, total panjang garis pantai dapat mencapai hingga 100.000 kilometer dari total luas lautan mencapai 96.079,15 km2 yang mengelilingi Indonesia.

Penumpukan sampah di wilayah pesisir

Sebagai negara maritim, Indonesia mempunyai banyak potensi yang bersumber dari lautan. Namun, ada salah satu permasalahan yang masih menjadi kekhawatiran sampai saat ini di dunia, tidak terkecuali Indonesia, dan penanganannya pun masih belum optimal. Kehawatiran ini tentang permasalahan lingkungan dan pengelolaaan sampah di wilayah pesisir. 

Hingga saat ini, data dari Indonesia Solid Waste Association/INSWA pada tahun 2017, produksi sampah plastik di Indonesia sekitar 5.4 juta ton per tahun. Sedangkan pada tahun 2050, laut diprediksi akan menampung 250 juta ton sampah plastik. Hal ini menimbulkan dampak negatif yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu, konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu sangatlah berperan penting dalam mengatasi masalah ini.

Terlebih lagi produksi sampah plastik disaat masa pandemi ini terus meningkat yang disebabkan oleh salah satunya ketergantungan yang besar pada layanan pengiriman makanan dan belanja online, tidak terkecuali pembelian makanan take away, sedangkan pengolahan limbah daur ulang pun menurun. 

Selain itu, peningkatan sampah juga berasal dari penggunaan plastik untuk kebutuhan medis, mulai dari masker, pipet, face shield, hingga alat pelindung diri. Sampah-sampah dari plastik ini cenderung tidak bisa terurai, atau terurai dalam ratusan tahun, serta menimbulkan dampak lingkungan yang sangat merugikan, antara lain dampak pada pelestarian ekosistem laut yang memungkinkan dikonsumsi oleh biota laut hingga menyebabkan kematian ikan. 

Data tahun 2015 dari Ocean Conservacy pun menyatakan 28% ikan di Indonesia mengandung plastik. Sehingga, hal ini pun dapat menginfeksi diri kita sendiri secara tidak langsung dengan mengonsumsinya. Dampak negatif lanjutannya yaitu akan terjadi penurunan pengunjung atau wisatawan di wilayah pantai. Sehingga, pendapatan daerah pun menurun dari segi pariwisata.

Permasalahan sampah di pantai ini juga terjadi di Kawasan Tuban Pesisir Utara. Pada Juni lalu saat perayaan Hari Laut Sedunia, banyak penumpukan sampah khususnya sampah plastik di Kawasan ini. Ratusan bahkan ribuan ton sampah plastic ini bisa berasal dari sampah kiriman dari beberapa daerah hilir sungai yang bermuara ke laut, atau sampah dari pembuangan masyarakat.

Kajian etika lingkungan kepesisiran Tuban

Di suatu kajian yang mengkaji etika lingkungan kepesisiran Tuban, nilai wilayah kepesisiran Tuban meliputi estetika, ekologis, rekreasi, edukasi, moral/etis, sejarah/budaya, pengobatan, ilmiah, intelektual, spiritual, dan ekonomis. Nilai wilayah kepesisiran mayoritas yang paling tinggi yaitu nilai ekonomis dan nilai yang paling rendah yaitu nilai estetika. 

Di kajian ini disimpulkan, “Etika lingkungan kepesisiran Tuban berdasarkan nilai wilayah kepesisiran meliputi penjagaan kebersihan wilayah kepesisiran, penanaman sempadan pantai, pengembangan wisata pantai untuk berenang, naik perahu, dan aktivitas rekreasi lainnya, pengembangan wisata religi, pengembangan ekowisata pantai, pelestarian flora dan fauna endemik wilayah kepesisiran, perlindungan wilayah kepesisiran terhadap segala aktivitas perusakan dan pencemaran, pelestarian budaya pesisir, pemberian papan informasi nilai sejarah yang ada di lokasi wisata, pelestarian wilayah kepesisiran agar selalu hijau dan bersih dari sampah, penelitian potensi bawah laut dan potensi lain di wilayah kepesisiran, penindakan tegas terhadap perusakan atau pencemaran sumberdaya pesisir, pemanfaatan sumberdaya pesisir harus memerhatikan kelangsungan jangka panjang”. 

Sehingga, nilai estetika yang rendah berkaitan erat dengan penjagaan kebersihan wilayah kepesisiran untuk tidak membuang sampah di pantai.

Peran penting berbagai pihak dalam penanganan masalah

Dari permasalahan diatas, peran penerapan konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu sangatlah penting. Seperti yang dikemukakan oleh Billiana C. Sain dan Robert W. Knecht (1998:18), bahwa pendekatan terpadu sangat penting dan mendesak untuk dilakukan mengingat penggunaan laut dan pesisir dan kegiatan di daratan, mempunyai efek pada lingkungan laut dan pesisir, dan efek pengguna pesisir dan lautan akan saling mempengaruhi.

Penanganan masalah ini tentu saja bukan hal yang mudah. Jika memang mudah, bukankah masalah ini tidak akan berlanjut selama bertahun-tahun?. Disinilah peran berbagai pihak penting untuk diperhatikan. 

Mulai dari penanaman edukasi moral di lingkungan masyarakat pesisir untuk tidak membuang sampah di lautan, karena masyarakat pesisir sendiri lah yang terkena dampak terparahnya, sampai peran dari pemerintah untuk menerapkan aturan tegas kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar, terutama untuk tidak membuang sampah di perisir dan laut.

Selanjutnya, dari peran pemerintah daerah pun juga harus memastikan aturan pemerintah itu dilaksanakan dengan baik oleh berbagai pihak. Jangan sampai, jika pemerintah memberi bantuan untuk pengelolaan wilayah pesisir kepada pemerintah daerah, bantuan tersebut terhenti tidak tahu bagaimana kelanjutannya. Karena etika lingkungan ini tidak hanya harus diterapkan oleh masing-masing individu di masyarakat, tetapi juga di pemerintaha baik daerah maupun pusat.

Dari kajian yang telah disinggung sedikit diatas, banyak aspek nilai yang menjadi faktor etika lingkungan pesisir, mulai dari aspek estetika, ekologis, rekreasi, edukasi, hingga ekonomis. Aspek-aspek ini tentunya berkaitan erat satu sama lain. Sehingga, bisa dimungkinkan jika kita sebagai masyarakat mengoptimalkan minimal satu aspek saja, kita bisa mendukung atau setidaknya memperbaiki aspek lainnya secara tidak langsung.

Contohnya begini, jika masyarakat sekitar menanamkan aspek nilai estetika lingkungan dengan penjagaan kebersihan lingkungan pesisir, aspek lainnya seperti rekreasi akan meningkat pula nilainya dengan makin mudahnya pengembangan wisata pantai karena lingkungan bersih dan asri.

Begitu juga dengan aspek edukasi. Dengan meningkatkan minat masyarakat untuk edukasi pengelolaan wilayah pesisir, misalnya dengan pengembangan ekowisata mangrove, aspek nilai seperti moral/etis akan meningkat karena berkaitan dengan pelestarian flora wilayah kepesisiran.

Dari contoh hubungan beberapa aspek diatas, tidak salahnya jika kita sebagai masyarakat memulai langkah awal kecil dari diri sendiri, misalnya dengan penanaman edukasi lingkungan dan pembuatan aturan tugas beserta sanksinya. Karena kita tidak bisa terus bergantung kepada pemerintah yang notabenenya susah untuk menjangkau seluruh wilayah di Indonesia bukan?. 

Kita bisa memilih, ingin memulai dari aturan tegas pemerintah tentang pelestarian lingkungan, atau dari kita sendiri yang mengajukan aturan kepada pemerintah untuk ditegaskan. Yang pasti, langkah ini diharapkan dapat berkelanjutan.

Referensi :

Dini Atikawati, Totok Gunawan, Sunarto. Kajian Etika Lingkungan Kepesisiran Tuban Berdasarkan Nilai Wilayah Kepesisiran. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

https://www.antaranews.com/berita/487732/garis-pantai-indonesia-terpanjang-kedua-di-dunia

https://lautsehat.id/artikel/29/05/2020/analisis-dampak-sampah-plastik-di-pantai-tanjung-pasir-tangerang/#:~:text=Sampah%20Plastik%20Menjadi%20Ancaman%20Serius%20Laut%20Indonesia&text=Berdasarkan%20data%20Asosiasi%20Industri%20Plastik,sampah%20plastik%20yang%20dibuang%20kelaut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun