Mohon tunggu...
Fitri YullianiTaryana
Fitri YullianiTaryana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Matematika yang hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Cinta Aqila

8 Februari 2023   08:47 Diperbarui: 8 Februari 2023   08:49 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Senandung Cinta Aqilla (Pexels.com/Samarth Singhai)

Dunia Aqila runtuh seketika, dia kembali merasakan pahitnya kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Dan tentu saja bukan perkara mudah bagi dirinya untuk melewati hari2 setelah kepergian tunangannya itu, dia betul2 terpuruk dan kehilangan arah. 

Aqila hanya diam dan mengurung diri di kamar, berbaring dan menatap foto ibunya dan juga Rasyid. Aqila kehilangan semangat hidup, bahkan untuk makan pun seringkali ema yang turun tangan untuk menyuapinya. Tidak ada lagi Aqila yang cerewet dan badung, dia seolah bermetamorfosis menjadi Aqila yang pendiam dan tertutup.

Oma yang sebelumnya tinggal di Bandung, memutuskan pindah untuk sementara ke Sumedang ketika menerima telepon dari ema bahwa keadaan cucu kesayangannya itu semakin mengkhawatirkan hingga berujung pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Tiga hari Aqila terpaksa harus berbaring di ranjang rumah sakit, entah berapa botol infus yang dimasukan ke dalam tubuh mungilnya itu.

Pak Heryawan pun belakangan ini fokus pada kesehatan putrinya, dia tidak pernah berangkat ke toko lagi. Beliau menyerahkan sepenuhnya toko bangunan miliknya untuk dikelola oleh putra sulungnya, Aryandi.

Begitupun dengan Aryandi, semenjak Aqila dirawat di rumah sakit Yandi memilih resign dari pekerjaannya, dia berfikir jika sekarang sudah saatnya untuk mengabdi pada orang tua dan dan menjadi pelindung untuk adik perempuan satu2nya itu. Dia harus berada di garda terdepan untuk keluarganya.

Selama satu tahun Aqila menghabiskan waktunya dengan hanya berdiam diri di rumah, dia tidak pernah mau pergi kemana2 selain berkunjung ke makam ibunya juga makam Rasyid. Dan barulah di tahun berikutnya dia mau melanjutkan kuliah meskipun tertinggal satu tahun dari teman2 SMA nya. Tak apa, melihat Aqila mau kuliah pun sudah menjadi anugerah bagi keluarganya.

Di awal duduk di bangku perkuliahan, Aqila agak kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru dan teman2 yang baru karena dia masih larut dalam kesedihan. Namun berkat dukungan dari keluarganya, Aqila berangsur membaik, perlahan2 dia mau belajar untuk ikhlas menerima kenyataan yang ada. 

Senyum yang setelah sekian lama menghilang, sedikit demi sedikit muncul kembali seiring dengan waktu yang berlalu. Hingga akhirnya Aqila bisa lulus empat tahun dengan hasil yang bisa dibilang lumayan bagus. Dan hari ini Aqila dinyatakan resmi menjadi seorang sarjana ekonomi, seperti keinginan Rasyid.

"Aa, udah sore, Qila pulang" pamit Aqila dengan jejak air mata yang masih membekas di pipi putihnya. Dielusnya nisan almarhum tunangannya itu dengan penuh kasih sayang, diiringi senyuman yang terukir dari bibir tipisnya.

"Nanti Qila main kesini lagi ya, Assalamualaikum" ucap Aqila lalu berbalik dan melangkah menghampiri Pak Heryawan yang duduk di bangku dekat gerbang pemakaman. Lelaki tua itu begitu menyayangi anak2nya yang menjadi sumber kekuatan bagi dirinya.

Baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba tiba saja Aqila membalikan badannya dan kembali menatap pusara kekasihnya lalu berkata

"Qila sayang Aa". *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun