Mohon tunggu...
Fitrah Ilhami
Fitrah Ilhami Mohon Tunggu... Musisi - Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, seorang guru

Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, guru, dengan situs blog: fitrahilhamidi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bedanya Usaha yang Disertai Doa dengan yang Tidak

11 Februari 2020   15:11 Diperbarui: 11 Februari 2020   16:06 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ternyata, orang-orang Tiongha sangat disiplin mengajarkan ilmu perdagangan pada keturunan mereka semenjak masih anak-anak. Para orang tua akan mengajak anaknya ke toko selepas pulang sekolah. Ngapain? Ndak ngapa-ngapain. Diem saja. Si anak boleh main game, mengerjakan PR, apapun itu, asal tetap di dalam toko. Tujuannya agar dia terbiasa melihat orang tuanya berdagang serta bagaimana proses tawar menawar harga dengan calon pembeli.

Maka tak heran ketika dewasa skill bergadang itu sudah sangat mengakar. Tinggal diasah saja dikit-dikit cara berkomunikasi. Hingga mudah mereka mendapatkan konsumen. Marketingnya menyakinkan sekali. Kini kita melihat semua sektor banyak dikuasai mereka. Mulai property, elektronik, sampai bisnis baju islami mereka yang pegang. Aku pernah mengisi nasyid acara buka puasa bersama di hotel JW. Marriot Surabaya. Dari sana aku tahu, manajernya memang dari Italia. Tapi ownernya itu orang Tionghoa.

Jadi mengerti mengapa sebelum diangkat menjadi Nabi, Rasulullah berprofesi sebagai pedagang. Bisa jadi Allah ingin memberitahu pada umat Muhammad, jika ingin bisa menguasai dunia maka kuasai perekonomian. Jika ingin menguasai perekonomian, jalankan sunnah berdagang. Sebab sebaik-baik harta adalah harta yang dipegang orang mukmin.

Itu pula yang sedang aku ajarkan pada si sulung. Sekecil itu aku kenalkan pada aktivitas orang tuanya. Kalau sedang membungkus pesanan buku, aku selalu memanggil Ayas untuk duduk di samping sembari mengajaknya ngobrol,

"Nak, Abi lagi bungkus buku buat dijual, nih. Nanti kalau dapat uang, bisa Ayas tabungin dan disedekahin waktu hari Jumat di sekolah."

Begitu pula tatkala mengirim buku di kantor jasa pengiriman, tak lupa aku mengajak Ayas. Itu sebabnya, kalau sudah lama tak ada orderan, dia sering tanya, "Abi, kok gak pernah kirim buku lagi? Belum ada yang beli, ya?"

Aku hanya tersenyum. Kemudian minta dia berdoa supaya ada yang beli buku lagi.

Mungkin karena sering aku libatkan si kecil dalam dunia dagang, akhirnya dia punya kesadaran sendiri. Dulu pernah, Kayla, si bungsu, jajaaan terus. Dikit-dikit ambil uang di atas kulkas. Eh, tiba-tiba Ayas mengingatkan, "Adek, jangan jajan terus. Abinya belum dapat uang dari jual buku."

Aku jadi terharu mendengarnya. Tapi rasa haru itu buyar, ketika si adek ngasih uang ke Masnya, "Ini buat Mas."

Eh, Ayas bilang, "Ayo, Dek. Mas anterin beli jajan."

Emang bocah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun