Mohon tunggu...
Fitrah Ilhami
Fitrah Ilhami Mohon Tunggu... Musisi - Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, seorang guru

Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, guru, dengan situs blog: fitrahilhamidi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bedanya Usaha yang Disertai Doa dengan yang Tidak

11 Februari 2020   15:11 Diperbarui: 11 Februari 2020   16:06 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semuanya bermula ketika si sulung pulang bermain dari rumah temannya.

"Abi, belikan Mobil Qobil kayak punya temen Ayas, tuh. Seru."

"Mobil Qobil apa, Nak?" tanyaku bingung.

Dia jawab lagi, "Itu tuh, mobil-mobilan, tapi namanya Qobil. Yang bagus, tuh."

Aku mikir, ada memang mobil-mobilan namanya Qobil?

"Ayo Abi, belikan mobil Qobil." Ayas mulai merajuk.


"Tapi Abi bingung apa itu mobil Qobil, Nak?"

Lalu dari dapur, istri ikut nimbrung, "Mungkin yang dimaksud Ayas itu Hotwil (Hot Wheels), Bang."

Aku segera menatap Ayas, "Iya, Nak? Hotwil maksudnya?"

Ayas mengangguk mantap, "Iya."

Gimana ceritanya, Hotwil jadi Qobil, Cah? Kemudian aku ambil hape buka Google, mengklik keyword 'Hot Wheels', tak lama muncullah beberapa gambar mobil mainan. Kusodorkan hape itu ke Ayas?

"Kayak gini, Mas?"

Dia mengangguk.

"Di mana belinya?"

"Di sana tuh, Bi. Waktu Abi beli ikan lele tuh, Ayas pernah lihat orang jual mobil Qobil."

"Hotwil." Aku membenarkan.

"Iya, Hokwil."

"Hotwil."

Ayas mengeja pelan, "Hok-Wil."

Hokya! Sekarepmu lah, Cah.

"Di mana Ayas lihat?"

Dia menunjuk arah, "Di situ, tempat biasanya Abi beli ikan lele buat maem malem tuh. Beliin ya, Bi."

Kutatap wajah si sulung yang penuh pengharapan. Aku tahu mobil-mobilan yang dimau Ayas itu memang bagus kualitasnya. Juga harganya. Sebenarnya sempat terlintas di otak untuk bilang, "Jangan, Nak. Itu mahal."

Tetapi aku segera ingat ucapan Ipho Santosa, saat mengikuti seminar percepatan rezeki, "Ndak apa sekarang kita tak punya uang banyak. Tak masalah sekarang kondisi kita masih miskin. Tapi yang terpenting kita harus punya mental kaya. Dan salah satu ciri orang bermental kaya adalah anti bilang mahal. Lebih baik ganti ucapan itu dengan, 'Ya Allah, mampukan aku beli barang itu.' Malah jadi doa, kan?"

Kusentuh pipi Ayas, "InsyaAllah, nanti Abi belikan, ya. Sekarang lihat dulu harganya berapa."

Setelah itu kuajak Ayas, adiknya, juga emaknya, ke toko mainan. Benar saja di sana jualan mobil Hot Wheels. Segera si sulung menunjuk mainan yang dimau.

"Itu, Bi. Mobil itu. Sekalian beli jalannya." Dia menunjuk mobil beserta trek yang disusun muter-muter.

"Berapa harga mobil sama treknya, Pak?" istri bertanya pada penjual.

"Treknya saja 150 ribu, Bu. Untuk mobilnya macam-macam harganya."

"Oke, Ayas mau yang itu?" kataku pada Ayas.

Tak perlu ditanya dua kali, si sulung segera mengangguk mantap.

Saat itulah istri mencolek lenganku, dia kedip-kedipin mata dan berbisik, "Tunggu dulu, Abang. Abang belum gajian. Ini tagihan BPJS naik. Listrik naik. Beli yang murah-murah saja."

"Tapi Ayas mau yang itu jeh, Neng. Kasi ..."

Belum selesai kalimatku, istri sudah kedip-kedip lagi, seolah dia ingin bilang, "Cukup. Jangan berdebat."

Aku mengangguk. Lalu lihat ada mobil sepaket dengan trek lurus di dinding yang lain. Sepertinya yang ini lebih murah.

"Berapa kalau yang itu, Pak?" kutunjuk paket mobil dengan trek lurus.

"Yang itu 50 ribu."

Bener. Lebih murah.

"Mas," kusentuh pundak Ayas. "Beli mobil sama treknya yang lurus aja, ya?"

Ayas menggeleng, "Gak mau, Bi. Maunya yang jalannya muter-muter."

"Kasihan nanti pusing mobilnya kalau dibuat muter-muter. Mending yang jalannya lurus. Jalan yang diridhoi Tuhan."

Istri menepuk pundakku, "Apaan, sih?"

Aku nyengir.

Setelah merayu beberapa lama, akhirnya Ayas mau mainan dengan trek lurus.

"Tapi kita pulang dulu, yuk. Abinya gak bawa uang."

Ayas nampak kecewa. Menatapku dengan tatapan, 'Ngapain ngajak aku ke sini, tapi gak bawa uang, Abi?"

Tapi itulah, sebenarnya aku ingin mengajarkan sesuatu padanya. Di tengah perjalanan pulang aku berucap pada si sulung yang berdiri di bagian pijakan depan motor matic,

"Nak, Abi belum gajian. Kalau Ayas mau beli mobil-mobilan yang itu, berarti Ayas harus bantuin Abi."

Dia jawab, "Bantu apa, Abi?"

"Bantuin doa. Abi abis ini mau jualan buku. Kalau ada yang beli, uangnya boleh buat Ayas beli mobil-mobilan. Ayas minta sama Allah. Bilang, Ya Allah Ayas mau dibeliin mobil hotwil."

"Iya, Abi." Dia tersenyum.

Sesampai rumah, aku segera mengambil handphone dan menulis promosi. Ayas duduk di samping, menatapku mengetik kalimat per kalimat.

"Ini Abi lagi jualan, Nak. Ayas doa supaya ada yang beli."

"Iya, Abi."

Aku teringat sebuah buku yang pernah kubaca, tentang kesuksesan orang-orang Tionghoa dalam berdagang. Mengapa mereka bisa menguasai dunia? Karena mereka menguasai perekonomian. Lihat saja, tak ada satu pun rumah yang di dalamnya tak ada produk bertuliskan 'Made in China'. Sebegitu kuat mereka dalam penguasaan perputaran roda ekonomi. Mengapa bisa seperti itu?

Ternyata, orang-orang Tiongha sangat disiplin mengajarkan ilmu perdagangan pada keturunan mereka semenjak masih anak-anak. Para orang tua akan mengajak anaknya ke toko selepas pulang sekolah. Ngapain? Ndak ngapa-ngapain. Diem saja. Si anak boleh main game, mengerjakan PR, apapun itu, asal tetap di dalam toko. Tujuannya agar dia terbiasa melihat orang tuanya berdagang serta bagaimana proses tawar menawar harga dengan calon pembeli.

Maka tak heran ketika dewasa skill bergadang itu sudah sangat mengakar. Tinggal diasah saja dikit-dikit cara berkomunikasi. Hingga mudah mereka mendapatkan konsumen. Marketingnya menyakinkan sekali. Kini kita melihat semua sektor banyak dikuasai mereka. Mulai property, elektronik, sampai bisnis baju islami mereka yang pegang. Aku pernah mengisi nasyid acara buka puasa bersama di hotel JW. Marriot Surabaya. Dari sana aku tahu, manajernya memang dari Italia. Tapi ownernya itu orang Tionghoa.

Jadi mengerti mengapa sebelum diangkat menjadi Nabi, Rasulullah berprofesi sebagai pedagang. Bisa jadi Allah ingin memberitahu pada umat Muhammad, jika ingin bisa menguasai dunia maka kuasai perekonomian. Jika ingin menguasai perekonomian, jalankan sunnah berdagang. Sebab sebaik-baik harta adalah harta yang dipegang orang mukmin.

Itu pula yang sedang aku ajarkan pada si sulung. Sekecil itu aku kenalkan pada aktivitas orang tuanya. Kalau sedang membungkus pesanan buku, aku selalu memanggil Ayas untuk duduk di samping sembari mengajaknya ngobrol,

"Nak, Abi lagi bungkus buku buat dijual, nih. Nanti kalau dapat uang, bisa Ayas tabungin dan disedekahin waktu hari Jumat di sekolah."

Begitu pula tatkala mengirim buku di kantor jasa pengiriman, tak lupa aku mengajak Ayas. Itu sebabnya, kalau sudah lama tak ada orderan, dia sering tanya, "Abi, kok gak pernah kirim buku lagi? Belum ada yang beli, ya?"

Aku hanya tersenyum. Kemudian minta dia berdoa supaya ada yang beli buku lagi.

Mungkin karena sering aku libatkan si kecil dalam dunia dagang, akhirnya dia punya kesadaran sendiri. Dulu pernah, Kayla, si bungsu, jajaaan terus. Dikit-dikit ambil uang di atas kulkas. Eh, tiba-tiba Ayas mengingatkan, "Adek, jangan jajan terus. Abinya belum dapat uang dari jual buku."

Aku jadi terharu mendengarnya. Tapi rasa haru itu buyar, ketika si adek ngasih uang ke Masnya, "Ini buat Mas."

Eh, Ayas bilang, "Ayo, Dek. Mas anterin beli jajan."

Emang bocah.

Kembali ke tema mobil Hot Wheels...

Selesai menulis promo, aku bersiap memposting. Sebelum klik menu posting aku mengajak Ayas berdoa. Minta pada Allah agar dihadirkan pembeli.

Oke, klik.

Percaya atau tidak, memang beda ya orang yang sudah berdoa sebelum melakukan sesuatu dengan yang tidak. Beda banget. Kalau sudah doa tuh, pengharapan terhadap datangnya rezeki dari Allah itu seperti besar sekali. Seperti punya keyakinan Allah bakal mudahkan. Dan benar saja, tak berapa lama posting, beberapa orang komentar ingin beli buku.

Kutatap Ayas, "Alhamdulillah. Ada yang beli buku Abi, Nak."

Ayas tersenyum, "Berarti nanti Ayas dibelikan Mobil Qobil?"

Mobil Qobil maning! Hot Wheels, Nak. Hot Wheels! Mobil Qobil mah saudara kembarnya Mobil Habil.

****

Surabaya, 05 Februari 2020

Fitrah Ilhami

Udah nulis 10 buku tentang keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun