Mohon tunggu...
Fitin Agustin
Fitin Agustin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tukang Sintesis Kata-Kata menjadi berSenyawa

Selanjutnya

Tutup

Film

"Final Destination 5" Menyisakan Trauma

13 Januari 2020   15:07 Diperbarui: 13 Januari 2020   15:27 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Film Final Destination 5--fanart.tv

Hobi nonton film bareng temen-temen sudah jadi hal rutin dan asyik. Setelah lulus SD, saya cukup mengikuti sequel Final Destination. Pertama kejadiannya di Bandara, film kedua bertempat di Jalan Tol. Film FD 3 yang paling sering diputar itu tempatnya di Roller coaster dan FD4 bertempat di arena balap mobil. Menjelang kelulusan SMP, saya diajak temen-temen nonton bareng Film Final Destination 5. Plotnya di Jembatan yang putus dan menewaskan pengendara mobil yang melintasinya.

Sejujurnya, ini kali pertama saya nonton bioskop, pertama pula langsung 3 Dimensi, yaa film pertama saya Final Destination 5. Excited, ekspektasi saya sebelum masuk bioskop. Bisa dibilang kami "Fans Film" FD dari awal, sejak trailernya keluar kami sudah menargetkan untuk nonton bareng. 

Awal scene sesuai dengan ekspektasi, biasanya FD itu diawali dengan tokoh utama yang sejenak diam dan menerka kejadian bencana yang akan dialami. Hal ini yang membuat seru karena tokoh utamanya mengajak berlarian teman-temannya dari jembatan yang putus. Namun, keberuntungan mereka hanya sebentar. Satu persatu teman dari pemeran utama meninggal dengan tidak wajar.

Scene yang paling membekas dan tidak bisa dilupakan ketika seorang perempuan atlet gymnastic meninggal. Perempuan itu meninggal karena jatuh dari kayu. Posisi jatuhnya yang menmyebabkan bagian tubuhnya terurai dan sangat mengerikan. Tulang belulangnya yang patah nampak jelas. 

Saya masih ingat jelas walaupun film itu saya tonton Tahun 2011. Trauma itu saya rasakan saat jam olahraga pas SMA, ada teman kelas yang kecelakaan yang mengakibatkan tangannya bengkok. Bukannya saya membantu, tapi saya sibuk menutupi mata, khawatir dan takut. Trauma ini sesekali sering mengakibatkan ketakutan ketika berkendara. Takut ada kecelakaan yang saya alami, padahal hanya pikiran sekelibat.

Kekhawatiran yang membekas ini selalu saya cegah dengan mengulang-ngulang kalimat "Aku akan selamat sampai tujuan, berkendara pelan dan aman". Sadar dari film ini, layaknya film harusnya cukup menjadi tontonan. Tidak untuk dipahami sebagai hal yang nyata, khususnya yang memiliki scene-scene mengerikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun