Mohon tunggu...
FithAndriyani
FithAndriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Read and Write

Write your own history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Exspectat

16 Oktober 2018   18:45 Diperbarui: 16 Oktober 2018   18:44 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hingga sebuah badai mulai tertiup, menggoyangkan 'pohon' yang kami rawat di tengah 'cuaca' tak bersahabat. Ibumu menjodohkanmu dengan putri salah satu tokoh masyarakat di daerah kami. Memang terkadang ibu-ibu suka menjodohkan anaknya dengan teman arisan atau teman sekolah tanpa sepengetahuan sang anak. Hanya untuk seru-seruan, saling memanggil besan atau membayangkan betapa lucunya jika benar-benar terjadi.

Berita ini kami anggap sesuatu yang tidak begitu penting. Kamu yang menjadi tokoh utama rumor itu tak berniat membantah A-Z.

Aku tidak dekat dengan dia, perempuan yang 'direstui' ibumu. Sesekali kami terlibat interaksi dalam beberapa hal kecil. Dia kakak kelasku di sekolah. Kami tidak canggung, tetapi juga tidak akrab. Sejenis seseorang yang ditemui dengan 'hai-oh-ya udah.'

Ketika rumor beredar, beberapa orang disergap rasa ingin tahu. Rasa penasaran dalam diri manusia adalah alami. Walau kadar penasaran seseorang dalam suatu hal berbeda-beda. Beberapa orang di sekitar ingin tahu kebenaran rumor ini. Terutama orang-orang yang mengetahui hubunganku denganmu. Well, dia  adalah anak tokoh masyarakat, anak dari sosok terpandang. Sehingga mereka tergerak untuk kepo dan mengkroscek kebenarannya.

Jawaban dari hasil kroscek itu, sempat membuat hubungan kami renggang. Ya, dia menyukaimu. Ibarat dia searah dengan cahaya lampu yang menerangi jalannya, sedangkan aku tergopoh-gopoh dengan lilin di tengah badai. Aku sedikit merasa bersalah dan kecewa di saat yang sama.


Lalu tanggapanmu setelah mengetahui jika dia menyukaimu,  sangatlah santai. Tidak ada gairah untuk klarifikasi atau mengambil langkah lain. Bibirmu melengkungkan senyum hingga terdengar kekehan pelan, "Tidak perlu khawatir. I'm yours."

Aku pun mendiamkanmu selama nyaris sebulan. Tidak benar-benar mendiamkan, hanya bersikap cuek, memberi kode bahwa aku sedikit kecewa. Aku tidak berharap kamu mengadakan jumpa pers, mengumumkan melalui TOA masjid atau bahkan mengatakan padanya dengan jelas jika kamu sedang menjalin hubungan asmara denganku. Aku hanya ingin mendengar jawaban pasti, bagaimana perasaanmu padanya.

Kodeku terbaca. Kamu pun mengajakku bertemu. Dengan tatapan serius, kau bidik mataku kala mengutarakan perasaanmu, "Dengar Runi, sekalipun dia mendapat lampu hijau atau mejikuhibiniu dari ibu, aku tidak akan mengubah warna lampuku untukmu, I purple you."

"Dia cantik, putri anak terpandang. Secara gak langsung kamu melewatkan menantu potensial untuk ibumu."

Kamu menyentil dahiku gemas, "Terus kenapa? Memang kamu kalah  potensial dari dia?" Aku menggeleng malu. "yasudah. Lagipula aku berhak memilih jalan hidupku. Kita bisa mendapat restu itu, hanya perlu sedikit bersabar menunggu. Runi ku bisa melakukannya 'kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun