Mohon tunggu...
Fiter Antung
Fiter Antung Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lebih senang disebut sebagai pemerhati Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola

Apau Ping, 'Jamrud' khatulistiwa yang menggoda

22 Desember 2014   18:24 Diperbarui: 6 Desember 2017   14:44 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah judul apa yang mestinya harus dicantumkan untuk menggambarkan betapa eloknya Desa Apau Ping. Desa yang berada paling Utara Kecamatan Bahau Hulu., Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Utara. Sebenarnya sudah sering kali saya mengunjungi desa tersebut. Tidak pernah ada rasa bosan. Selalu muncul kekaguman-kegaguman baru. Mulai dari perilaku bersahaja masyarakat setempat hingga betapa indahnya ‘firdaus’ Tana’ Ulen yang Tuhan tempatkan di Apau Ping. Meyakinkan saya untuk sepenuhnya percaya bahwa ‘surga dunia’ itu nyata adanya.

Keinginan menulis tentang Desa Apau Ping pun awalnya karena kebutuhan data untuk syuting program ‘Ethnic Runaway’ Trans TV. Seorang teman yang kebetulan merupakan crew program acara tersebut hendak menggali informasi sebelum tim utama terjun pada proses pengambilan gambar. Bagi saya sendiri, tulisan ini adalah  tambahan ilmu sekaligus sedikit memperdalam pengetahuan tentang masyarakat Dayak, terutama yang tinggal di sekitar Hutan Taman Nasional Kayan Mentarang. Yah, paling tidak menambah jumlah artikel yang ada di dashboard kompasiana milik saya. Tidak ada ruginya, malah saya merasa beruntung. Tuhan selalu punya ‘cara’ untuk ‘menggelitik’ manusia. Dan untuk tulisan kali ini, secangkir kopi manis menemani para jemari untuk terus menari lentik pada tuts keyboard laptop tua kesayanganku ini.

 How to Get There ?

Untuk bisa sampai di desa Apau Ping dibutuhkan waktu tempuh dan jalur yang tidak gampang. Namun bagi seorang traveler ataupun petualang, justru hal ini yang dicari. Saya akan ambil contoh untuk mereka yang stay di Jakarta. Jalurnya seperti ini :

- Hari 1

a. Jakarta – Tarakan

Setiap hari ada penerbangan Lion Air[o1]  yang direct dari Jakarta menuju Tarakan, pukul 05.00 wib. Rute ini biasanya lebih nyaman karena akan memudahkan untuk bisa connecting flight ke Malinau. Jika menggunakan Sriwijaya Air, pukul 06.00 wib, bukan penerbangan direct. Biasanya akan transit dulu di Balikpapan untuk kemudian lanjut ke Tarakan.

Begitu tiba diTarakan, ada dua pilihan untuk bisa ke Malinau. Menggunakan penerbangan, atau menggunakan jalur sungai dengan speedboat.

 

b. Tarakan – Malinau

§ Dengan pesawat

Apabila menggunakan penerbangan direct (Lion Air) kita tiba di Tarakan sekitar pukul 9 pagi. Bisa kemudian melanjutkan perjalanan menuju Malinau dengan menggunakan pesawat Susi Air (11.00 wita) ataupun Kalstar[o2]  (12.30 wita). Sebaiknya booking sejak jauh hari dan di payment, karena seringkali full penumpang. Waktu tempuh sekitar 18 – 25 Menit.

§ Dengan Speedboat

Untuk yang punya keterbatasan anggaran, bisa melanjutkan perjalanan ke Malinau dengan menggunakan Speedboat. Dari Bandara Tarakan (R.A Bessing) naik taksi bandara warna merah menuju pelabuhan speedboat SDF Tarakan, ongkosnya 65 ribu rupiah. Tiket speedboat per orang untuk ke malinau harganya sekitar Rp. 280.000,-. Waktu tempuh dari Tarakan ke Malinau sekitar 3 jam. But, there’re a lot of things showing of local people’s activities along the Sesayap’s River.

- Hari 2

c. Malinau – Long Alango

Setelah tiba (dari Tarakan) di Malinau, harus bermalam dahulu. Di Malinau banyak menyediakan penginapan dan Hotel (kelas Melati). Kisaran Hargapun cukup terjangkau. Keesokan harinya baru melanjutkan perjalanan menuju Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu. Oya, dari Malinau ada dua jalur yang bisa ditempuh untuk sampai ke Long Alango, bisa melalui darat ataupun udara.

§ Dengan Pesawat

Penerbangan dari Malinau ke Long Alango tidak setiap hari ada. Ada dua maskapai penerbangan yang melayani jalur tersebut, MAF dan Susi Air. Disarankan juga sebaiknya melakukan booking sejak jauh hari dan intensif berkomunikasi dengan maskapai tersebut untuk memastikan bahwa anda bisa diterbangkan menuju Long Alango. Lebih gampangnya, punya kenalan orang Malinau untuk memudahkan anda bisa terbang ke Long Alango.

§ Melalui jalur Darat dan Sungai

Jalur tempuh melalui darat dan sungai menuju Long Alango cukup melelahkan tetapi sangat mengasyikkan, terutama bagi sang petualang. Dari Malinau menggunakan mobil, sebaiknya double garden, menuju desa lejo selama kurang lebih 5 jam. Dari lejo dilanjutkan melalui jalur sungai menuju Long Pujungan hingga Long Alango, sekitar 8 jam perjalanan. Harus juga melihat kondisi air, pasang ataupun surut sangat mempengaruhi waktu tempuh. Perjalanan melalui jalur sungai ini (Sungai Pujungan) cukup menegangkan. Banyak Jeram dan melawan arus sungai yang cukup deras. Sangat direkomendasikan bagi yang belum pernah melalui jalur sungai untuk melengkapi diri dengan safety (pelampung). Saya juga menyarankan agar berkomunikasi lebih dahulu dengan orang atau kenalan yang ada di Malinau untuk bisa memastikan bahwa anda dapat melanjutkan perjalanan melalui jalur sungai.

 

d. Long Alango – Apau Ping

JIka menggunakan pesawat, begitu tiba di Long Alango, kita bisa langsung melanjutkan perjalanan menuju Desa Apau Ping menggunakan jalur Sungai. Waktu tempuh sekitar 4 jam. Bagi yang menggunakan jalur sungai menuju Long Alango, begitu tiba, sebaiknya bermalam dahulu di Long Alango, selain melepas lelah, banyak hal yang bisa dieksplor di Desa tersebut, salah satunya bisa melihat bentuk rumah adat Dayak Kenya.

Melanjutkan perjalanan menuju Desa Apau Ping anda akan ‘dihibur’ oleh beberapa informasi penting tentang budaya masyarakat setempat. Ada cagar budaya alam, berupa kuburan batu yang usianya sudah ratusan tahun.

Lewat jalur sungai menuju Apau Ping, banyak jeram ganas yang harus dilewati. Namun bagi masyarakat setempat, hal tersebut sudah sangat biasa mereka lakukan. Kebanyakan pemuda setempat sangat pandai mengemudikan mesin ketinting (perahu kecil) meliuk-liuk diantara batu-batu besar di tengah sungai. What a spectacular arung jeram. Just ‘keep silent’ over on you by way. No one need to speak while their through 4 hours amazing experience on Bahau’s river.

 

So, tinggal menentukan. Which way to go?  

Secara umum, suku yang tinggal di Desa Apau Ping, cukup beragam, namun semua dalam satu garis suku asli Kalimantan, yaitu Dayak. Sub Suku Dayak yang menetap disekitar wilayah Taman Nasional Kayan Mentarang, terutama di Desa Apau Ping adalah Suku Dayak Kenya Lepo’ Ke. Hampir sebagian besar masyarakat Apau Ping menggantungkan kebutuhan hidupnya pada hutan. Bagi mereka hutan merupakan ‘ibu’ yang mampu memberikan  segalanya. Hutan merupakan sumber kebutuhan pokok dan bergeraknya ekonomi masyarakat. Demi sebuah tulisan yang ‘bernilai’, saya sempatkan juga untuk membaca berbagai artikel yang pernah diterbitkan oleh NGO-NGO asing maupun lembaga sosial lokal yang melakukan riset pada masyarakat sekitar Hutan Taman Nasional Kayan Mentarang. Ada beberapa hipotesa yang mereka kemukakan terkait dengan peran hutan bagi kehidupan masyarakat Dayak. Agar lebih mendalami, kembali saya memutar memori perjalanan serta kegiatan di Apau Ping beberapa waktu yang lalu.

Kegiatan sebagian besar masyarakat Apau Ping adalah bertani. Sekitar 90% penduduk setempat mengandalkan pertanian ladang karena kontur tanah dan topografi wilayah yang berbukit. Padi ladang adalah jenis pertanian utama yang mereka lakukan. Ada beberapa jenis tanaman lainnya hanya sebagai tambahan, seperti jagung dan ubi kayu. Bertani bagi masyarakat setempat adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok semata. Hasil panen padi tidak secara khusus untuk diperdagangkan. Apabila ada kelebihan, biasanya disimpan untuk kebutuhan pada bulan-bulan kemarau atau cadangan apabila terjadi gagal panen. Bagi masyarakat setempat, hutan disekitar mereka tinggal telah menyediakan kebutuhan pokok sebagai sumber makanan. Kebutuhan akan protein mereka dapatkan dari berbagai jenis binatang, serangga dan ikan. Beberapa jenis binatang paling umum dan menjadi binatang buruan adalah ba’bui (babi), pelanduk (pelanduk) dan Setung Umung (sejenis landak besar). Ada juga serangga yang dijadikan lauk dan santapan yang sangat lezat, seperti su’et (seperti ulat berwarna putih di dalam batang sagu) dan ulet samban. Sedangkan untuk ikan, paling sering ditemukan adalah pasa’, selareng (patin), padek dan salap.

Bagi kaum wanita Desa Apau Ping, selain bertani dan membantu suami menggarap ladang, disela-sela waktu luang mereka menyempatkan untuk membuat anyaman dari rotan dan bambu. Produk olahan dari rotan dan bambu yang mereka hasilkan biasanya untuk keperluan sehari-hari, seperti alat menggendong barang yang disebut ki’ba (semacam tas ransel dari rotan berbentuk persegi dan mampu menampung banyak barang karena elastis), belanyat (keranjang kecil), bubu (alat perangkap ikan), kebang (alat untuk menumbuk bumbu yang bentuknya seperti lesung).

Kehidupan bersahaja dan kearifan lokal yang mereka pertahankan sejak jaman nenek moyang dahulu memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi yang ada saat ini. Konsep pengelolaan hutan dengan pola tana’ ulen yang diterapkan, mampu menjaga kelestarian hutan setempat. Bijaksana dalam memanfaatkan sumber bahan makanan dan kebutuhan hidup lainnya adalah kunci bahwa hutan setempat tetap utuh. Sekitar 1,4 juta hektar hutan yang ada dalam cakupan kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang merupakan hutan yang masih perawan. Untuk terus mempertahankan dan memperhatikan kelastarian hutan serta memperhatikan kearifan masyarakat lokal, Pemerintah Kabupaten Malinau telah mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi (tahun 2005).

Sedikit mengungkapkan kenapa saya tak pernah bosan untuk datang ke desa Apau Ping, selain karena medan yang harus dilewati, kuliner setempat sangat-sangat menggoda. Masakan khas dan traditional dengan bumbu-bumbu yang hampir sebagian besar diambil dihutan, sungguh sangat memanjakan lidah. Palu atau Sagu  adalah jenis bahan makanan yang mereka olah untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Tumbuhan dan buah-buahan hutan sebagai pelengkap untuk kebutuhan vitamin.

Berbagai jenis tumbuhan yang dijadikan masyarakat Apau Ping sebagai sayur adalah dari kelompok paku-pakuan. Contohnya adalah paku bala (pakis berwarna merah), paku bai (pakis yang dipinggir sungai) dan paku julut. Berbagai jenis pucuk daun, ubut dan rebung juga diambil sebagai sayuran. Selain itu ada jenis jamur yang juga sering mereka konsumsi, seperti kulat long belebau, kulat kedet dan juga kulat tau. Jika sudah menjadi masakan, jamur tersebut sangat gurih rasanya. Biasanya masyarakat Apau Ping mengolah jamur menjadi Lerek Kulat (bubur jamur). Pada hari-hari besar keagamaan, misalnya perayaan Natal, kuliner khas tersebut biasanya disajikan sebagai menu utama, selain Luba Laya (Nasi yang dibungkus daun). Sebagai pelengkap agar masakan yang dihasilkan memiliki rasa yang lezat, masyarakat Apau Ping juga mengolah bumbu masakan yang berasal dari tumbuhan yang ada dihutan. Bekkai Lan, Lia (jahe), Lia lamut (lengkuas), Ping Bawing (serai), Lia Bila’ (Kunyit) adalah bahan bumbu yang paling sering digunakan. Jika masyarakat kota biasanya menggunakan penyedap rasa dari produk olahan pabrik, masyarakat Apau Ping menggunakan daun BekkaiYa’ut sebagai penyedapnya. Untuk mengolah daun Bekkai Ya’ut menjadi seperti halnya vetsin, warga setempat sebelumnya menjemur daun hingga kering dan ditumbuk menjadi butiran-butiran kecil.

Prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan telah dipenuhi oleh Pemerintah Daerah Setempat. Tenaga Kesehatan seperti Dokter Umum, Bidan dan perawat ditempatkan dipuskesmas pembantu di Desa Apau Ping. Namun demikian, masyarakat juga tetap memanfaatkan hutan sebagai sumber obat-obatan tradisional. Banyak jenis tumbuhan dan binatang yang dijadikan sebagai obat. Jenis tumbuhan obat yang popular di masyarakat Apau Ping diantaranya Pa’ung Long (sepeti keladi) yang digunakan untuk obat masuk angin dan Unga (Daun Sirih) yang digunakan untuk obat Demam. Biasanya Unga dicampur minyak tanah kemudian digosokkan ke badan anak-anak atau orang yang mengalami panas tinggi. Sesaat kemudian dipastikan unga akan bereaksi mujarab, dan demampun hilang. Obat yang diperoleh dari binatang umumnya adalah empedu Buang, empedu Kitan, Suwikrukep (burung), madu Layuk, Manuk Ilang dan banyak lainnya. Empedu buang biasanya digunakan untuk mengobati orang yang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang. Menggunakan empedu buang dapat dengan dimakan langsung atau dicampur dengan minyak kelapa sebagai obat gosok untuk salah urat dan patah tulang. Sama halnya seperti empedu Buang, burung Krukep juga digunakan sebagai obat patah tulang. Sedangkan Manuk Ilang, dipercaya oleh masyarakat Apau Ping, sebagai obat bagi anak-anak yang belum lancar berbicara atau gagap.

Bagi saya Apau Ping memang eksotis. Pemandangan alamnya tersaji istimewa. Teringat satu lagu anak-anak berjudul ‘pelangi’, lukisan Tuhan Yang Maha Agung atas karya Alam yang indah. Tidak hanya peristiwa langit itu saja yang bisa dinikmati. Banyak hal yang pasti bisa dijumpai di Apau Ping. Salah Satunya adalah padang rumput savanna Long Tua. Saya selalu menyempatkan diri untuk menginjakan kaki di Long Tua, berjarak sekira 1 jam dari Desa Apau Ping. Long Tua merupakan padang rumput yang luas dan menjadi habitat Banteng Borneo, yang keberadaannya langka dan hampir punah. Pada jam-jam tertentu kita bisa melihat Banteng tersebut, walaupun dari kejauhan. Pagi hari, sekira pukul lima hingga enam pagi, kumpulan Banteng tersebut ada disekitar padang rumput untuk menikmati umbut-umbut yang menjadi makanan Bos Javanicus tersebut. Sedangkan disore hari, sekira pukul lima hingga terbenammnya matahari, kita bisa menyaksikan sekumpulan Banteng, Rusa hingga Kancil tengah bercengkrama mesra menunggu rembulan tiba.

Tak lengkap juga jika berpetualang ke Apau Ping, apabila tidak menikmati kegembiraan dengan bermain bersama anak-anak setempat. Permainan tradisional yang dimainkan beragam. Seperti halnya di kota, modernisasi juga sudah melanda masyarakat Apau Ping. Namun, banyak permainan tradisional yang masih tetap ramai dimainkan. Terutama pada saat perayaan agustusan dan saat liburan sekolah. Saya sangat menggemari bermain batu, permainan yang mengandalkan kekuatan kaki dan juga intuisi. Batu dilempar menggunakan kaki dan harus mengenai sasaran batu lainnya yang berjarak sekira 5 meter di depan. Butuh keseimbangan dan kekuatan. Selain itu kita harus fokus dan bisa membuat perkiraan kekuatan lemparan kaki dan sasaran yang dibidik. Jika lepas, kita kalah. Lele, permainan yang mengandalkan keterampilan tangan. Lele dimainkan perorangan. Permainan lele menggunakan dua bilah bambu ukuran kecil, satu panjang dan satunya pendek. Yang panjang digunakan sebagai pemukul untuk bambu yang ukurannya lebih pendek. Jarak lemparan bambu menjadi ukuran yang akan dinyatakan sebagai pemenang. Ada juga permainan Gasing. Seperti halnya di daerah lain, permainan gasing ini adalah permainan adu kekuatan dua gasing. Yang mampu bertahan lama, gasing itulah sebagai pemenang. Lebih ramai lagi jika kita ikut bermain Ba’bang. Permainan sejenis Gobok Sodor ini dimainkan dua kelompok yang saling jaga dan menangkap lawan dengan batasan garis-garis lurus sebagai pijakan.

Jika mengingat satu hal tentang Apau Ping, saya selalu merinding saat mendengar lantunan Melalu’. Melalu’ (semacam nyinden : jawa) adalah senandung dari syair-syair indah yang dinyanyikan oleh para tetua untuk menyampaikan ungkapan hati, harapan dan doa-doa yang dipanjatkan. Melalu’ didendangkan pada saat ada Amai Biu’ (Pejabat) atau tamu terhormat lainnya yang berkunjung ke Apau Ping. Sebagai penyambutan, tetamu akan diajak menari Simbat Ladok. Tarian Simbat Ladok atau tarian Gerak Sama dilakukan melingkar dan menari berputar searah jarum jam. Dan disela-sela tarian tersebutlah biasanya melalu’ dilakukan. Suara petikan Sambe Kenya’ berpadu dengan Sambe Lutong dan dilengkapi dengan harmonisasi Tinggalin (sejenis kulintang) menambah syahdu serta memberikan nuansa magis seketika. Walaupun tidak memahami arti dari syair yang dilantunkan, namun saya merasakan suasana yang luar biasa bersahaja.

Banyak hal yang ingin saya ceritakan kembali tentang ‘firdaus’ di belantara Kalimantan ini. Namun akan lebih berasa jika Anda sendiri yang hadir diantara ramahnya masyarakat Apau Ping dan betapa indahnya ‘alam surgawi’ karunia Illahi.

What’s up?! Come on and feel Its Sensation.

 

Sumber :

- Buku ‘Ketergantungan Masyarakat Dayak disekitar Taman Nasional Kayan Mentarang’, karya Asung Uluk, Made Sudana, Evo Wollenberg, CIFOR, 2001;

- Ibu Maria Irang, Guru PAUD Mu’dung Mela’ing Desa Apau Ping, 2014 (wawancara).

 

Penulis :

Fiter Antung

Bagian PDE (Pusat Data Elektronik)

Kantor Bupati Malinau

Jl. Pusat Pemerintahan No. 1 Malinau

Kalimantan Utara 77554

Email  :  fiter.antung@gmail.com

HP  :  0811591362

Fb  :  fiteriady Muhammad

Twitter  :  @mfiteriady

Bb  :  2acbd487

Path  :  fiter 29

 

 

Daftar Maskapai Penerbangan

  1. www.lionair.co.id
  2. www.sriwijayaair.co.id
  3. www.kalstaronline.com (berhenti beroperasi)
  4. www.susiair.com

 

Daftar Speedboat (Tarakan – Malinau PP)

  1. Malinau Express
  2. Harapan Baru Express

 

Daftar Hotel/Penginapan di Malinau

  1. Hotel Mahkota
  2. Hotel Hanura
  3. Hotel MC
  4. Penginapan Handayani
  5. Penginapan Cahaya

 

[o1]www.lionair.co.id


[o2]www.kalstaronline.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun