Berbagai isu terkait tuntutan masyarakat seluruh dunia telah mengubah wajah penghujung tahun 2025. Masyarakat dari kalangan muda gen z berbagai negara yang berdemo silih berganti menggambarkan bahwa generasi yang berani dan bertekad kuat. Mereka merupakan generasi penerus bangsa.Â
Apa yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya, terutama boomer dan milenial, dinilai telah melampaui batas yang tidak adil dan menyulitkan rakyat.Â
Bila kita kuliti satu persatu, akar permasalahan dunia masih menyangkut kerukunan dalam kehidupan sosial yang inklusif dari berbagai negara yang terganggu karena kebijakan masuknya imigran yang dirasa kurang menaati budaya setempat.Â
Adapun permintaan pasar tenaga kerja yang kurang untuk sektor pekerja kasar dan teknologi yang masih paceklik oleh warga lokal di suatu negara, memaksa negara-negara seperti Jepang, Perancis, Kanada, Jerman, Australia, dan Belanda mengimpor tenaga kerja dari negara lain yang populasinya sangat besar seperti India, Bangladesh, Thailand, Philipina, dan Indonesia.Â
Masuknya imigran dalam suatu negara, secara tidak langsung menyebabkan pola perilaku yang dibawa dari budaya asal ke negara tujuan akan menjadi permasalahan sosial bagi kerukunan warga. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, masyarakat Jepang sangat menaati aturan dan hidup teratur.Â
Sementara masyarakat India memiliki budaya komunal yang unik. Demikian pula masyarakat dari negara kita. Tentu saja, masyarakat yang sudah siap bekerja di negara lain harus beradaptasi dan mematuhi segala kebijakan yang ada.Â
Tetapi, masih banyak masyarakat yang membawa kebiasaan unik ke negara lain sehingga terbentuklah istilah rasisme di negara tersebut. Permasalahan ini memecah ketenteraman masyarakat negara tadi, akhirnya pecahlah unjuk rasa anti imigran.Â
Selanjutnya, akar masalah lain yaitu masalah sosial ekonomi. Pada 2025 ini, daya beli masyarakat dunia sedang diuji. Kita semua melihat bagaimana grafik saham dunia yang bergejolak.Â
Banyak taipan ramai-ramai menjual sahamnya untuk antisipasi gejolak ekonomi. Mereka ingin bermain aman. Apalagi banyak negara sedang dilanda kesulitan daya beli oleh masyarakatnya.Â
Kebijakan ekonomi yang fokus pada penarikan pajak sebesar-besarnya, seperti Amerika yang menaikkan pajak sangat tinggi untuk biaya masuk impor barang dari Tiongkok.Â
Negara kita mengalami hal yang sama, Menteri keuangan sebelumnya mengeluarkan kebijakan kenaikan pajak dari segala sektor mulai dari PPN, pajak penghasilan, toko online, hingga perumahan. Padahal masyarakat sedang mengalami kesulitan daya beli. Pemerintah fokus menaikkan pajak.Â