Mohon tunggu...
Firmauli Sihaloho
Firmauli Sihaloho Mohon Tunggu... Jurnalis - Bataknese who Grown in West Sumatera & Working in Riau Province

Menghidupi Hidup Sepenuhnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bonus Demografi dan Sekolah Vokasi: Asa Indonesia Menjadi "Raksasa" Asia

13 Desember 2019   16:06 Diperbarui: 13 Desember 2019   16:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Keramaian (Pexels.com)

"SDM Unggul Indonesia Maju"

Kalimat di atas menjadi tema perayaan HUT RI ke-74 tahun. Kalimat tersebut mencerminkan visi Presiden Jokowi untuk periode kedua (2019-2024) memimpin yang memfokuskan  pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Visi ini merupakan lanjutan atas kinerja yang telah dilakukan pada periode pertama, yakni pembangunan dan pemerataan infrastruktur.

Akan tetapi, sepertinya visi tersebut agak terlambat untuk dilakukan. Semestinya, fokus perbaikan kualitas SDM Indonesia dimulai sejak awal kepemimpinan atau bahkan tahun-tahun sebelumnya. Kenapa? Berikut Ulasannya.

Indonesia saat ini mendapatkan bonus demografi, masa dimana usia produktif (15 tahun - 64 tahun) jumlahnya lebih besar ketimbang usia non produktif (dibawah usia 15 tahun dan diatas usia 64 tahun). Seperti namanya bonus, jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka tidak mungkin akan menjadi bencana, seperti meningkatnya angka pengganguran.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), bonus demografi ini akan berlangsung hingga tahun 2036. Dengan demikian sudah seharusnya pemerintah merumuskan kebijakan-kebijakan strategis, khususnya dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Hal ini turut disuarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Menyadur Kontan.co.id, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Kreatif, Erik Hidayat menjelaskan usia produktif diprediksi mencapai 64% dari total penduduk Indonesia yang proyeksinya 297 juta penduduk. "Jika mampu memanfaatkan bonus itu dengan baik maka Indonesia dapat menjadi salah satu negara maju di dunia," ungkap Erik.

Namun, jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi malapetaka demografi bagi Indonesia. Karena usia produktif bisa jadi beban akibat ledakan pengangguran.

"Jawabannya kita harus mencetak SDM khususnya yang mampu memiliki kemampuan bidang teknologi dan industri kreatif guna menyambut peluang besar di era bonus demografi,"singkat dia.

Belajar dari negara lain yang sukses memanfaatkan Bonus Demografi, kita patut menjadikan Korea Selatan sebagai acuan. Pasalnya, Korea Selatan saat ini menjelma menjadi salah satu kekuatan Asia bahkan dunia. Tidak hanya industri dan teknologi, bahkan dunia hiburan Korea Selatan juga berkembang pesat, seperti demam K-Pop.

Merujuk data yang dikeluarkan United Nations Population Division, World Population Prospects: The 2010 Revision, negeri Ginseng ini mengalami bonus demografi pada tahun 1975 hingga 2005. Selama 30 tahun, pemerintah Korea Selatan menyelaraskan berbagai kebijakan sesuai kebutuhan setelah sebelumnya fokus mempersiapkan kualitas SDM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun