Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Optimis

26 Februari 2023   05:00 Diperbarui: 26 Februari 2023   06:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Dokumen pribadi)

Ada apa dengan "optimis"? Tentunya semua tahu bahwa optimis adalah suatu sifat yang yakin atas suatu perbuatan, pemikiran dan segala tindakan yang dilakukan akan menghasilkan suatu keberhasilan.

Mungkin sifat optimis ini yang perlu dimunculkan saat ini, apalagi saat ini banyak yang merasa sudah berusaha sekuat tenaga, berusaha bangkit dari kegagalan, namun tidak menghasilkan apa pun.

Saya sangat senang dengan quote dari Walt Disney kali ini:

I always like to look on the optimistic side of life, but I am realistic enough to know that life is a complex matter.

Quote ini ada benarnya, terkadang kita harus mengikuti kata hati untuk bisa meraih sukses, karena tidak selamanya omongan orang lain itu benar, meskipun kadang Anda akan dianggap sebagai orang yang penakut.

It's doesnt matter. Memang di era yang tidak tahu kita harus melakukan apa, maka saat melakukan sesuatu yang diiringi dengan rasa optimis harus diikuti pula dengan sifat realistis.

Tanpa perasaan optimis memang akan sulit membuat sesuatu kemajuan termasuk didalamnya hal kreatif, dan berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Namun, kita juga harus realistis, tidak bisa hanya berpikir mengawang-awang. Ketika suatu ide akan diwujudkan, ternyata kita baru sadar bahwa tidak semudah yang dipikirkan dari awal.

Baca juga: "Possible", Satu Mantra Menuju Sukses.

Dan banyak terjadi di dunia ini, bahkan di sekitar kita, orang-orang yang terlalu optimis tanpa memikirkan dengan matang langkah yang akan diambilnya nanti, sehingga pada saat ide tersebut dijalankan menjadi terlalu out of the box dan tentu saja hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Saya sendiri pun tidak tahu, dalam suatu bisnis, apakah karena sudah masuk lebih dulu dalam bisnis, bisnis kuliner misalnya, apakah ini sugesti atau tidak, saat ada teman yang memiliki ide untuk membuat bisnis sesuai yang diimpikannya, otak Saya selaku berpikir, ya dan tidak, ada pembelinya atau tidak, bagaimana dengan marketnya? bagaimana dengan lokasi dan lain sebagainya, meskipun pada akhirnya Saya juga memberikan masukan, namun dengan berbagai macam catatan, meskipun juga terkadang juga terlalu great expectation.

Begitu pula saat ada yang memberikan tawaran bisnis, dan Saya masih pikir-pikir, yang membuat seorang kawan mengatakan, "jangan menolak rezeki" atau "jangan terlalu mental block", mungkin karena Saya selalu memiliki ekspektasi yang bagus di semua project, maka Saya sendiri pun harus berani pula untuk menolak tawaran atau bahasa halusnya menolak rezeki yang datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun