Mohon tunggu...
R Firkan Maulana
R Firkan Maulana Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar kehidupan

| Penjelajah | Pemotret | Sedang belajar menulis | Penikmat alam bebas | email: sadakawani@gmail.com | http://www.instagram.com/firkanmaulana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewujudkan Bandung yang Manusiawi

21 Januari 2020   14:19 Diperbarui: 21 Januari 2020   15:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Bandung sedang lari pagi| Dokumentasi pribadi

Bandung dari waktu ke waktu terus tumbuh dan berkembang. Sebagai sebuah kota yang dibangun Belanda, Bandung dirancang sebagai sebuah tempat yang menyenangkan untuk hidup - bekerja dan berkreasi. Bandung bisa diibaratkan juga sebagai sebuah rumah (home) yang membuat betah dan nyaman penghuninya. Home itu dibangun dengan hati, dengan penuh rasa cinta.

Bagaimana dengan Bandung saat ini? Rasanya sulit untuk mengingkari bahwa kenyamanan hidup telah menjadi barang yang langka di Bandung. Saat ini, Bandung tumbuh dan berkembang tetapi dengan kondisi kota yang makin renta. Lebih parahnya lagi, jiwa Bandung sebagai sebuah kota yang indah dan nyaman, perlahan mulai lenyap. Bandung kini hanyalah sekedar rumah dalam pengertian fisik yang terlihat bagus dari penampilan luarnya (house), namun pancaran auranya semakin meredup. 

Mengamati Bandung saat ini tak bisa dipungkiri ada suatu perasaan campur aduk dalam hati. Bangga ketika melihat perkembangan Bandung saat ini dengan begitu gencarnya pembangunan kota. Di setiap sudut kota banyak berdiri pusat-pusat perbelanjaan, hotel-hotel, apartemen, kafe, restoran, tempat-tempat wisata baru, pusat perdagangan, pertokokan maupun perkantoran. Perasaan lain  yang muncul adalah cemas dan gemas ketika menyadari bahwa dampak dari pembangunan kota yang cenderung mengomersialisasikan kota telah melahirkan krisis perkotaan yang semakin meningkat skalanya.

Salah satu isu terkini di Kota Bandung adalah kemacetan lalu lintas yang hampir dijumpai di setiap sudut kota. Bahkan baru-baru ini, Bandung mendapat gelar sebagai kota termacet se-Indonesia, mengalahkan Kota Jakarta. 

Krisis perkotaan lainnya di Bandung adalah banjir saat musim tiba. Dulu lazim dijumpai hanya genangan air sesaat (banjir cileuncang) di beberapa titik wilayah Kota Bandung. 

Namun saat kini, banjir cileuncang hampir meluas ke berbagai tempat lainnya. Bahkan yang lebih mengerikan lagi saat curah hujan tinggi, pernah terjadi banjir bandang yang membawa luapan air lumpur dari pebukitan wilayah utara, seperti di daerah Jatihandap yang menerjang daerah Cicaheum sekitar dua tahun lalu. Ironisnya, saat musim kemarau sering terjadi kekurangan air di Bandung ini. 

Hal ini terjadi karena sumber-sumber air bersih semakin berkurang seiring dengan berkurangnya daerah resapan air dan tutupan hijau. 

Masalah perkotaan lainnya di Bandung adalah kebersihan kota. Di beberapa tempat yang dekat dengan landmark kota banyak dibangun taman-taman. Namun sayangnya, taman-taman tersebut sering dikotori sampah karena perilaku warga yang masih sembarangan membuang sampah. 

Di kawasan pemukiman penduduk pun, kebersihan masih barang yang langka. Kawasan umum seperti terminal dan pasar, merupakan tempat yang tingkat kebersihannya perlu diperbaiki lagi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pembangunan perkotaan yang terjadi di Indonesia saat kini (termasuk Bandung) sangat didikte oleh para pemilik modal. Bandung, oleh para pemilik modal, hanya dianggap sebagai sebuah sosok tubuh yang perlu didandani untuk menarik banyak keuntungan. 

Orientasi ekonomi para pemilik modal dengan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dan secepat mungkin telah melahirkan Bandung dengan sifat kota yang profitopolis (kota pengejar keuntungan). 

Pemerintah Kota Bandung sebenarnya sudah merumuskan visi, misi dan strategi pengelolaan pembangunan perkotaan. Berbagai rencana tata kota telah dibuat berikut dengan peraturan perundangannya. 

Sayangnya, semua itu menjadi sia-sia belaka ketika penerapannya tidak dijalankan sungguh-sungguh. Rencana pemerintah kota seringkali dikalahkan oleh rencana bisnis para investor. Sebagai akibatnya, arah pembangunan kota cenderung mengikuti rencana-rencana bisnis para investor. 

Bandung saat ini dibangun atas dasar pertimbangan untung rugi semata. Sementara itu aktor pembangunan kota lainnya, yaitu warga Bandung sendiri, seakan tidak berdaya menghadapi sepak terjang pengusaha dan pemerintah. 

Padahal mestinya untuk membangun sebuah kota yang manusiawi (humanopolis), seluruh aktor pembangunan kota harus bersama-sama saling berangkulan satu sama lain. 

Pemkot Bandung harus mampu menjadi pengayom warganya dengan sikap yang lebih melayani, mengakomodasi dan memfasilitasi setiap aspirasi dan persepsi warganya. 

Dengan demikian diharapkan semua warga kota atau pemangku kepentingan lainnya semakin tergerak untuk berperan serta secara aktif dalam membangun kotanya. 

Modal untuk membangun Bandung menjadi humanopolis antara lain adalah pemenuhan kebutuhan dasar hidup. Warga Bandung sebenarnya tidak membutuhkan sebuah kota yang hanya cantik dari penampilan fisik semata. 

Bandung perlu dibangun bagi peningkatan kualitas hidup warganya, yaitu sebuah kota yang sanggup memenuhi kebutuhan fisik dan fisiologis warganya. 

Pemukiman warga yang sehat dan bebas banjir, sarana transportasi yang murah dan nyaman, infrastruktur kota yang menunjang aktivitas warga, ruang terbuka hijau, tempat olahraga, sarana kesehatan, adalah hal-hal mendasar yang dibutuhkan oleh warga kota. 

Hal lainnya yang dibutuhkan warga Bandung adalah rasa aman. Baik dari tindak kejahatan dan juga aman dari segala hal yang mengancam kehidupannya, contohnya banjir dan kemacetan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun