Mohon tunggu...
Firdausia Hadi
Firdausia Hadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Cukup Satu Sayap

19 Januari 2017   09:59 Diperbarui: 19 Januari 2017   10:03 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah semua kader intelektual sholat dhuhur, kami pun diarahkan ke masjid lain yang letaknya tidak jauh dari masjid pertama tadi, yang dimana masjid ini bentuknya lebih seperti gedung serbaguna karena tidak ada dinding pembatas disekeliling masjid hanya seperti tiang-tiang saja. Saat kami tiba di masjid tersebut, kami pun telah disambut dengan makanan lezat yang sederhana dan ternyata makanan tersebut disediakan untuk kami oleh SMK Nulum, sungguh luar biasa, “tahu saja kalau perut saya lagi keroncongan” ucap saya dalam hati. Ketika semua makanan telah habis, kami pun bergegas beranjak menuju ke depan rumah pimpinan pondok untuk berfoto bersama.

Tak lupa sebelum kami berpamitan kepada tuan rumah setempat, kami mengucapkan terimakasih atas semua sambutan hangat dan jamuan yang telah diberikan terhadap kedatangan kami. Saat kami telah memasuki bus, pengecekan ulang terhadap penumpang bus sangat diperlukan karena bisa saja salah satu dari rekan kami tertinggal akan jadi berbeda nanti ceritanya. Bus pun mulai meninggalkan pijakannya, tujuan kami selanjutnya adalah Payangan. 

Payangan adalah satu tempat wisata yang berada di Jember dimana Payangan ini menyajikan keindahan alam bukit nan indah di kelilingi oleh laut nan luas dan terdapat pula sebuah teluk yang tak kalah indahnya biasa orang menyebutnya teluk love atau teluk cinta, dinamakan teluk cinta karena teluk ini berbentuk hati/love yang diakibatkan oleh abrasi laut yang kemudian mengikis bagian pantai. Setelah beberapa menit berlalu, tiba-tiba saja hujan turun sangat deras yang membuat saya sangat cemas. Bagaimana jikalau hujan ini tak kunjung reda sampai tempat tujuan, dapat dipastikan liburan kali ini jauh dari kata seru atau dapat dikatakan gagal. Bayangkan saja bagaimana kami akan mendaki jika hujan deras seperti ini. Suara azan asar pun mulai terdengar dari beberapa masjid yang telah kami lewati di sempanjang perjalanan.

Sesampainya kami di tempat tujuan setelah satu jam lebih kami menempuh perjalanan. Kami pun berjalan dari tempat parkir menuju lokasi wisata payangan, tatkala kami telah sampai di pintu masuk bukit yang dinamakan bukit domba, nama domba diambil karena menurut warga setempat bukit tersebut banyak di lalui oleh domba-domba warga setempat, untuk mencari makan atau hanya untuk sekedar bermain saja. Tiket masuk wisata ini sebesar lima ribu rupiah saja, Agus salah satu teman kami pun mengumpulkan uang untuk kemudian dibayarkan. Setelah memasuki zonawisata, kami tidak langsung bergegas untuk mendaki bukit, namun kami mendirikan sholat asar terlebih dahalu.

Pendakian pun dimulai tepat pukul 15.37, kami pun bergegas mendaki sembari membawa tokat kayu untuk pendakian yang telah disediakan. Setelah memakan waktu yang panjang nan melelahkan, sampailah kami di atas bukit. Sungguh luar biasa indah, tak dapat kami pungkiri bahwa ciptaan-Mu ini begitu indah, dari laut yang begitu luas seakan tak terbatas, langit biru cerah nan indah dipandang, bukit-bukit hijau yang tak jauh dari bukit yang kami pijaki ini. “Sungguh nikmat-Mu yang manakah yang kan kami dustakan, jika semua ini telah sempurna Kau ciptakan untuk kami”. Ketika senja sudah mulai menyapa dan langit biru cerah sudah mulai memudar, kami bergegas meninggalkan kenikmatan ini.

Senja mulai menyapa kepada siapa saja yang melihatnya, mengeluar gurat cahaya kuning kemerah-merahan di ufuk barat nan jauh disana. Waktu menunjukkan pukul 16.45 sore hari, kami pun begegas menyantap makanan yang sudah disediakan oleh dosen-dosen pembimbing IMC sembari menikmati sunsetnan indah ini. Singat cerita, setelah kami menyelesaikan makan di gozebo di bawah bukit dombo, akhirnya kami meninggalkan kegembiraan ini bersama bayang-bayang kami di sini. Setelah semua kader IMC dirasa sudah lengkap, maka bus pun mulai beranjak meninggalan tempat parkir. Tujuan kami selanjutnya adalah kembali ke kampus. Beberapa menit berlalu, terdengar suara azan magrib dari masjid-masjid. Bus kami pun merapat ke sebuah masjid yang cukup besar di daerah tersebut untuk mendirikan sholat magrib.

Dalam perjalanan pulang, saya berpikir akan semua yang telah saya dapatkan hari ini. Semua begitu indah dan menyenangkan yang tak akan pernah saya lupakan, pengalaman berharga yang tidak semua orang berkesempatan mendapatkannya. Hal ini juga membuat saya sadar akan seekor burung yang tak dapat terbang jauh di angkasa hanya dengan satu sayap atau bahkan tidak dapat terbang. 

Begitu pula dengan kita sebagai pelajar/mahasiswa, tidaklah keberhasilan itu didapat dari pembelajaran di kelas saja, namun keberhasilan itu bisa pula didapatkan dari semua kegiatan di luar kelas dan pengalaman yang berharga di mana pun dan kapan pun. 

Nah...seperti pengalaman hari ini, satu sayap yang lain bisa kita dapatkan dari kegiatan-kegiatan positif yang membangun intelektual pelajar/mahasiswa. Jangan pernah puas terhadap ilmu yang telah kita miliki, tetapi kita harus selalu haus akan ilmu pengetahuan di mana pun dan kapan pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun