Mohon tunggu...
Ilma Amalia
Ilma Amalia Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resource Development

Learner | An HR | Fakultas Sains Kognitif dan Pembangunan Manusia | University Malaysia Sarawak | blog pribadi: fiqrah-amalia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tayangan Indonesia dan Kostumnya

7 Agustus 2016   07:36 Diperbarui: 7 Agustus 2016   11:34 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkembangnya stasiun TV swasta dan perfilman Indonesia yang cukup pesat membuat kita disuguhi berbagai macam tayangan. Di televisi, mulai dari pagi ada acara musik, berita pagi, info selebriti dan lain sebagainya. Kita yang menonton untuk menghilangkan bosan, menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi tanpa memperhitungkan nilai manfaat dari suatu acara. Film-film Indonesia juga semakin banyak diproduksi, tapi tidak semuanya memiliki nilai moral yang benar.

Sudah mulai banyak juga yang menyuarakan betapa buruknya tayangan Indonesia dari segi moral. Tapi kali ini yang benar benar ingin saya soroti adalah pakaian. Hal yang mungkin dianggap remeh bagi penonton biasa karena lebih mementingkan artis atau ceritanya.

Untuk para produser film, sutradara, pembuat naskah dan tokoh lain yang terlibat dari suatu tayangan, pernahkah mereka terpikir dampak apa dari acara mereka?

Sekadar info, saya adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia. Perasaan saya campur aduk antara malu dan miris ketika suatu kali ditanya oleh teman yang berasal dari Malaysia.

“Pakaian seragam di Indonesia memang pendek sangat ke? Akak tengok sinetron Indonesia budak budak sekolah guna skirt pendek.”

Kalau Bahasa Indonesia gampangnya, “Pakaian seragam (resmi) sekolah di Indonesia memang sependek itu kah? Kakak liat di sinetron anak sekolahnya pake rok pendek.”

sumber gambar: http://www.idntimes.com/prisca/13-tipe-anak-sma-di-sinetron-sinetron-indonesia-vs-anak-sma-di-dunia-nyata
sumber gambar: http://www.idntimes.com/prisca/13-tipe-anak-sma-di-sinetron-sinetron-indonesia-vs-anak-sma-di-dunia-nyata
Seketika yang saya lakukan adalah menyanggah sebisanya, karena saya tau Indonesia yang sebenarnya tidak seburuk itu. Saya pun bersekolah di Indonesia sejak SD hingga SMA. Dan jelas pakaian yang saya kenakan tidak pernah sependek yang seperti di televisi. Saya juga pernah beberapa kali melihat seragam anak anak sekolah yang lain. Toh tidak sependek itu. Bahkan di sekolah yang non-muslim pun setidaknya seragam mereka sampai lutut. Tapi siapa yang memperburuk citra negara kita sekarang? Orang luar pun terheran-heran, “Ini sungguh sekolah Indonesia? Di mana kesopanannya kalau pakaian sekolah saja sudah sependek itu? Di mana letak budi luhur Indonesia? Oh, mungkin ini budaya mereka.”

Belum lagi kelunya saya ingin menjawab pertanyaan lainnya tentang film horor Indonesia yang lebih menakutkan melihat pakaian aktris wanitanya daripada hantu itu sendiri. Haruskah seseksi itu dalam memerankan film yang notabene untuk membuat penontonnya merasa ngeri. Kalau ingin saya tulis dalam komentar, ini adalah aspek yang paling tidak nyambung dalam film horor Indonesia.

“Ingin membuat orang ketakutan atau terangsang?”

Jelas dalam hal ini saya tidak tau mau menjawab apa. Saya tidak mengerti dengan pasti apa yang dipikirkan sutradara, dan segala aspek yang terlibat dalam pembuatan film. Mungkin ada yang bisa menjelaskan pada saya? Atau ini hanya sekadar pengiklanan sebuah film dengan cara mengeksploitasi wanita? Lihat judulnya pun tidak jauh dari hal hal yang mengangkat wanita. Sayangnya mengangkat dalam konotasi negatif.
seperti "Pocong Perawan" apalagi ada judulnya "Hantu Datang Bulan", Atas nama tidak amannya film horor Indonesia, saya tidak pernah lagi menonton apalagi menyarankan film horor Indonesia untuk ditonton.

Mungkin bagi kita sebagai orang lokal ini hal sepele dan remeh untuk disanggah dan dipilah lagi. Tapi, pada akhirnya yang dilihat bangsa lain mengenai negara kita adalah tentang apa yang mereka lihat dari film atau sinetron yang ditayangkan. Itu sudah cukup menimbulkan asumsi berbeda tentang negara kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun