Mohon tunggu...
Fiona Try
Fiona Try Mohon Tunggu... Jurnalis - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

When nothing is sure, everything is possible.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Monarki Absolut: Mengulik Sejarah Kebebasan Pers di Thailand

27 September 2021   10:53 Diperbarui: 27 September 2021   12:04 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat kabar pertama  milik orang asing. Sumber: https://medium.com/@kittapatr/review-the-bangkok-recorder-and-siam-government-gaze

Pada Tahun 1939, Pibulsongkhram mengubah nama negara dari Siam menjadi Thailand yang berarti 'tanah kebebasan.  Slogan rezim menjadi Thailand for the Thai.

Modernisasi merupakan tema penting dalam nasionalisme baru Thailand Pibulsongkhram. Dari tahun 1938 hingga 1942 ia mengeluarkan dua belas Mandat Budaya. 

Selain mewajibkan semua warga Thailand untuk memberi hormat pada bendera, mengetahui Lagu Kebangsaan, dan berbicara dalam bahasa nasional, mandat tersebut juga mendorong warga Thailand untuk bekerja keras, tetap mendapat informasi tentang peristiwa terkini, dan berpakaian dengan gaya barat.

Pada tahun 1953-1963, muncul "Zaman Kegelapan Jurnalisme" selama pemerintahan Marsekal Lapangan Sarit Thanarat, yang menjadi perdana menteri, pers terusmenerus diancam oleh Pengumuman No.17, yang dikeluarkan oleh Partai Revolusionernya pada tahun 1958. Pengumuman itu mensyaratkan:

calon penerbit surat kabar... untuk mengajukan izin dan bahwa setiap pernyataan penerbitan surat kabar karakter tertentu harus diperingatkan, disita, dan dimusnahkan atau menjalani hukuman dalam bentuk pencabutan lisensi penerbit, printer atau pemilik.

Pernyataan yang ditargetkan untuk dihukum dalam pengumuman adalah pernyataan yang menyinggung raja, mendiskreditkan pemerintah, berkontribusi pada popularitas atau keinginan taktik subversif komunis, dan cenderung merusak moral bangsa. Pengumuman No. 17 dianggap sebagai simbol pamungkas melenyapnya kebebasan pers di Thailand.

Untuk mendapatkan kebebasan pers, Asosiasi Pers Thailand mengajukan petisi kepada pemerintah, sehingga pers di Thailnad menjadi bebas dalam arti yang sebenarnya.

3. Perjuangan untuk Kemerdekaan Tekan setelah Krisis Berdarah 17 - 18 Mei 1992 hingga Saat Ini.

 Isyarat tutup mulut bagi jurnalis. Sumber: https://blogs.voanews.com/repressed/2014/05/27/thailand-in-wake-of-coup-media-freedom-threatened/
 Isyarat tutup mulut bagi jurnalis. Sumber: https://blogs.voanews.com/repressed/2014/05/27/thailand-in-wake-of-coup-media-freedom-threatened/

Setelah pemberontakan Mei 1992, negara berusaha mengontrol media khususnya radio dan televisi, hanya surat kabar yang bebas dari kontrol negara.

Sehingga saat ini, Thailand hanya media cetak tidak dikendalikan oleh pemerintah, Thailand secara tradisional menikmati pers yang bebas dan penuh warna. 

Jurnalis Thailand telah menjadi katalis, mengadvokasi hak rakyat untuk mengetahui. Mereka menganggap diri mereka lebih bebas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun