Mohon tunggu...
Fiona Marvela
Fiona Marvela Mohon Tunggu... Lainnya - Fiona Marvela (13) - XI MIPA 5 - SMAN 28 Jakarta

Pelajar SMAN 28

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kucing Oranye Impian Mia

23 November 2020   11:48 Diperbarui: 23 November 2020   12:03 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/5DfgUCZ

"Kita memelihara kucing, yuk, Kak!" ajak Mia suatu sore, saat membantu kakaknya menyiram tanaman. "Kucing?" tanya Amel, kakaknya. Mia mengangguk. Rambut kucir duanya berayun. "Iya, kucing!" Amel tertawa. "Kamu habis nonton flm, ya?" tanyanya. Amel tahu, setiap kali adiknya selesai nonton flm kartun, dia akan menginginkan hal yang sama seperti yang ditontonnya. 

Pernah, Mia menyatakan ingin punya beruang seperti Masha. Kemarin, Mia ingin rambutnya dikucir dua, seperti tokoh dalam film yang ditontonnya. "Kok, tahu?" tanya Mia heran. "Memangnya, tadi Mia nonton film apa?" tanya Kak Amel. Mia mendekati kakaknya. "Film tentang kucing. Lucu, deh, Kak, Kucingnya gemuk, bulunya lebat," jawabnya. "Mia minta izin dulu sama Ayah dan lbu. Kalau boleh, kita ke rumah Tante Ani," kata Kak Amel. Tante Ani adalah adik Ayah. Tante Ani punya banyak kucing cantik di rumahnya.

***

"Ada?" tanya Amel sambil membuntuti adiknya mengelilingi rumah Tante Ani. Hari itu, Ayah dan Ibu mengajak Amel dan Mia ke rumah Tante Ani. Mereka akan mengadopsi salah satu anak kucing di sana. "Ingat, ya, Mia. Kamu harus rajin memberi makan, minum, dan membersihkan pasirnya," pesan Ibu. "Nanti Kakak bantu, deh!" tambah Kak Amel. 

Ketika Ayah menyampaikan keinginan Mia kepada Tante Ani, Tante Ani bilang akan memberikan anak kucing yang dinginkan Mia. Mereka diminta datang ke rumahnya. Rumah Tante Ani sangat besar. Dia punya satu ruangan khusus untuk kucing, yang disekat dengan kaca. Ada enam kucing dewasa dan enam belas anak kucing. 

Masing-masing ruangan yang disekat itu punya satu tempat pasir, satu tempat makan, dan satu tempat minum. Ada pula keranjang rotan lengkap dengan kasur untuk mereka tidur. Kak Amel dan Mia langsung mendekati kucing-kucing itu. Kucing-kucing Tante Ani dirawat dengan baik. Namun, sudah beberapa menit Mia belum memilih salah satu dari enam belas anak kucing tersebut.

"Kamu mau yang itu?"tanya Kak Amel sambil menunjuk anak kucing berbulu abu-abu yang sedang tidur pulas di atas tempat tidurnya. Ada tulisan nama Grey di pintu masuk ruangan anak kucing itu. Mia menggeleng. "Tidak! Bukan itu yang Mia mau!" jawab Mia. "Kalau yang ini?" tanya Kak Amel sambil menunjukkan kucing dalam gendongannya.

Bulu kucing itu berwarna krem dan putih. Mia menggeleng lagi. Kak Amel mulai putus asa. Dia meletakkan kucing dalam gendongannya ke tempat semula. "Mia cari dulu, deh. Kakak tunggu di luar," kata Kak Amel. Dia melangkah meninggalkan adiknya sendirian dalam ruangan penuh kucing itu.

Setengah jam kemudian, Mia keluar. "Sudah dapat, Mia?" tanya Kak Amel. Mia tidak menjawab. Wajahnya ditekuk. "Mia mau kucing yang mana?" tanya Tante Ani. Mia menggeleng, "Tidak jadi!" Semua orang di ruang keluarga itu menatap Mia dengan heran. Tadi Mia lama sekali di dalam kamar kucing. Mereka mengira, Mia sedang memilih dengan teliti. 

"Kenapa, sayang? Enggak ada yang menarik, ya?" tanya Tante Ani. Mia menggeleng lagi. "Mereka semua menarik, Tante. Cantik, bulunya lembut, dan manja sekali," jawab Mia cepat-cepat. "Lalu? Kenapa Mia tidak jadi mengambil salah satu dari mereka?" kali ini Ayah yang bertanya. Semua mata tertuju pada Mia. Tiba-tiba, Mia malah menangis kencang. Membuat semuanya kebingungan. "Kucing yang Mia inginkan tidak ada," kata Mia di sela tangisnya.

"Memangnya, Mia ingin kucing yang seperti apa?" tanya Ibu, sambil membelai rambutnya. Mia menyeka air mata di pipinya. "Mia ingin kucing yang bulunya berwarna oranye, hidungnya pesek, dan gemuk, jawabnya. "Tante punya. Namanya Chibi. Badannya gemuk, bulunya oranye dan lembut sekali," bujuk Tante Ani. Mia tetap menggeleng."Chibi tidak pesek!" sanggah Mia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun